20 March 2015

saleum
Kisah Kematian Sameera
Dream.co.id
29 October 2014 - 00:00 am
Sameera dibunuh karena aktivitasnya sebagai pembela HAM di Irak. Dia meregang nyawa, begitu laporan PBB, setelah disiksa dan dieksekusi para militan organisasi tersebut.

PADA setiap perang, kematian tidak hanya menimpa para serdadu, tapi juga warga sipil. Mereka yang bersuara lantang menentang perang, bahkan bisa kehilangan jiwa. Terutama jika suara itu merugikan sebuah kubu. 

Bacalah laporan Badan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini. Tentang seorang perempuan bernama Sameera Salih Ali al-Nuaimy. Dia  mati di tengah kecamuk perang antara pasukan Irak melawan tentara Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), hanya karena bersuara lantang.

Sameera dibunuh karena aktivitasnya sebagai pembela HAM di Irak.  Dia meregang nyawa, begitu laporan PBB, setelah disiksa dan dieksekusi para militan organisasi tersebut. 

Sameera ditangkap di rumahnya oleh sekelompok pria bersenjata yang disebut Badan HAM PBB sebagai anggota ISIS. Saat itu, dia sedang berada di rumah bersama suami dan ketiga anaknya. Ada dua orang saksi yang melihat kejadian itu. 

Sameera dibawa ke sebuah lokasi rahasia, kemudian dia disiksa selama beberapa hari dan dieksekusi oleh regu penembak di lapangan bulan lalu. Sekitar 5 hari setelah penangkapan itu,  keluarganya dihubungi pihak rumah sakit untuk mengambil jasadnya, yang penuh dengan bekas siksaan. Penjaga kamar mayat hanya memberikan sedikit penjelasan dan memberikan isyarat. Hal ini guna menjaga keselamatan mereka.

Komisaris HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Zeid Ra’ad al-Hussein, menyatakan peristiwa ini terjadi usai Sameera mem-posting status di akun Facebook-nya mengutuk apa yang disebutnya sebagai tindakan  "barbar" para militan ISIS, yang telah melakukan pemboman dan penghancuran masjid dan kuil di Mosul, Irak Utara.

Zeid menyatakan bahwa Sameera dicap murtad oleh ISIS, bahkan keluarganya dilarang memakamkan jasadnya.

Sameera bukan satu-satunya aktivis HAM yang mati di tengah konflik ini. Berdasarkan pantauan PBB, ada calon kandidat pemilu di Irak yang juga menjadi korban dan ada pula yang diculik oleh orang bersenjata di Mosul Timur.

Perwakilan PBB di Irak telah menerima banyak laporan mengenai pengeksekusian terhadap perempuan oleh orang bersenjata militan ISIS. "Perempuan yang berpendidikan dan perempuan profesional tampaknya menjadi incaran para anggota organisasi ini," ujar Zeid.

Sang komisaris menyampaikan bahwa dia telah melapor kepada Dewan HAM di Jenewa, Swiss, mengenai kondisi di Irak yang kian memburuk.

Pusat Hak Asasi Manusia Timur Tengah menyatakan Sameera telah bekerja untuk membela hak dan fokus pada kemiskinan. Organisasi hak asasi yang berbasis di Bahrain ini mengatakan kematian Sameera disebabkan semata-mata terkait karena pekerjaannya membela hak manusia.

Hanaa Edwer, seorang aktivis hak asasi manusia terkemuka Irak mengatakan sedikitnya lima aktivis politik perempuan tewas dalam beberapa pekan terakhir oleh kelompok ISIS di Mosul, termasuk Sameera."Namun, bukan berarti perempuan saja yang menjadi sasaran. Mereka akan membunuh siapapun yang bersuara, ini sangat menakutkan," ungkapnya.

*****

Konflik di Irak ini, telah menyeret banyak perempuan ke arena pertempuran.  Selain bersuara mententang perang sebagaimana dilakukan Sameera, ada juga yang memilih terlibat dalam perang. Terutama kaum wanita Yazidi, suku minoritas yang juga menjadi target ISIS.

Wanita yang paling banyak diberitakan media adalah Ceylan Ozalp, yang berusia 19 tahun dan masuk barisan pejuang perempuan Kurdi.  Ozalp menembak kepalanya sendiri karena tidak ingin menjadi sandera pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Ozalp dikabarkan sudah dikepung pasukan ISIS di dekat kota Kobani atau Ain al-Arab, sebuah kota yang terletak di perbatasan Suriah dan Turki. Setelah kehabisan amunisi dan musuh semakin mendekat, Ozalp kemudian mengucapkan salam perpisahan melalui radio dan menyisakan peluru terakhir untuk dirinya sendiri.

Pada September lalu, Ozalp pernah melakukan wawancara denganBBC. Saat itu Ozalp menceritakan perasaannya dan tekadnya berjuang melawan ISIS.  

"Kami tak takut apapun. Kami akan bertarung hingga orang terakhir. Kami lebih suka meledakkan diri kami daripada disandera ISIS," ujar Ozalp.

Seperti halnya Ozalp, banyak perempuan Kurdi Suriah bergabung dengan Pasukan Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang merupakan pecahan dari pasukan Partai Pekerja Kurdi.

*****

Negara-negara Islam akhirnya mendorong Amerika Serikat untuk meluncurkan serangan udara guna membantu pasukan Kurdi dan melindungi agama minoritas di negara itu. Para tentara dari lima Negara Islam ikut dalam penyerangan ini. 

Amerika Serikat dan lima negara Arab sekutu telah memperluas penjagaan udara di Suriah. Serangan itu membuka jalan bagi penduduk sipil, meski Kota Mosul dan Fallujah masih menjadi basis pertahanan organisasi tersebut.

Bantuan militer sudah berdatangan dari negara-negara lain, seperti Jerman yang telah berbicara dengan pihak Kurdi untuk melawan pasukan ISIS. Negara itu juga memberikan bantuan senjata senilai US$ 90 juta.

Setidaknya ada 8.493 warga sipil tewas akibat konflik ini sejak awal tahun 2014. Setengahnya tewas pada bulan Juni hingga akhir Agustus. Korban tewas di kedua belah pihak. Perang memang, selalu meminta nyawa. | sumber: dream.co.id

Baca juga artikel menarik lainnya di dream.co.id yang mengupas lengkap tentang "Perempuan dalam Perang". 

Editor: Nurlis E. Meuko

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Perbudakan Seksual Dorong Korban ISIS Bunuh…

[Foto] Pejuang Wanita Kurdi Bersiap ke…

Irak Rebut Kembali Bendungan Adhaim dari…

Kisah Kematian Sameera

ISIS Tembak Jatuh Helikopter Militer Irak,…

HEADLINE

Cerita Dahlan Iskan Mencium Tangan Bupati Rocky di Aceh Timur

AUTHOR