30 March 2015

Casanemo. @tripadvisor
Casanemo. @tripadvisor
saleum
Curahan Hati Pemilik Casanemo Terkait Pengusiran Turis
atjehpost.co
09 January 2015 - 21:15 pm
Di dalam surat tersebut, Sitti Balqis bersama suaminya, Gianluca, menyayangkan insiden pengusiran yang dilakukan sekelompok orang yang mengatasnamakan pemuda Gampong Ie Meule

PIHAK Manajemen Casanemo mengirimkan surat kepada redaksi ATJEHPOST.co pada Jumat, 9 Januari 2015. Di dalam surat tersebut, Sitti Balqis bersama suaminya, Gianluca, menyayangkan insiden pengusiran yang dilakukan sekelompok orang yang mengatasnamakan pemuda Gampong Ie Meule, Sukajaya Sabang.

Berikut kutipan utuh surat testimoni yang dikirim oleh Casanemo ke redaksi ATJEHPOST.co:

KAMI Sitti Balqis Natasyrah (29 tahun), Gianluca (38 tahun warga Swiss), Dewa (4 bulan) adalah pemilik Hotel Casanemo. Sebagai putri daerah Sabang, saya sangat menyesalkan tindakan anarkis oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan pemuda gampong Ie Meule, Sukajaya Sabang.

Saya sebagai pihak manajemen Casanemo dan event organizer Nine Nine One telah memenuhi imbauan Wilayatul Hisbah (WH), Satpol PP dan pemuda setempat untuk mematikan musik dan menghentikan kegiatan pada pukul 10 malam menjelang tahun baru, Rabu, 31 Desember 2014. Event organiser Nine Nine One adalah penyelenggara acara, mereka hanya memakai tempat saya. Karena saya suka musik jadi saya dan suami mendukung acara ini. Ketika acara harus dibubarkan semua pihak setuju.

Namun banyak tamu dari Hotel The Perdana Beach, The Point, Freddie, Lumba Lumba dan beberapa penginapan di Iboih merasa kecewa karena tidak ada hiburan. Mereka akhirnya pergi ke pantai.

Pada saat itulah semua fitnah dilontarkan oleh beberapa pihak, yang terprovokasi juga mengambil kesempatan dalam situasi tersebut dan dilakukan tanpa sepengetahuan saya. Kami menjadi bingung kenapa pukul 23.34 WIB, sesuai dengan video dari wisatawan, warga menakuti turis yang sedang duduk di pantai Sumur Tiga. Di situ juga terbukti kami tidak melakukan acara lagi.

Apalagi sampai ada korban dan semua kesaksian dari semua staff yang juga orang kampung Sumur Tiga dan beberapa tamu membuat saya lebih sedih lagi. Padahal dari tahun 2012 sampai sekarang tidak ada tindakan penyerbuan turis di pantai Sumur Tiga.

Mengenai hubungan saya dengan orang kampung, kami baik, karena kami selalu mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh kampung Ie Meulee. Ke 20 staff yang bekerja, rata-rata janda dan yatim piatu, semua juga dari sini dan tukang-tukang 50 orang adalah warga Ie Meulee. Taxi dan tukang becak juga orang kampung sini.

Casanemo juga turut memberikan uang sesuai permintaan Ketua Pemuda Jurong Bahagia untuk membuat kegiatan tahun baru pada Selasa, 30 Desember 2014, sesuai yang tertulis di kwitansi. Beberap pemuda yang menjamin keamanan dan parkir juga telah menerima uang dari event organiser.

Pihak keamanan yang berwenang (polisi-red) juga telah menjamin acara akan lancar asalkan tidak ada narkoba, minuman keras dan porno aksi. Seperti pernyataan Kapolres Sabang itu adalah fitnah.

Sesuai video juga tidak ada hal hal senonoh yang dilakukan wisatawan juga pihak Casanemo. Ketika penyerangan terjadi saya di restoran bersama pihak EO sedang duduk. Juga ada tiga intel dari polisi di lokasi.

Saat kekerasan terjadi saya mensyukuri anak saya yang berusia empat bulan tidak ada di lokasi.

Penyerangan yang dilakukan sekelompok pemuda tersebut tidak hanya membuat saya kecewa, tapi membuat wisatawan akhirnya takut untuk ke Pulau Weh lagi. Mereka trauma karena yang ada di situ bukan tamu hotel saya saja tapi hotel lainnya.

Saya sendiri belum memuat laporan ke kantor polisi untuk menuntut ancaman kekerasan, pemerasan dan perbuatan tidak menyenangkan.  

Saya dan suami adalah pekerja kemanusiaan. Kami dulu bekerja sebagai relawan di Palang Merah Internasional, terakhir kami bekerja di Pakistan tahun 2012.

Kami selalu menghargai tradisi lokal. Kami memilih jalan damai karena Islam bukan kekerasan. Kami berharap ke depan nanti pelaku wisata diberikan regulasi yang tertulis di atas kertas hitam dan putih, juga wisatawan yang berkunjung, supaya tidak terjadinya ketidaktahuan dan ketidaknyamanan wisatawan.

Kita bisa belajar dari Malaysia. Saya yang bersekolah di Kuala Lumpur sangat banyak belajar bagaimana mereka sangat maju dengan industri wisatanya. Kami tidak mau konflik dengan siapa pun. Kami sangat menghargai hukum dan adat karena itu kami selalu mendukung artis-artis lokal dan penari untuk tampil di tempat kami.

Kami lakukan semua ini untuk mempromosikan Sabang dengan baik di mata dunia. Tapi kami perlu dukungan dan perlindungan sebagai pelaku wisata. Kalau ini tidak dilakukan, kami akan angkat kaki dari sini. Namun hal yang menyedihkan saya adalah kepergian pelaku wisata akan berdampak buruk bagi perekonomian daerah.

Pihak manapun yang ada di belakang ini semua saya percaya Allah akan membalasnya![]

Editor: Boy Nashruddin Agus

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

LBH Minta Pemko Sabang Segera Selesaikan…

Insiden Casanemo

LBH Tempuh Jalur Hukum Terkait Kasus…

Mediasi Insiden Casanemo Sabang Belum Capai…

Polres Sabang Hadirkan Warga yang Terlibat…

HEADLINE

Benang Kusut Hubungan Pusat dan Daerah

AUTHOR

Bunyi Bahasa Aceh II
Safriandi A. Rosmanuddin