21 March 2015

Makam Pang Nanggroe dan Pang Lateh di Lhoksukon Aceh Utara. @Zulkifli Anwar/atjehpost.co
Makam Pang Nanggroe dan Pang Lateh di Lhoksukon Aceh Utara. @Zulkifli Anwar/atjehpost.co
reusam
Kondisi Makam Pang Nanggroe di Aceh Utara
Zulkifli Anwar
26 September 2014 - 15:09 pm
Di belakang komplek makam tersebut ada pabrik padi. Makam ini diapit lokasi bongkar muat SPSI Lhoksukon Express serta rumah warga di sisi kanan dan kirinya.

Rumput setinggi lutut orang dewasa terlihat tumbuh subur di sekeliling Komplek Makam Pang Nanggroe dan Pang Lateh yang terletak di Desa Pante, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara. Di lantai makam juga terlihat genangan air sisa hujan semalam, Jumat, 26 September 2014 siang.

Beberapa warga duduk santai di depan rumahnya yang berada di lingkungan makam tersebut. Komplek makam Pang Nanggroe tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Hanya saja, kini di sekitar jalan masuk makam telah dipagar bambu oleh warga setempat untuk ditanami pohon cabai. Sedangkan di depan komplek juga terlihat berjejer kandang ayam milik warga.

Makam Pang Nanggroe berdampingan dengan Pang Lateh. Makam itu telah dipugar lengkap dengan pembangunan cungkup makam oleh Pemerintah Aceh Utara pada tahun 1992. Sebelum pemugaran permanen, dulunya cungkup makam terbuat dari papan dan seng.

Agar tidak masuk unggas dan kambing, pagar besi yang telah dicat berwarna biru itu juga diberi jaring oleh juru kunci. Di depan dan belakang kedua makam itu juga terdapat beberapa kuburan lainnya.

Di belakang komplek makam tersebut ada pabrik padi. Makam ini diapit lokasi bongkar muat SPSI Lhoksukon Express serta rumah warga di sisi kanan dan kirinya.

Lokasi makam mudah dijangkau. Jaraknya tak jauh dari pusat pertokoan Kota Lhoksukon. Jalan masuknya melewati kantor pos setempat. Sedikit belokan ke arah kiri tanggul sekitar 50 meter dari kantor pos.

Meskipun makam tak banyak berubah sejak direhab, namun peziarah mengeluhkan bumbung kanan makam yang terlalu kecil. Akibatnya tempias hujan masuk dan mengenai penziarah saat sedang shalat. Para penziarah mengharapkan bumbung kanan itu diperlebar.

Hal itu dibenarkan juru kunci makam Pang Nanggroe, Iskandar, 64 tahun, pria paruh baya asal Semarang yang kini menetap di Desa Pante. Ia sudah menjadi juru kunci sejak 1990 saat cungkup makam masih terbuat dari papan dan seng.

“Makam itu sering diziarahi warga dari berbagai daerah. Kebanyakan untuk melepas nazar dan shalat di dalam komplek makam yang berlantai keramik putih. Makam itu ramai dikunjungi mantan kombatan GAM saat peringatan MoU Perdamaian Aceh. Jika lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, peziarah yang datang dapat dihitung jari,” katanya.

Menurutnya banyak juga peziarah yang melepaskan nazar di makam Pang Nanggroe dan Pang Lateh. Biasanya mereka melakukannya di sebuah balai yang jaraknya hanya 120 meter dari komplek makam.

Iskandar mengakui rumput di sekeliling makam memang mulai tumbuh subur. Hal itu karena ia belum memiliki uang untuk membeli pestisida.

“Saya biasanya membeli pestisida dari uang sumbangan peziarah yang melepas nazar. Kebetulan selama ini sepi pengunjung. Karena belum punya uang, jadinya rumputnya belum saya semprot,” katanya.

Saat disinggung perhatian atau bantuan dari dinas terkait untuk makam tersebut, Iskandar menjawab, “Saya bekerja lillahi ta’ala menjadi juru kunci makam tersebut. Selama 24 tahun, belum sepeser pun bantuan dari pemerintah saya terima. Baik untuk pribadi atau pun untuk makam,” kata pria yang kesehariannya berjualan cendol Jakarta, di samping Komplek Pasar Sayur Lhoksukon itu.[]

Editor: Boy Nashruddin Agus

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Polisi Cilik Lhoksukon Kunjungi Situs Sejarah…

Anggota Dewan Aceh Utara Tinjau Rumah…

Siapa Saja Pahlawan Nasional Aceh?

Napak Tilas Cut Meutia

Cut Rita: Semangat Juang Cut Nyak…

HEADLINE

Arkeolog: Ada Lambang di Kompleks Makam Jirat Manyang yang Belum Dimengerti

AUTHOR

Kurban, Avanza, dan Kematian
Irman I. Pangeran