19 March 2015

Pesona bawah laut Pulau Weh @atjehpost.com/Heri Juanda
Pesona bawah laut Pulau Weh @atjehpost.com/Heri Juanda
saleum
Pariwisata Aceh: Bercermin ke Raja Ampat
Murthalamuddin
25 April 2014 - 16:39 pm
Pariwisata di Aceh jalan di tempat, kalau tak elok dikatakan mati suri. Bandingkan dengan Raja Ampat di Papua, mereka sukses meski dari segi sumber daya alam jauh di bawah Sabang. Bek uet jalo toh kapai.

Beberapa pekan lalu saya berbincang dengan seorang wartawan media nasional terkemuka. Saya menawarkan dia meliput geliat pariwisata Aceh. Dia ternyata malah sudah duluan jalan-jalan ke Sabang. Menurutnya nilai pariwisata Sabang luar biasa, tapi itu kemudian tidak didukung oleh sumber daya, makanya wisata Sabang kurang maju.

Wartawan itu mengkritik ketidaktersediannya infrastruktur dasar yang baik. Misalnya MCK atau sarana jalan yang tidak baik. Menurutnya pada lokasi wisata di Aceh juga tidak tersedia polisi pariwisata atau tim penyelamat.

Saat perbincangan itu, di Jakarta sedang berlangsung Expo Pariwisata Sabang oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang. Dua hal yang kontradiktif tentunya. Tulisan ini tentu saja bukan sebuah penelitian. Tapi hanya asumsi saja. Bahwa kita ingin membangun pariwisata itu sah-sah saja.

Bahkan awal April lalu dalam sebuah forum investasi Aceh di Jakarta, Wakil Menteri Pariwisata dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar menginginkan Aceh membangun pariwisata berbasis syariah. Menurutnya, Aceh harus punya kekhasan yaitu pariwisata Islami dan ini sangat menjanjikan.

Sang menteri begitu bersemangat menjelaskan bagaimana industri pariwisata dunia sedang berlomba menarik wisatawan muslim dengan menyediakan bermacam-macam fasilitas dengan label halal dan Islami.

Aceh dengan basis Islami yang kuat bisa sangat menjual untuk untuk itu. Karenanya diperlukan kerja kerja yang lebih fokus dan terencana. Pariwisata Aceh butuh blueprint jangka panjang. Saat ini kita hanya punya semangat tapi lihatlah apa program sustainable untuk mendukung.

Merayu orang untuk datang ke Aceh bukan pekerjaan instan. Kita tidak menjual perayaan atau event kontemporer. Kita menjual semua potensi pariwisata. Untuk itu dibutuhkan kerja yang masif dan konprehensif. Tanpa itu maka pariwisata Aceh hanya akan jadi proyek sejumlah pihak untuk dapat anggaran dan menghabiskannya.

Sebagai contoh ketika daerah lain di Indonesia terjadi peningkatan jumlah penerbangan, di Aceh malah makin berkurang. Ini satu indikator bahwa pariwisata kita tidak terurus dengan benar. Ketika Pemko Banda Aceh mempromosikan visit Banda Aceh, penerbangan ke Banda Aceh selalu penuh. Belakangan promosi itu menurun dan penumpang pesawat ke Banda Aceh pun turun.

Kita perlu belajar dari daerah lain bagaimana mereka membangun pariwisata dengan fokus. Contoh yang paling mutakhir adalah Kabupaten Raja Ampat di Papua. Siapa pun tahu bagaimana sulitnya transportasi ke Papua. Apalagi transportasi lokal di sana. Untuk menghubungkan satu kampung dengan kampung lain harus menggunakan udara. Tapi lihat semua ruang promosi pariwisata hampir tidak ada yang tidak mempromosikan raja Ampat. Bila berpikir normal ini dalah pekerjaan gila karena sulitnya mengakses negeri di ujung Papua sana.

Namun, karena pemerintahnya fokus dan berani bersikap maka mungkin anggaran terbesar mereka  habis untuk promosi. Mereka hanya punya alam yang lainnya minus. Mereka tidak punya anggaran yang besar. Tapi sedikit anggaran itu mereka tumpahkan dengan fokus dan masif ke pariwisata.

Kini mereka menikmati hasilnya. Wisatawan berdatangan dari segala penjuru dunia. Investor pun berlomba menanam modal. Butuh bertahun-tahun upaya ini. Biarpun pemerintahan berganti programnya terus berlanjut. Bandingkan dengan Aceh yang punya kekayaan alam dan infrastruktur perhubungan yang memadai. Intinya jangan menjala ikan dengan sampan di laut lepas. Yang harus dilakukan adalah menggunakan kapal dan pukat besar. Bèk uét jalö tôh kapai. []

Murthalamuddin adalah Plt Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh dan mantan jurnalis.

Editor: Murdani Abdullah

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Diakah Si Pembisik Gubernur Zaini Itu?

Menunggu Rakyat Aceh Mengutuk

Apa Ben Makan Tulang

Ini Bukan Gubernur Feodal

Bencana Aceh dan Keledai

HEADLINE

Pemberontakan Kaum Muda Aceh

AUTHOR

Apakah Aceh Sedang Sakit?
Boy Nashruddin Agus