17 March 2015

Doc. ATJEHPOSTcom
Doc. ATJEHPOSTcom
reusam
Berziarah ke Makam Pocut Baren
Boy Nashruddin Agus
01 January 2014 - 13:36 pm
Jaraknya sekitar dua jam perjalanan jika ditempuh dari Meulaboh. Tak ada petunjuk jalan maupun penjaga makam yang bisa menceritakan sejarah Pocut.

KOMPLEK makam seluas 500 meter bujur sangkar itu dipagari besi. Letaknya di atas gunung di kawasan Desa Tungkop Kecamatan Sungai Mas, Aceh Barat. Tepat di depan pintu masuk komplek tertulis: Makam Pahlawan Pocut Baren.

Kawasan komplek makam ini ditumbuhi pepohonan yang rimbun. Saat The Atjeh Times berkunjung pada Kamis 15 Agustus 2013 lalu, suasana sekitar komplek makam terasa sejuk dan mampu melepaskan penat selama perjalanan ke lokasi.

Tepat di sisi kiri atau bagian selatan makam terdapat toilet. Tidak jauh dari pintu masuk makam juga terdapat balai panggung yang terbuka. Biasanya dijadikan tempat beristirahat bagi pengunjung yang datang ke kompleks tersebut.

Di dalam komplek itu, terdapat makam Pocut Baren. Nisannya berbentuk oval bersegi menjorok ke barat yang telah disekat dengan beton. Ada dua nisan di makam itu. Selain makam Pocut Baren, di dalam komplek juga terdapat puluhan makam pengikut Pocut. Nisan-nisan ini diberi tanda dengan batu koral biasa.
Suasana di komplek makam pahlawan dari Aceh Barat ini telihat sepi. Tidak ada tanda-tanda penjaga makam yang terlihat di lokasi. Pintu pagar menuju ke dalam kompleks makam juga tertutup.

Saat The Atjeh Time mengunjungi makam itu, Kamis dua pekan lalu, makam tersebut terlihat sepi dan tak berpenghuni. Meski terlihat kompleks sekitar makam bersih dari rerumputan tapi makam itu kurang terawat dan tidak terlihat tanda-tanda adanya penjaga makam yang khusus menunggu kompleks tersebut. Pintu pagar makam yang sudah berkarat juga terlihat tertutup.

Pagar besi yang melingkar di makam itu terlihat sudah tidak karuan, besi-besinya sudah karatan. Cat-cat putih yang ada di bagian beton sudah terkelupas dan pamflet di makam juga sudah jatuh ke lantai.

Menuju komplek makam Pocut Baren membutuhkan waktu dua jam perjalanan jika ditempuh dari pusat kota Meulaboh. Akses menuju ke lokasi makam yaitu jalan Meulaboh-Geumpang. Jika malu bertanya pada warga setempat, maka pengunjung bisa tersesat karena tidak dipasang penunjuk khusus menuju lokasi makam. Perjalanan menuju makam juga cukup menantang. Selain melewati pegunungan terjal, kondisi jalannya juga belum di aspal.

BERDASARKAN cerita warga setempat, Fatimah (120), Pocut Baren merupakan anak ulee balang kemukiman Tungkop, Cut Ahmad. Dia merupakan wanita cantik yang pemberani dan tangguh. Wanita pejuang Aceh ini juga dikenal pantang menyerah saat melawan Belanda tempo dulu.

Perjuangan Pocut Baren dimulai saat suaminya, Ampon Rasyid, tewas di medan perang melawan Belanda. Ampon Rasyid merupakan keujrun yang menjadi ulee balang Geumee, Woyla Barat. Kematian sang suami membuat wanita kelahiran 1880 itu kian membenci Belanda. Apalagi saat itu Belanda kerap mendatangi kemukiman Tungkop untuk meminta upeti.

“Watee nyan Belanda sabee lakee peng leu-leu bak awak tanyoe. Na pajak badan, pajak deking aleuh nyan Belanda lakee cit pajak nanggroe. Inan keuh beungeh that di Pocut keu kaphee nyan,” kisah Fatimah, yang dalam bahasa Indonesia berarti, “saat itu Belanda banyak sekali minta duit dengan alasan pajak tubuh, pajak preman dan juga pajak negara. Itulah yang membuat Pocut murka.”

Mengobarkan perang melawan Belanda, Pocut kemudian membangun benteng pertahanan di Desa Gleeng. Tepatnya di atas Gunung Mancang. Di gunung ini terdapat sebuah gua besar yang dijadikan sebagai lokasi persembunyian Pocut Baren dan pasukannya. Menurut Fatimah, barak militer Belanda saat itu berada di Desa Tanoh Mirah. Letaknya tidak jauh dari Desa Gleeng.

Belanda kerap kewalahan saat menghadapi perlawanan Pocut Baren dan pasukannya. Sehingga, kata Fatimah, Belanda sering meminta bantuan ke Meulaboh dan Kuta Radja (Banda Aceh). Bahkan untuk meredam perjuangan pasukan Pocut Baren, Belanda pernah menutup pintu gua dengan ilalang dan membakarnya. Ratusan pengikut Pocut Baren tewas di dalam gua tapi dia selamat.

“Meski ratusan pasukan Pocut Baren saat itu tewas, tidak membuat Pocut Baren mundur. Pocut Baren juga tetap gigih dalam berjuang,” katanya.

Sayangnya, kata dia, dalam perjuangannya Pocut Baren harus kehilangan kaki kanannya karena tertembak oleh Belanda saat berada di mulut gua Gunong Mancang.

Pocut Baren meninggal akibat malaria. Namun Fatimah tidak mampu mengingat tanggal kematian srikandi Aceh tersebut. Tapi, kata Fatimah, Pocut Baren dikubur di sisi kanan ayahnya. “Maka tidak heran jika melihat makam Pocut ada satu kuburan di sisi kanannya.”

Jika merujuk catatan sejarah karangan Ali Hasjmy dalam buku Wanita Aceh: Negarawan dan Panglima Perang, Pocut Baren meninggal tahun 1933 setelah berhasil ditawan oleh Belanda. Dia berhasil ditawan usai penyerbuan besar-besaran pejuang Aceh ke tangsi Tanoh Mirah milik Belanda. Serangan ini dipicu oleh ulah Belanda yang membakar setiap pintu gua yang ada di gunung Mancang setelah menderita kekalahan besar saat melawan pasukan Pocut Baren.

Letnan H Scheuler meminta restu PHA Heldens di Kutaradja (Banda Aceh) untuk membakar setiap pintu gua yang ada di Gunung Macang. Permintaan ini disetujui dan Letnan Scheuler diberi modal berupa dua ribu liter minyak tanah.

Tak pelak, Gunong Macang berubah menjadi lautan api dan baru padam setelah nyaris sepekan. Pembakaran ini menyisakan mayat-mayat yang gosong di Gunong Macang termasuk mayat Teuku Cut Ahmad, ayah Pocut Baren.

Serangan sadis ini tidak berhasil merenggut nyawa Pocut Baren. Srikandi Aceh tersebut berhasil mendobrak pasukan Belanda yang menjaga pintu gua Gunong Macang. Pocut bersama sisa pasukannya yang selamat kembali membangun pertahanan baru di sebuah kaki bukit yang strategis. Letaknya tidak jauh dari Tanoh Mirah.

Pocut Baren kemudian menyusun strategi baru menyerang markas Belanda. Dia dibantu pasukan muslim dari Meulaboh, Kutaradja dan Betawi. Penyerbuan ini menelan korban di kedua belah pihak. Hatta, Pocut Baren pun berhasil ditawan setelah tertembak peluru musuh. Kendati Belanda berhasil menawan Pocut Baren, pasukan gerilyawan Aceh tetap melanjutkan perjuangannya menumpas Belanda.

KEPALA Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Barat Suwanto mengakui kondisi makam Pocut Baren saat ini memprihatinkan usai dipugar oleh Pemerintah Aceh enam tahun lalu. Ia juga mengaku saat ini tidak ada petunjuk jalan yang dibuat untuk menuju makam.

“Melihat kondisi ini, tahun 2014 ini kita akan melakukan pemugaran serta membenahi sarana jalan di sana sehingga makam Pocut Baren nantinya bisa menjadi tempat obyek wisata sejarah,” katanya.

Pihaknya juga akan memasang tanda petunjuk arah menuju makam Pocut Baren dari Kota Meulaboh hingga ke lokasi tujuan. Nantinya, kata dia, di makam juga akan dipasang leaflet sejarah perjuangan srikandi Gunung Macang tersebut. “Kita akan berkoordinasi dengan provinsi menyangkut penggalian sejarah Pocut Baren,” katanya.[]

Editor:

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

ATJEHPOST.co Pamit Untuk Selamanya

Kebijakan Menteri Susi Lumpuhkan Aktivitas Nelayan…

Caisar YKS Kini Jual Aneka Makanan

Aceh Selatan Dilanda Hujan Debu

Jokowi Minta Polri Hentikan Kriminalisasi KPK

HEADLINE

Sepenggal Sejarah Perang di Pesisir Ulee Lheue

AUTHOR