24 March 2015

Yuri Khudi dan keluarga | Foto: arcticanthropology.org
Yuri Khudi dan keluarga | Foto: arcticanthropology.org
tech + health
Temuan Penting Si Gembala Rusa
Yuswardi A. Suud
24 May 2014 - 11:35 am
Hidup jutaan tahun silam, mamut punah karena perubahan iklim. Fosilnya ditemukan di lapisan es Siberia.

NAMA Yuri Khudi tiba-tiba menjadi buah bibir para ilmuwan. Penggembala rusa di Semenanjung Yamal, Siberia, itu menemukan jasad kecil yang membeku dalam balutan es yang terhampar menyelimuti daratan. Ia belum pernah melihat sebelumnya. ??

Ia hanya mereka-reka, jangan-jangan jasad itu adalah wujud nyata dari cerita turun-temurun di semenanjung Siberia. Imajinasi Yuri ternyata benar. Temuannya itu adalah fosil bayi mamut, indatu atau nenek moyang gajah yang hidup jutaan tahun silam. Ketika ditemukan, bentuknya masih utuh, kecuali rambut dan kukunya telah raib.

Peristiwa itu terjadi pada suatu pagi di bulan Mei 2007. Kepada National Geographic yang mewawancarainya, Yuri bercerita ia tak berani menyentuh fosil itu. Sebab, berdasarkan cerita warisan nenek moyangnya, mamut adalah makhluk buas yang dapat mengundang malapetaka. Bahkan, ada cerita, siapa saja yang menemukan mamut akan mati muda.

Nyali Yuri menciut. Ia pun meninggalkan tempat itu, melaporkan temuannya pada seorang teman. Mereka menemui direktur museum, lalu kembali ke lokasi penemuan dengan helikopter. Sayangnya, bayi mamut itu telah raib. Rupanya, seseorang telah mengambilnya. Untunglah, jejaknya masih dapat ditelusuri. Bayi mamut itu ditemukan di sebuah toko. Jasad itu lalu dibungkus dan dikirim dengan helikopter untuk disimpan dengan aman di Museum Shemanovsky di Salekhard, Siberia. Fosil bayi mamut betina itu dinamai Lyuba, nama istri Yuri.

Temuan Yuri membawa harapan baru bagi ilmuwan untuk menguak tabir mamut. Memang, sebelumnya telah ada temuan bagian tubuh mamut. Jasad mamut berbulu wol pertama kali ditemukan di Siberia pada 1806. Sang penemu adalah Mikhail Ivanovich Adams, seorang ahli botani. Sesudahnya, ada lagi beberapa penemuan, tetapi tak ada yang selengkap temuan Yuri Khudi. Bagi para ilmuwan, temuan Yuri adalah mamut paling awet dari zaman es.

Empat tahun berlalu sejak temuan itu. Pada Agustus 2011, muncul kabar baru: seorang penggembala lain kembali menemukan bayi mamut di sebuah kawasan di Rusia. Kantor berita Reuters mengatakan bayi mamut yang masih menyisakan bulu di beberapa bagian tubuhnya mirip dengan temuan Yuri.

Siberia tampaknya memang surga mamut. Saat es mencair pada musim panas, ratusan gading, gigi, dan tulang muncul di tepi sungai, danau, atau di pinggir pantai. Hal ini memicu perburuan gading mamut. Setiap musim panas, ketika es mencair, ratusan orang mendirikan kemah, mencari gading mamut. Gading-gading itu lantas dijual ke China dengan harga mahal. 

Mamut adalah kelompok gajah bergenus Mammuthus yang telah punah. Yang paling terkenal dari makhluk berbelalai ini adalah mamut berbulu tebal, Mamuthus Primigenius. Binatang ini diperkirakan hidup 400 ribu tahun lalu di Siberia. Lapisan bulunya yang mencapai 90 sentimeter cocok untuk melindungi tubuhnya dari cuaca dingin.

Gadingnya yang panjang melengkung, selain untuk bertarung, mungkin juga dipakai untuk mengais makanan yang terkubur salju. Karena mamut sering mati dan terkubur dalam endapan yang kemudian beku, banyak jasad binatang itu yang bertahan hingga zaman modern, terutama dalam lapisan tanah beku Siberia yang luas.

Temuan fosil mamut kembali terjadi pada November 2012. Para arkeolog yang sedang menggali situs Roma Kuno di sepanjang Kota Shangissur-Marne, Prancis, dikejutkan dengan temuan tulang belulang mamut. Umurnya diperkirakan 100 sampai 200 ribu tahun. Saat mati, mamut itu diperkirakan berumur 20 tahun.

Mamut diperkirakan hidup di zaman es, antara 1,8 juta hingga 11.500 tahun silam.  Laporan National Geographic memperkirakan mamut menghilang antara 14.000 hingga 10.000 tahun silam. Mamut punah bersamaan dengan spesies mamalia besar lainnya di belahan bumi utara.

Muncul banyak dugaan tentang penyebab musnahnya binatang purba ini, dari bencana alam hingga perubahan iklim. Namun karena kepunahan massal itu terjadi bersamaan dengan berakhirnya zaman es, banyak ilmuwan meyakini mereka punah karena suhu meningkat drastis.

Gajah Asia dan Afrika diyakini sebagai evolusi mamut. Ketika kini gajah termasuk binatang terancam punah karena perburuan, muncul pertanyaan: akankah nasib mamut terulang pada gajah?[] sumber: Majalah The Atjeh

Editor: Boy Nashruddin Agus

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Ini Kata Rektor UGP Soal Pencabutan…

Tagore: Izin Operasi Kampus UGP Bakal…

Soal Serangan Gajah, DPR Aceh Segera…

Komisi II DPR Aceh: Dana Pemindahan…

Petani Cokelat Tewas Diinjak Kawanan Gajah…

HEADLINE

AUTHOR