15 March 2015

alfabet @ilustrasi
saleum
Bunyi Bahasa Aceh I
Safriandi A. Rosmanuddin
13 February 2014 - 08:42 am
Bunyi bahasa merupakan bunyi-bunyi yang keluar dari hidung dan mulut ketika dilafalkan, dan jika dituliskan berwujud huruf-huruf.

Setiap bahasa di dunia ini memiliki keunikan bunyi bahasa. Keunikan tersebut dapat ditilik dari berbagai segi, di antaranya segi jumlah. Bahasa Jepang, misalnya, memiliki 5 jenis vokal, sama halnya dengan bahasa Indonesia. Lalu lihat juga bahasa Rusia yang punya 10 huruf vokal, 20 huruf konsonan, 1 huruf semi-konsonan (terkadang disebut juga sebagai semi-vokal), dan 2 tanda pelafalan. Uniknya lagi, bahasa yang menggunakan huruf Kiril Rusia dalam tulisannya ini, terdiri dari vokal keras dan vokal lunak.

Meski demikian, keunikan bunyi-bunyi tersebut untuk semua bahasa di dunia secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis: vokal dan konsonan.

Bahasa Aceh sebagai salah satu bahasa Austronesia juga memiliki vokal dan konsonan. Namun tak seperti bahasa Jepang dan Rusia, bahasa Aceh memiliki dua jenis bunyi bahasa itu dalam jumlah yang banyak. Selain itu, adanya vokal tunggal, vokal rangkap, konsonan tunggal, konsonan rangkap dalam bahasa Aceh semakin memperlihatkan keunikan bahasa Aceh.

Bahasa Aceh mempunyai 17 vokal tunggal dengan rincian: 10 vokal dihasilkan melalui mulut, dan 7 vokal melalui hidung. Vokal yang dihasilkan melalui mulut disebut vokal oral, sedangkan lewat hidung dinamakan vokal nasal.

Kesepuluh vokal tunggal oral dalam bahasa Aceh adalah a, i, e, è, é, eu, o, ô, ö, dan u. Vokal ini dapat dilihat penggunaannya dalam kata-kata berikut: aduen ‘abang’, iku ‘ekor’, beuhe ‘berani’, eu ‘lihat’, padé ‘padi’, mugè ‘tengkulak’, boh ‘buah’, ôn ‘daun’, bôkbang ‘gelisah’, böh ‘buang’, u ‘kelapa’.

Tujuh vokal lainnya yang dihasilkan melalui hidung adalah ‘a, ‘i, ‘è, ‘eu, ‘o, ‘ö,  dan ‘u. Vokal-vokal ini dapat dilihat dalam kata-kata seperti pa’ak ‘nama jenis ikan’, sa’i ‘mengurung diri’, la’èh ‘lemah’, ‘eu ‘ya’, kh‘op ‘bau busuk’, ph’öt  ‘bunyi padam api’, ôn ‘u ‘daun kelapa keriting’.

Selanjutnya ihwal vokal rangkap, bahasa Aceh punya 17 vokal rangkap. Sama halnya dengan vokal tunggal, vokal rangkap dibagi dua golongan, yaitu vokal rangkap yang berakhir dengan e dan yang berakhir dengan i. Selain itu, vokal rangkap dapat dipilah atas vokal rangkap oral (12 buah) dan vokal rangkap nasal (5 buah).

Vokal rangkap yang berakhir dengan e ada 10 buah: ie, èe, eue, oe, öe, ue, ‘ie, ‘èe, ‘eue, dan ‘ue. Vokal rangkap yang berakhir dengan i ada 7 buah: ai, ‘ai, ei, oi, ôi, öi, dan ui.

Penggunaan ketujuh belas vokal rangkap itu dalam bahasa Aceh dapat dilihat seperti pada kata ie ‘air’,  batèe ‘batu’, èelia ‘aulia’, eue ‘lapang’, leuek ‘balam’, adoe ‘adik’, bloe ‘beli’, lagöe ‘yang dipakai untuk hal-hal yang mengejutkan’, ue ‘tersumbat’, bruek ‘tempurung’, p’iep ‘hisap’, ch’iep penyot, kempis’, èerat ‘aurat’, ‘eue ‘merangkak’, ‘uet ‘telan’, s’uep ‘paru’, gatai ‘gatal’, kai ‘muk’, hei ‘panggil’, boinah ‘kekayaan, harta’, bhôi ‘kue bolu’, lagöina ‘sangat’, bui ‘babi, reului ‘teduh’. []

Editor:

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Haji Uma Usulkan Bahasa Aceh Masuk…

Cerpen Bahasa Aceh: Jeulamee

Mengapa Saya Pertahankan Logat Aceh

Ketika Bintéh Menjadi Bintis

Mabôk

HEADLINE

Kinerja Birokrat Aceh Buruk, Ekonomi Rakyat Terpuruk

AUTHOR

Damai Setengah Hati
atjehpost.co

Ketika Bintéh Menjadi Bintis
Safriandi A. Rosmanuddin