30 March 2015

Ilustrasi benda seni (REUTERS/Denis Balibouse)
Ilustrasi benda seni (REUTERS/Denis Balibouse)
reusam
Celetukan 'Nyeni' dari Sang Kritikus Seni
atjehpost.co
05 January 2015 - 08:00 am
Seni memiliki keleluasaan dan kelenturan untuk diinterpretasikan oleh siapa pun yang menciptakan dan menikmati, bahkan mengkritiknya

Seni memang tak berbatas, tak bisa dikotak-kotakkan. Seni memiliki keleluasaan dan kelenturan untuk diinterpretasikan oleh siapa pun yang menciptakan dan menikmati, bahkan mengkritiknya. Boleh dibilang, nyaris tak ada yang baku dalam seni.

Namun tak ada salahnya bila kita menggali wawasan seni dari Jerry Saltz, kritikus seni terkenal Amerika Serikat. Senior Art Critic majalah New York ini memiliki segudang kalimat sakti yang dapat dijadikan inspirasi bagi pelaku dan penikmat seni. Berikut ini beberapa di antaranya:

1. "Jangan pergi ke sebuah museum dengan tujuan tertentu. Museum ibarat lubang cacing ke dunia lain."

Tak keliru bila pria berumur 63 tahun ini menyebut, "museum ibarat lubang cacing". Satu pintu kecil museum membukakan peluang pengetahuan dan wawasan yang begitu besar. Petuah dari nominator Pulitzer Prize untuk bidang Criticism ini membuat penasaran dan bersemangat menjelajahi museum.

2. "Fokus pada kritik dari generasimu sendiri. Yang sudah berlalu tidak banyak membantu dirimu."

Setiap karya seni dan seniman memang memiliki eranya sendiri. Saltz memiliki pandangan soal seniman kontemporer. Menurutnya, seniman masa kini, baik yang sekolah maupun tidak, pada dasarnya adalah autodidak. Keterampilan seni tidak ada hubungannya dengan kemampuan teknis.

3. "Menjadi kritis atas seni adalah cara menujukkan kepedulian terhadap seni itu sendiri."

Dalam mengkritik sebuah karya seni, Saltz mengaku, selalu berpijak pada perkataan seorang seniman terhadap karya yang ia hasilkan, dan juga melihat dampak keberadaan karya tersebut terhadap masyarakat serta keabadiannya.

4. "Ada banyak, banyak dunia seni. Seni mengandung banyak orang."

Sebagaimana telah dikatakan, seni memang tak terhingga. Keahlian dan kepahaman Saltz terhadap seni tidak hanya tuangkan dalam selembar kritik, namun dirinya juga tercatat sebagai dosen tamu di The School of Visual Arts, Columbia University, Yale University, dan The School of The Art Institute of Chicago.

5. "Jangan pernah sekali-kali memikirkan jual beli saat Anda berada di studio untuk berkarya."

Seni memang harus bernilai, syukur-syukur juga berdaya beli. Namun bukan berarti sang seniman melulu memikirkan unsur komersil, dan mengesampingkan unsur estetika atau artistiknya. Berkarya saja dulu, kelak apreasiasi akan mengikuti dengan sendirinya.

6. "Fotografi adalah hal termudah untuk dilakukan dan salah satu tersulit menghasilkan yang baik."

Pada era sekarang, memiliki kamera canggih bukan lagi monopoli para profesional. Sekalipun seseorang memiliki kamera terbaru, bukan lantas ia piawai menghasilkan imaji yang indah dan bermakna. Imaji orisinal, tentu saja, tanpa utak-atik peranti lunak canggih.

7. "Lelang membuat saya sakit. Saya tidak tahan terhadapnya. Mereka merusak dunia seni."

Suatu benda yang dilelang kadang dihargai selangit. Jadi masalah bila kepemilikan si benda berpindah ke tangan orang berduit yang tak memahami seni. Tak jarang benda yang dilelang termasuk langka, yang seharusnya dimiliki negara dan disimpan di museum atau galeri agar dinikmati banyak orang. | sumber : CNNIndonesia

Editor: Ihan Nurdin

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Arti Tersembunyi di Setiap Karya Seni

Gelar Budaya Aceh di ITB Diselenggarakan…

Celetukan 'Nyeni' dari Sang Kritikus Seni

Mulia Mardi, Yatim Piatu Tsunami yang…

KNPI Aceh Gelar Pertunjukan dan Diskusi…

HEADLINE

Sang Pembebas Palestina

AUTHOR