Dua santri yang tertangkap bersama komunitas punk di Murni Square, Simpang Empat, Bireuen dilepaskan petugas usai dijemput teungku (pengajar atau guru) dayah, Sabtu, 20 September 2014. Salah satu santri tercatat belajar di dayah terkenal Samalanga dan lainnya merupakan santri dayah di Aceh Utara.

"Kami serahkan anak-anak ini ke teungku dayah untuk dibawa kembali  ke dayah dan dibina supaya tidak kembali bergabung dengan anak punk, kasihan mereka jika terpengaruh punk,” ujar Kasie Operasi dan Pengendalian Satpol PP dan WH, Adli, SE, saat memberikan dua santri tersebut kepada perwakilan dayah.

Awalnya utusan dayah hanya akan menjemput Sdv yang masih tercatat sebagai santri. Namun SA turut dibawa lantaran santri ini juga pernah menuntut ilmu di salah satu dayah terkenal di Samalanga tersebut.

Adli berharap pengurus dan pimpinan dayah menyikapi serius penangkapan santrinya bersama komunitas punk tersebut. Pasalnya, kemungkinan komunitas punk di Bireuen menyasar santri asal luar Bireuen yang kondisinya labil untuk direkrut bergabung bersama mereka.

Namun disayangkan keempat anak punk tersebut malah lolos dalam penyergapan yang dilakukan Sabtu siang. Salah satunya adalah Mahdi, 19 tahun, asal Aceh Besar yang dua hari sebelumnya diamankan ke kantor WH.

"Rupanya setelah kami serahkan ke Dinas Sosial diterima pejabat di sana hari Jumat, malamnya dia sudah berkeliaran dan bergabung lagi dengan komunitas punk di Murni Square. Dia sempat lari,” katanya.

Sementara itu setelah dibuat berita acara serah terima, kedua santri dibawa teungku dayah dengan minibus menuju Samalanga. Sdv sempat menangis saat akan diserahkan ke gurunya, sementara SA terlihat tenang.[]

Baca juga:

Gabung Komunitas Punk, Dua Santri Ditangkap Satpol PP