23 March 2015

lingkungan
Agam Akhirnya Mati
27 October 2014 - 22:45 pm
"Saya mendapat kabar kematian Agam pada sabtu sore, dan kabar ini juga mengejutkan saya."

TAK mampu bertahan dengan kondisi tulang yang rapuh, akhirnya Agam, bayi gajah berusia 2 tahun penghuni Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree, Aceh Besar mati. Agam diduga menderita kerapuhan tulang akut yang juga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Kepala Balai Konservasi Sumbaer Daya Alam (BKSDA ) Aceh, Genman Suhefti Hasibuan, membenarkan akan kematian bayi gajah Agam. “Saya mendapat kabar kematian Agam pada sabtu sore, dan kabar ini juga mengejutkan saya, karena sehari sebelumnya saya mendapat kabar bahwa kondisi Agam menunjukkan progress yang baik,” jelas Genman, dilansir Kompas.com, Senin (27/10/2014).

Demi mengetahui penyebab kematian Agam, sebut Genman, pihaknya melakukan otopsi terhadap bangkai Agam dengan mengambil sample beberapa bagian tubuh dan kemudian diperiksa di laboratorium patologi.

“Tadi malam, jasad Agam langsung diotopsi yang dilakukan oleh dokter hewan kami, mereka mengambil sample organ tubuh Agam seperti hati, tulang, limpa untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan penyebab kematiannya,” ujar Genman.

Sample organ tersebut akan dikirimkan ke dua lokasi laboratorium patologi, yakni laboratorium patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan laboratorium Patologi Bogor.

Menurut Genman, berdasarkan pemeriksaan dari dokter hewan yang melakukan otopsi pengambilan sample, Gajah Agam diduga mengalami kerapuhan tulang akut dan mengalami penyumbatan aliran darah.

“Ini masih dugaan kita, karena sebagaimana kita ketahui Gajah Agam adalah bayi gajah yatim piatu, dan dia tak pernah mendapatkan asupan air susu ibu, biasanya gajah-gajah seperti ini akan mengalami kerapuhan tulang karena suplemen kalsium yang tidak sempurna, dan susu formula yang kita berikan tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut,” urai Genman.

Selain itu, karena dislokasi tulang yang dialami Agam, karena tergelincir, juga membuat saraf-saraf di tubuh bayi gajah berbobot hampor 400 kilogram ini menurun fungsinya karena tidak bisa melakukan banyak gerakan.

“Selama ia sakit dia jadi jarang bergerak, dan ini menyebabkan saraf-sarafnya menurun fungsinya dan diduga ini juga menyebabkan perdaran darah tidak lancar ke seluruh tubuh termasuk ke jantung sehingga menyebabkan jantung tidak mampu melakukan aktifitasnya, jadi ada komplikasi sehingga menyebabkan kematian,” kata Genman.

Pascakematian bayi gajah Agam, diakui Genman, PLG Saree merasa kehilangan. “Tapi kita juga masih memiliki satu bayi gajah lagi bernama Rosa, dan dia memiliki induk. Kendati demikian, bukan tidak mungkin Rosa bisa saja mengalami hal yang sama dengan Agam karena keaktifannya. Untuk itu kita juga terus meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap gajah-gajah yang kita miliki,” ungkap Genman.

Untuk Rosa saat ini sedang dibuatkan kandang untuk tinggal dan bermain. Ini dilakukan guna membatasi interaksi Rosa dengan gajah-gajah dewasa. “Kita khawatir kalau terlalu sering berinteraksi dengan gajah dewasa, bisa-bisa tidak sengaja nanti Rosa mengalami benturan dengan gajah dewasa, meski ada induknya di sampingnya,” ujar Genman.

Seperti yang telah diberitakan, pada pertengahan Mei 2014 lalu, Bayi Gajah Agam tergelincir saat bermain bersama Rosa bayi gajah betina, di PLG Saree Aceh Besar. Akibatnya Agam mengalami dislokasi tulang dan kondisi ini memperparah kondisi kerapuah tulang yang sudah dialaminya.

Saat ini sebanyak 36 gajah dewasa plus seekor bayi gajah berada di kawasan Pusat latihan Gajah (PLG) Saree Aceh Besar. | sumber: serambinews.com

Editor: Nurlis E. Meuko

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Ini Kata Rektor UGP Soal Pencabutan…

Tagore: Izin Operasi Kampus UGP Bakal…

Soal Serangan Gajah, DPR Aceh Segera…

Komisi II DPR Aceh: Dana Pemindahan…

Petani Cokelat Tewas Diinjak Kawanan Gajah…

HEADLINE

Bupati Minta Tambang Ilegal Ditutup, Warga Geumpang Selidiki Merkuri

AUTHOR