AWAN hitam menggumpal-gumpal menyaput langit. Cahaya mentari meredup. Angin barat lumayan kencang. Hujan deras mengucur membasuh tanah.
Namun, wisatawan yang hobi menyelam tetap tak mengubah rencana. Semua berkumpul di papan pengumuman perencanaan menyelam di Rubih Tirta Divers, Iboih, Sabang, Pulau Weh, medio Oktober 2013. Mereka menyiapkan perangkat menyelam, seperti fin, weight belt, dan memasang Buoyancy Compensator Diving (BCD) dengan tabung. Sebelum nyemplung ke laut, tak lupa mereka menguji semua peralatan itu.
Untuk olahraga diving, semua alat yang akan digunakan harus disiapkan sendiri. Itu dilakukan supaya penyelam dapat memastikan sendiri peralatannya sesuai dengan yang dibutuhkan.
Kami akan menyelam di West Seulako. Sebuah pulau kecil itu terletak di sisi barat Pulau Rubiah. Selepas Ashar, guade yang akan menemani kami memberi aba supaya bergegas membawa peralatan ke dalam perahu. "Bang, siapkan alat-alat, kita turun sekarang," ujarnya.
Para penyelam bergegas membawakan peralatan yang akan digunakan, dan memasukkannya ke dalam boat yang sudah disiapkan. Lalu perahu berlayar menuju Pulau Seulako. Dalam perjalanan, guade Mukhlis menjelaskan tentang spot penyelaman. “Kita turun di kedalaman 22 meter dan memotong arus. Di menit ke-30 kita melakukan safety stop. Jangan berpisah dari tim,” ujarnya.
Setiba di lokasi, satu per satu penyelam melakukan back roll. Tak lama kemudian guide memberikan aba-aba. “Oke, kita turun,” ujar Mukhlis sembari mengisyaratkan dengan tangannya.
Lalu, kami pun nyemplung ke laut. Airnya bening. Puas memandang keindahan alam, lalu mencandai beragam ikan yang cantiknya bukan main. Berenang-renang seperti mengajak kejar-kejaran. Ada juga yang menyelinap sembunyi ke balik batu. Ikan pari kecil pun ikut menunjukkan rupa melintas di depan mata.
Ikan batu mengendap-endap di terumbu karang. Disebutkan, ikan ini mampu berkamuflase menyerupai batu. Itulah sebabnya penyelam dianjurkan tidak menyentuh karang. Selain itu, banyak ikan kerapu dan teripang yang berlalu lalang menggoda penyelam.
West Seulako adalah spot diving dengan dasar bebatuan yang ditumbuhi karang yang diselingi landasan berpasir. Pada sekitar kedalaman 14 meter ke arah Arus Paleeh, kami menemukan overhang berbentuk goa yang indah.
Tanpa terasa 50 menit terlewati. Guide menginstruksikan naik ke permukaan. Memang, terasa singkat. Tapi apa mau dikata, waktu tak bisa dilawan. Hari makin gelap tertutup awan hitam, begitu juga hujan yang masih enggan diam. Kami pun meninggalkan West Seulako.
***
TERLETAK di sebelah barat Kota Sabang, Pantai Iboih adalah bagian dari Teluk Sabang. Kami menuju ke sini mengendarai sepeda motor. Cuaca yang cerah membuat pemandangan nan indah terbentang. Jalanan beraspal hitam, melintasi lereng bukit hutan tropis yang lebat.
Dari daerah yang tinggi begini, Teluk Sabang terlihat jelas. Begitu juga dengan Pulau Klah dan Rubiah tampak mengapung dikepung laut biru, dikelilingi hamparan pasir putih sebagai garis pembatasnya.
Hutan tropis yang lembab dan hembusan angin yang kadang-kadang kencang dan kerap hanya menyemilir saja, seakan melindungi perjalanan kami dari sengatan cuaca alam yang kurang bersahabat.
Keindahan alam bertambah dengan tingkah sekawanan kera yang menggoda. Saat bertemu pandang, mereka memasang mimik memelas seperti meminta sesuatu.
Perjalanan seperti ini berlangsung setengah jam, lalu bertemu Gampông Iboih, Sukakarya, Sabang. Di sini ada gerbang bersisian dengan pantai. Jika tak masuk ke mari, perjalanan akan berujung di titik Nol Kilometer yang letaknya tiga kilometer dari sini.
Pastinya, begitu melihat pantai pasir putih menghampar di depan mata, langkah akan terhenti. Air lautnya jernih, laksana hamparan kaca akuarium yang dapat melihat ikan dan karang-karang di dasarnya. Riak ombaknya tenang membelai pasir putih, ritmenya teratur mengayun beberapa perahu yang tertambat di atas laut biru.
Pasir putih, biru air laut yang bening dan tenang, serta hijaunya gundukan Pulau Rubiah di seberang menjadi paduan keindahan tiga warna.
Beberapa bocah asyik berlarian di tepi pantai meningkahi cahaya matahari yang mengilaukan pantai bernama Teupin Layeu. Tak jauh dari pantai ada pepohonan besar membuat teduh.
Ini adalah salah satu pantai yang menjadi bagian dari kawasan wisata Pantai Iboih. Sejumlah cottage, restoran, toko suvenir, dan kios-kios penyewaan alat diving, serta snorkeling, berjejer rapi menghadap pantai.
Seorang guide bernama Amir menyapa ramah. Dia menerangkan tentang keindahan Sabang sembari memberi petunjuk berbagai kebutuhan untuk pelancong. Tak lupa dia menjelaskan soal alat diving atau snorkling, spot-spot diving. Maklum, ia juga guide diving. “Saya ambil sertifikat nyelam awal tahun lalu,” katanya ramah sambil menarik lengan baju karet merah, khas kostum penyelam yang melekat mencetak bentuk tubuhnya.
Menurutnya, biaya penyewaan alat diving dan snorkeling sama saja di semua tempat. Untuk snorkling, sewa alat rompi apung, kacamata, fin, Rp40 ribu. Sementara diving, berupa sewa alat, guide, dikenakan biaya Rp300 ribu untuk one dive, Rp550 two dives, 3 dives Rp750 ribu, 4 dives Rp1 juta, 6 dives Rp1,2 juta, dan 10 dives Rp2 juta.
Hari itu Amir melayani banyak wisatawan asing yang datang. Berwajah ramah, salah seorang di antaranya berteriak, “Wow. It’s amazing!” Lantas setengah lusin turis asing yang hampir semuanya berambut blonde itu bergegas menyisir pantai. Seorang di antaranya sibuk menjepret-jepret kamera mengabadikannya.
Di Teupin Layeu kami memandang laut ditemani celotehan penjaga restoran, kios suvenir, dan penginapan yang diiringi bisikan dedaunan ditiup angin dan deburan ombak.
Setelah makan siang, kami beranjak dari Teupin Layeu. Kali ini berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Di antara lereng bukit yang rimbun, pemandangan Pantai Teupin Layeu terlihat membentuk teluk. Di sepanjang jalur ada penginapan berupa rumah panggung mungil berdiri di sela-sela pepohonan.
Lima menit berjalan santai, tibalah kami di Pantai Teupin Seurukui. Pesonanya mengingatkan pada Pantai Maya Beach di Phuket, Thailand, yang menjadi lokasi syuting film The Beach. Lekuk pulau Rubiah di seberangnya dan eloknya ujung Teluk Sabang tempat tugu Nol Kilometer Indonesia, nyaris seperti menonton layar lebar yang dilakoni Leonardo Dicaprio itu.
Di Teupin Seurukui juga ada tempat yang menyediakan alat-alat diving dan snorkling, boat, dan juga guide. Itulah Rubiah Tirta Divers yang di kantornya ada lukisan besar Pulau Weh.
Di lukisan itu secara detail dipetakan berbagai spot sites wisata bawah laut, di antaranya Anoe Itam, Batee Meuduroe, Bak Kopra, Pantee Peunateung, The Canyon, dan Batee Gla.
Di Teluk Sabang ada 13 spot sites yang menjanjikan pesona bawah laut, yaitu Sabang Wreck, Sophie R. Wreck, Underwater Volcano, Limbo Gapang, Lucky Wreck, Iboih Beach, West Rubiah, West Seulako, Shark Plateu, Batee Tokong, East Seulako, Arus Paleeh, dan spot sites Rubiah Sea Garden.
Demikian banyaknya pesona bawah Laut Sabang. Akhirnya kami memilih West Seulako, dan seperti kata wisatawan asing tadi, “It’s amazing!”
***
IBOIH, itu baru salah satu keindahan bawah laut yang ada di Sabang. Selain itu, ada juga Gapang yang tak kurang indahnya. Sejauh ini, baru dua kawasan ini yang populer. Sebetulnya, eksplorasi keindahan bawah laut di Iboih dan Gapang dapat dilanjutkan hingga ke Pulau Rubiah.
Selain bawah laut, tak berlebihan jika dikatakan sekujur punggung Pulau Weh adalah wujud keindahan. Jadi sangat wajar bila dalam Master Plan Kawasan Sabang 2007 – 2021, pulau ini ditetapkan sebagai kawasan wisata.
Pengembangannya dirancang mulai dari wisata Iboih dan Gapang. Lalu masuk ke kawasan Internasional Resort di Gua Sarang, Kampung Paya, revitalisasi Kota Lama Sabang, dan pembangunan wisata bahari di Pantai Nipah (P. Nasi). Pesona lainnya ada di Pantai Paradiso, Tapak Gajah, Pantai Pasir Putih Lhung Angen, dan Danau Aneuk Laot.
Jika ingin menelusuri lagi, akan bertemu dengan air terjun yang dikenal dengan nama air terjun Pria Laot. Bahkan ada air panas Gunung Merapi Jaboi dan air panas Keuneukai. Tentu jangan lupakan tugu kilometer 0, sebuah tempat “sahnya” berkunjung ke sini.
Tak hanya tentang keindahan, letak pulau seluas 39.375 hektare ini pun strategis. Berada di jalur lalu lintas pelayaran internasional, Pulau Weh diapit Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Samudera Hindia. Sangat dekat dengan Malaysia, Thailand, Singapura.
Sebetulnya, pariwisata Sabang berpotensi menarik kunjungan wisatawan dunia. Apalagi jika melihat keberadaan Canal Kra, Thailand, yang menjadikan Sabang sebagai buffer zone bagi kapal-kapal kargo.
Cukup banyak kemudahan yang tersedia, bukan? Tinggal Pemerintah Aceh mengoptimalkan potensinya saja. Tentu konsep kawasan wisata perlu perlakuan khusus tanpa mengabaikan kearifan lokal.[] sumber: Majalah The Atjeh
Pemerintah Kembali Lirik Sabang Sebagai Zona Pelabuhan Bebas
[FOTO]: Libur Imlek, Wisatawan ke Sabang Meningkat
Guru Besar USU Korban Boat Karam Dimakamkan di TPU Sunggal Medan
Begini Kondisi Iboih Sabang Pasca Karamnya Boat Wisata
Sosok Profesor Retno USU di Mata Mahasiswanya
Hamdani AG, Wartawan Aceh Pertama Raih Gelar Doktor
[FOTO]: Jenazah Korban Kecelakaan Julok Diselimuti Bendera Bulan Bintang
Apa Kata Ketua BP2A Soal Tudingan Manipulasi Data?
Mengintip Ajaibnya Taman Bunga Terbesar Dunia di Padang Pasir
Cerita Irhana dan Gubuk Reotnya
430 Pasukan Pengamanan Pemilu di Aceh Utara Disiagakan
Fenomena Langit yang Bakal Terjadi Sepanjang 2015
Malam ini, Batas Akhir Gubernur Aceh Kembalikan Posisi Dirut PDPA yang Dipecat