Awan kumulonimbus atau biasa disingkat menjadi Cb menjadi salah satu perkiraan penyebab jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501. Awan ini juga pernah menghantam pesawat Garuda yang selamat pada 2002. Kumulonimbus sendiri berasal dari bahasa latin cumulus atau akumulasi, serta nimbus atau hujan.
Awan Cb biasanya ditemani oleh awan kumulus di ketinggian yang lebih rendah, menyebabkan terjadinya pembentukan awan seperti jamur yang membentang beberapa kilometer. Ketinggian awan Cb bisa mencapai 39.000 kaki (12 kilometer) atau lebih dari permukaan tanah.
Awan ini terbentuk karena ketidakstabilan yang terjadi di atmosfer. Awan ini terbentuk dari uap air yang dibawa oleh arus udara mengarah ke atas yang sangat kuat. Awan Cb yang berada pada tingkat yang rendah hanya berisi butiran air, sementara pada elevasi yang lebih tinggi dan suhu berada jauh di bawah 0 derajat Celsius, kristal es mendominasi.
Cb bisa terbentuk sendiri, bisa juga secara berkelompok. Di jantung awan ini terdapat petir, yang bisa berkembang menjadi awan hujan, supersel atau badai petir, bahkan dapat menyebabkan tornado.
Ada tiga tahap pembentukan awan Cb: developing stage (perkembangan), mature stage (matang) dan dissipation stage (pelesapan). Tergantung dari kondisi yang ada, tiga tahapan ini bisa berlangsung selama 30 menit.
Saat berkembang, awan raksasa ini bisa menembus tiga lapis tingkatan awan (tingkat tinggi, tingkat menengah, dan tingkat rendah). Bahkan awan Cb terkecil bisa membuat kerdil awan-awan lainnya.[] sumber: National Geographic
Editor: Boy Nashruddin Agus