DIREKTUR Lamuri School, Fakhrurrazi, mengundang salah satu arkeolog lulusan Universitas Gajah Mada (UGM), Laila Abdul Jalil, SS, untuk sama-sama meneliti situs Lamuri di kawasan Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar. Hal ini disampaikan Fakrurrazi menyikapi pernyataan Laila yang menyebutkan Lamuri adalah komunitas dagang dan bukan sebuah kerajaan. (Baca Arkeolog UGM: Lamuri Bukan Kerajaan Tapi Komunitas Dagang).
"Lamuri itu adalah cikal bakal Kerajaan Aceh Darussalam. Namun, kehancuran Kerajaan Lamuri dikarenakan serangan oleh Kerajaan Pedir dan penyerangan dari India," ujar Fakrurrazi kepada ATJEHPOST.co, Senin, 12 Januari 2015.
Ia mengatakan situs tersebut juga telah diteliti oleh 5 ahli dari Aceh, Sumatera Utara dan, Malaysia. Mereka adalah Dr. Husaini Ibrahim MA selaku Kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB), Prof. Dr. Datuk Muchtar bin Saidin selaku Kepala Pusat Penyelidikan Arkeologi Global (PPAG) University Sain Malaysia, Dr. Suprayitno selaku Ketua Jurusan Program Pasca Sarjana USU Medan, Teungku Taqiyuddin, Lc ahli baca batu nisan, dan Dedi Satria arkeolog independen.
"Lamuri adalah cikal bakal Kerajaan Aceh Darussalam. Hal ini bisa dilihat dari keberadaan ratusan batu nisan berbagai tipe dan jenis," katanya mengutip pernyataan Dr Husaini Ibrahim, MA.
Ia mengatakan sesuai penelitian yang dilakukan Dr Husaini Ibrahim, MA diketahui, tulisan-tulisan pada batu nisan di Lamuri ini menunjukkan keberadaan sebuah Kerajaan Islam terawal di Nusantara. Hal tersebut mencakup kawasan Melayu di Asia Tenggara.
Menurutnya Lamuri kemudian pindah dari Lamreh ke Gampong Pande karena kerap menghadapi rentetan penyerangan dari India dan Pedir. "Saya selaku Direktur Lamuri School, mengundang ibu Laila Abdul Jalil dan siap memfasilitasi kedatangannya untuk sama-sama mengkaji dan meneliti situs Lamuri," ujarnya.
Sebagai catatan, Lamuri School merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang budaya, sejarah, dan wisata. Ruang lingkup lembaga ini meliputi tiga kecamatan di Aceh Besar seperti Darussalam, Baitussalam, dan Masjid Raya.[] Laporan: Saiful Haris
Editor: Boy Nashruddin Agus