17 March 2015

Direktur RSUDZA dr. Syahrul Sp,S (K) | Foto: Boy Nashruddin Agus
Direktur RSUDZA dr. Syahrul Sp,S (K) | Foto: Boy Nashruddin Agus
news
Direktur RSUDZA: Kita Telah Siapkan Tenaga Terampil
Boy Nashruddin Agus
25 February 2014 - 12:28 pm
Aceh menduduki ranking pertama penyakit jantung di Indonesia

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainal Abidin (RSUDZA) dr. Syahrul, Sp.S (K) menyebutkan Aceh menduduki ranking pertama penyakit jantung di Indonesia. Hal tersebut disampaikannya kepada sejumlah wartawan usai grand launching kamar bedah hybrid di RSUDZA Banda Aceh, Selasa, 25 Februari 2014.

"Selama ini pasien yang menderita sakit jantung terpaksa dibawa ke Jakarta. Padahal kalau dikirim kesana, ada ongkos kirim, biaya hidup pasien dan keluarga pasien, jadi ini sangat memberatkan," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, pengadaan kamar bedah hybrid di Aceh merupakan hal yang patut disyukuri. Apalagi fasilitas tersebut baru pertama kali ada di Indonesia, dan itu ada di Aceh.
"Kita juga memiliki dokter bedah thorak dan jantung untuk memfungsikan alat ini," katanya.
Menurutnya Sumber Daya Manusia yang disiapkan untuk mengoperasikan fasilitas ini terdiri dari 30 orang.

"Bedah jantung ada dua, anestesi jantung ada tiga, dokter jantung intervensi ada lima dan juga ada perawat terampil, perawat anestesi jadi ada 30 orang SDM nya," katanya.

Selama ini, kata dia, tenaga ahli tersebut belajar di beberapa rumah sakit jantung di UI, Jakarta, Bangalore dan Thailand. "Jadi kita benar-benar mempersiapkan orangnya, betul-betul terampil dan kompeten," katanya.

Saat ini sudah banyak pasien yang mendaftar untuk bedah jantung menggunakan teknologi hybird. Dia merincikan, untuk pasien jantung anak bawaan sudah 30 orang yang mendaftar dan pasien jantung dewasa 40 orang.

"Pasien kita rawat selama beberapa hari untuk mempersiapkan bedah ini sementara biaya ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Kesehatan Rakyat Aceh (JKRA), pasien gak perlu bayar, semua ditanggung asuransi," katanya.

Selain itu, dr. Syahrul juga menyebutkan sumber biaya pengadaan alat bedah jantung hybrid tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Aceh senilai Rp35 miliar. "Semoga dengan adanya fasilitas ini, pasien jantung di Aceh benar-benar bisa ditangani dengan baik."

Berdasarkan data yang dirilis Organisasi Kesehatan dunia (World’s Health Organization /WHO) pada 2011, penyakit jantung koroner (PJK) adalah pembunuh nomor satu di Indonesia. Angka kematian karena PJK mencapai 243.048 atau 17,05 persen dari total kematian di Indonesia.

Salah satu solusi untuk meringankan beban para penderita PJK adalah dengan tindakan bedah jantung minimal invasif. Kamar bedah hybrid baru ini akan mendukung berbagai macam bedah minimal invasif.[]

Editor:

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Merekam Aktivitas di Rumah Sakit Umum…

FOTO: Pelantikan Staf Ahli dan Wadir…

Pasien Keluhkan Lambannya Pelayanan Unit Rawat…

Bocah Usus Tersumbat Ini Terlantar di…

Ahli Bedah Jantung dari Aceh Hadiri…

HEADLINE

Wanita Ini Dipecat Akibat Sering Mendoakan Pengemudi

AUTHOR