21 March 2015

Batu akik Samudera Pasai | Foto: Zulkifli Anwar/ATJEHPOST.com
meukat
Bisnis Batu Akik Samudera Pasai Beromset Puluhan Juta
Zulkifli Anwar
10 August 2014 - 13:15 pm
Selain masyarakat sekitar, pembeli batu akik juga dari peziarah yang datang ke kuburan Malikussaleh. Pernah beberapa kali pembelinya berasal dari Malaysia.

DI bawah rangkang kecil beratap rumbia, lelaki bertubuh kurus itu dengan telatan menggosok batu akik pada sebuah mesin. Di sampingnya, seorang lelaki lain juga sibuk menggosok batu ke bantalan sandal agar permukaannya lebih halus dan mengkilap.

Beberapa pemuda dan anak-anak ikut memperhatikan proses pembuatan batu akik tersebut. Sekilas tidak ada yang istimewa dari batu-batu itu, nyaris sama dengan batu akik kebanyakan. Namun, ada yang istimewa: batu akik Samudera Pasai didapat dari dalam tanah.

Pengelola usaha menggali tanah yang diduga merupakan lokasi sisa kerajaan terdahulu. Selain batu akik, si pengelola usaha yang juga pemilik lahan kerap menemukan pecahan mangkuk atau piring yang terbuat dari keramik serta barang lainnya. Temuan itu diduga kuat berasal dari sisa-sisa kerajaan Samudera Pasai.

Usaha pembuatan batu akik itu berada di kawasan tambak di Gampong Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Berjarak beberapa puluh meter dari Makam Sultan Malikussaleh.

Gubuk terbuka berukuran 2x3 meter itu berada di bawah rerimbunan pohon bambu dengan jarak sekitar 12 meter dari jalan lintas desa. Usaha kecil itu berjalan dengan omset puluhan juta setiap bulannya.

Di depan gubuk terdapat sebuah rak kaca yang ditempatkan untuk memajang batu akik yang telah jadi. Mulai ukuran kecil, sedang hingga besar. beberapa di antaranya sudah diikat menjadi cincin siap pakai untuk ukuran jari dewasa.

“Pembuatan batu akik ini sudah berjalan hampir dua bulan terakhir. Saya dan teman saya merupakan pekerja, sedangkan usaha ini milik Muhammad alias Cek Mad,” ujar Fakhrizal, 37 tahun, warga Meunasah Mee Kandang, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe saat ditemui ATJEHPOST.com beberapa waktu lalu.

Di lokasi yang sama, Cek Mad, 55 tahun, pemilik usaha mengatakan, dalam sehari omset penjualan batu akik itu berkisar antara Rp 600ribu hingga Rp 1 juta.

Kata dia, selain masyarakat sekitar, pembeli batu akik miliknya juga dari peziarah yang datang ke kuburan Malikussaleh. Pernah beberapa kali pembelinya berasal dari Malaysia. 

“Di sini hanya kita sediakan batu akik kelas menengah ke bawah dengan harga di bawah Rp 400ribu. Sedangkan batu akik kelas atas dengan harga Rp 400ribu – Rp 5juta kita bawa ke Mon Geudong, Lhokseumawe. Di sana tempat penjualannya, termasuk jenis Blue Safir,” beber Cek Mad.

Ditambahkan Fakhrizal, dari ribuan batu akik yang ditemukan dalam tanah itu, terdapat juga batu mulia.

“Ini yang berwarna orange jenis tourmaline, sedangkan yang merah merupakan delima siam. Yang berukuran agak besar dengan warna campuran abu-abu kehitaman itu jenis garnet,” katanya sambil menunjukan tiga batu mulia miliknya.[]

Editor: Yuswardi A. Suud

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Ada Gambar Orang Salat di Batu…

Ini Kondisi Terakhir Giok 20 Ton…

Batu Akik Motif Tutul Ditawar Puluhan…

100 Peserta Mendaftar Kontes Batu Akik…

Menteri Koperasi: Giok Aceh Laku di…

HEADLINE

Begini Reaksi Pertagas Akibat Campur Tangan Adik Gubernur Zaini di PDPA

AUTHOR