21 April 2015

Ilustrasi sarjana
Ilustrasi sarjana
meukat
Sarjana Ekonomi Tak Diminati Perbankan
merdeka.com
14 May 2014 - 14:00 pm
Dari pengalaman pelaku industri perbankan, justru kini lebih menguntungkan merekrut sarjana dari disiplin ilmu yang jauh dari ekonomi

Firma akuntantsi dan konsultasi Price Waterhouse Cooper (PwC) menggelar jajak pendapat tahunan kepada pelaku industri perbankan menyoal tantangan dan peluang pada 2014.

Salah satu isu yang banyak dikeluhkan bankir adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di industri jasa keuangan. Sebanyak 44 persen responden menegaskan, saat ini perbankan kesulitan merekrut SDM yang berkualitas untuk bekerja di perusahaan masing-masing. Bahkan, para sarjana bidang ekonomi, akuntansi, atau manajemen dianggap tidak layak masuk ke sektor ini.

"Kita prihatin melihat kondisi lulusan universitas. Para bankir menilai kenapa terlalu banyak yang diajarkan ke mahasiswa tapi sedikit sekali yang bisa mereka pahami. Akhirnya bank merekrut karyawan baru bukan lagi dari jurusan ekonomi atau bisnis," kata Kepala PwC Indonesia Jusuf Wibisana dalam jumpa pers 'Indonesia Banking Surveys 2014' di Jakarta, Rabu (14/5).

Dari pengalaman pelaku industri perbankan, justru kini lebih menguntungkan merekrut sarjana dari disiplin ilmu yang jauh dari ekonomi. PwC mencatat, banyak bank kini mempekerjakan sarjana alumni Institut Pertanian Bogor atau Institut Teknologi Bandung. Ini dikarenakan biaya pelatihan para sarjana itu untuk beradaptasi dengan tuntutan kerja bank lebih cepat, dibanding alumni jurusan ekonomi.

"Makin banyak saja pakar pertanian dan insinyur yang mengisi posisi top manajemen perbankan di Indonesia. Ini karena orang melihat kebutuhan SDM dari intelejensi mereka yang terbukti lebih cepat mengikuti pelatihan sebelum bekerja," ungkap Jusuf.

PwC menegaskan, keluhan para bankir ini wajib diperhatikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai otoritas terkait dalam penyediaan SDM ke dunia kerja. Tanpa ada perubahan fundamental kualitas lulusan universitas, Jusuf menambahkan, para bankir cukup pesimis menghadapi liberalisasi perbankan di Asia Tenggara pada 2020 mendatang.

"Banyak pertanyaan dari responden, kenapa mendikbud menghabiskan 20 persen APBN, sementara bank masih harus mengeluarkan banyak biaya melatih ulang calon pekerjanya," tandasnya.

Keluhan perbankan soal sulitnya menyerap tenaga kerja lulusan universitas sejalan dengan data Badan Pusat Statistik. Per Februari 2014, jumlah penganggur level S1 mencapai 360.000 orang, atau sekitar 5 persen dari total pengangguran. Sedangkan pemegang titel strata satu yang sudah bekerja baru mencapai 8,8 juta orang (7,49 persen) dari total angkatan kerja. | sumber : merdeka

Editor: Ihan Nurdin

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Mari Elka Pangestu: Sudah Waktunya Kita…

Menyedihkan, Pertumbuhan Ekonomi Aceh Terburuk di…

Mahasiswa Ekonomi Pembangunan di Aceh Bentuk…

Bank Indonesia: Aceh Utara Harus Benahi…

Wapres: Tantangan Aceh Masih Berat

HEADLINE

Menteri ESDM di Depan Gubernur Aceh: Jangan Jadikan BUMD Pemburu Rente

AUTHOR