Dinilai konsisten melestarikan nilai-nilai sejarah Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh memberikan Anugerah Banda Aceh Heritage kepada sejumlah pelestari dan pegiat sejarah di Aceh.

Para penerima anugerah ini terbagi dalam sembilan kategori. Anugerah ini diberikan di acara Banda Aceh Heritage Award yang berlangsung di Amel Convention Hall malam tadi, Sabtu 26 April 2014.

Berikut nama-nama penerima Anugerah Banda Aceh Heritage Award 2014:

1. Kategori Pelestari Sejarah Budaya Aceh diberikan kepada Perpustakaan dan Museum Ali Hasjmy Banda Aceh.

Perpustakaan dan Museum Ali Hasjmy beralamat di Jalan Sudirman Banda Aceh. Pustaka ini didirikan pada 15 Januari 1991 silam oleh mantan Gubernur Aceh Ali Hasjmy. Pustaka ini mengoleksi lebih dari 15 ribu judul buku-buku sejarah, naskah kuno, album foto yang bernilai sejarah dan budaya Aceh dan beberapa benda pusaka yang bernilai sejarah tinggi.

2. Kategori Penyelamat Warisan Budaya dan Sejarah Aceh diberikan kepada H. Harun Keuchik Leumik.

Harun Keuchik Leumik lahir di Banda Aceh, 19 September 1942. Ia merupakan salah satu tokoh yang mengoleksi benda-benda peninggalan sejarah seperti perhiasan emas kuno, perhiasan emas Aceh, kain sutra, stempel Kerajaan Aceh, Alquran tulisan tangan, senjata tajam dan koin Kerajaan Aceh.

3. Kategori Sejarawan, Penulis dan Peneliti Sejarah diberikan kepada Rusdi Sufi

Rusdi Sufi merupakan salah satu tokoh sejarawan yang tak lain adalah sekretaris tim peneliti aspek sejarah, studi penelitian dan pencatatan kebudayaan Aceh. Ia juga salah seorang penulis buku sejarah. Salah satu judul buku tulisannya adalah Menyibak Tirai Sejarah dan Budaya Aceh.

4. Kategori Pelestari Manuskrip Aceh diberikan kepada Tarmizi Abdul Hamid.

Ia merupakan salah seorang tokoh yang mengoleksi, merawat dan menyimpan manuskrip Aceh yang ia kumpulkan selama kurang lebih 17 tahun.

5. Kategori Pengkaji Tulisan Kuno pada Prasasti diberikan kepada Taqiyuddin Muhammad

Ia merupakan lulusan Fakultas Ushuluddin, Jurusan Aqidah dan Filsafat, Universitas Al Azhar Kairo. Taqiyuddin mampu menguasai dan menerjemahkan tulisan kuno pada prasasti. Pada 16 November 2013 lalu ia menemukan makam Munawarsyah (kakek Sultan Ali Mughayat Syah, Pendiri Kerajaan Aceh Darussalam) di Hagu Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya.

6. Kategori Pegiat Muda yang Berkontribusi Melestarikan Nilai Adat dan Budaya Aceh diberikan kepada Reza Fahlevi.

Tokoh muda ini pernah menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh. Sekarang ia menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Ia dinilai sebagai tokoh muda yang memiliki ide cerdas dan kreatif dalam hal mengangkat kembali nilai-nilai sejarah dan budaya Aceh. Hal itu dibuktikan dengan ditetapkannya Gampong Lampulo sebagai dewa wisata terbaik di Indonesia selama ia menjadi Kadisbudpar Banda Aceh.

7. Kategori Komunitas Pegiat Sejarah Aceh diberikan kepada Masyarakat Pecinta Sejarah (Mapesa) Aceh.

Komunitas ini berdiri sejak 2008 lalu. Mapesa merupakan sekelompok masyarakat yang peduli terhadap nilai-nilai sejarah Aceh. Salah satu produk komunitas ini adalah sebuah tulisan sejarah tentang Kerajaan Lamuri di Banda Aceh.

8. Kategori Pelestari Sejarah Gampong Pande diberikan kepada Adian Yahya.

Ia salah satu tokoh yang konsisten menjaga nilai-nilai sejarah dan budaya khususnya yang berkaitan dengan Kerajaan Aceh Darussalam. Ia memiliki tekad kuat untuk menjaga dan melestarikan cikal bakal Kota Banda Aceh yaitu Titik Nol Gampong Pande dan makam-makam para ulama dan raja-raja di Gampong Pande.

9. Kategori Arsiparis Sejarah diberikan kepada Teuku Ali Basyah Talsya.

Ia adalah tokoh yang menyimpan dan merawat dokumen-dokumen sejarah Aceh, foto, buku. TA Talsya juga mengoleksi sekitar 3.000 judul buku yang sebagian besar bertuliskan tentang Aceh.[]