Beberapa jamaah haji asal Aceh masih ingat ketika Joko Widodo (Jokowi) melakukan kampanye di serambi Makkah bersama Surya Paloh.
"Pada saat Kampanye menjadi capres Pak Jokowi selalu mengatakan, 'Aceh kampung saya'. Dan hal itu terpampang di spanduk/baliho," kata jamaah Aceh Nur Laili di Makkah.
Selama ini, katanya, Sabang menjadi pelabuhan tertutup. Sehingga barang dari luar tidak bisa masuk ke Sabang. Yang boleh masuk hanya kendaraan dan gula.
Sehingga sampai sekarang Pantai Sabang tak memiliki rumah makan yang layak. Kalau pun ada, paling hanya menyediakan mi instan. Alasannya, karena tak ada barang dari luar yang bebas masuk ke Sabang.
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat berjanji akan menjadikan Sabang sebagai pelabuhan bebas. Namun kenyataannya janji itu tak ditepati," ungkap wakil direktur BNI Aceh itu.
Jamaah haji dari Bireun, Aceh, Sulastri menambahkan, jika Sabang telah menjadi pelabuhan bebas, maka harga barang pasti akan lebih murah. "Selama ini kami menjual produksi Aceh dan barang-barang dari luar Aceh lewat pelabuhan di Medan. Sehingga orang Aceh harus mengambilnya di Medan," kata dia.
Sehingga, katanya, ada biaya untuk transportasi dan membuat harga barang menjadi mahal. Produksi dari Aceh pun banyak yang tidak bisa diekspor ke luar.
Karena itu, Laili berharap Jokowi menjadikan Sabang sebagai pasar bebas dan tempat wisata. Tak lupa, untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar.
"Sehingga masyarakat Sabang bisa siap menerima wisatawan. Misalnya menyediakan makanan di Sabang yang sesuai selera wisatawan, membuat suvenir yang bisa dijadikan oleh-oleh wisatawan seperti halnya di Yogyakarta," kata Dosen Universitas Syeh Kuala itu.[] sumber: republika.co.id
Editor: Boy Nashruddin Agus