30 March 2015

Rafly kunjungi situs Samudra Pasai | Foto: Irman I. Pangeran/atjehpost.com
news
Rafly Sambangi Situs Samudera Pasai
Irman I. Pangeran
02 March 2014 - 21:48 pm
Ini prasasti Islam yang masih kurang mendapat perhatian. Nisan-nisan dari zaman Kesultanan Aceh Darussalam saja jumlahnya meledak

Penyanyi Aceh, Rafly menyambangi kompleks makam tinggalan zaman Kesultanan Samudra Pasai di gampong Meunasah Pie, kecamatan Samudera, Aceh Utara, Minggu, 2 Maret 2014.

Rafly ikut memberi dukungan kepada tim Centre Information for Samudra Pasai Heritage (Cisah) Lhokseumawe yang sedang bergotong-royong di kompleks makam temuan terbaru. Selain mengangkat nisan-nisan kuno yang terbenam dalam lahan, 20 anggota Cisah dibantu perangkat gampong Meunasah Pie, juga membersihkan semak-semak di lokasi tersebut.

Kedatangan Rafly ke tempat itu menyedot perhatian warga gampong Meunasah Pie, termasuk kaum ibu dan anak-anak. Ramai bocah usia sekolah dasar kemudian menyesaki lahan yang menjadi lokasi ditemukan kompleks makam bersejarah itu.

“Rafly datang ke Lhokseumawe untuk tampil di warung Sampena KP3 nanti malam (malam ini-red). Begitu mengetahui tim Cisah sedang bergotong-royong di kompleks makam yang baru ditemukan, Rafly langsung datang ke sini karena dia peminat sejarah Islam,” ujar Herman, warga Lhokseumawe yang adalah rekan Rafly.

Di lokasi itu, Rafly kemudian berdiskusi dengan peneliti sejarah dan kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad didampingi Zainal Ardi, geuchik gampong meunasah Pie. Rafly menyampaikan kekagumannya setelah melihat nisan kuno berukir kaligrafi Arab. “Kejayaan masa indatu kita sangat luar biasa dan komprehensif, kreatifitas seninya sangat tinggi,” kata Rafly.

Menurut Taqiyuddin, nisan-nisan tinggalan era Kesultanan Samudra Pasai berukir ayat Alquran, syair dan inskripsi tentang pemilik makam, jumlahnya sangat banyak di kawasan tersebut.

“Ini prasasti Islam yang masih kurang mendapat perhatian. Nisan-nisan dari zaman Kesultanan Aceh Darussalam saja jumlahnya meledak. Sebenarnya ini dokumen masa lalu yang sangat bernilai, dan menampilkan kreatifitas seni. Bahkan di kompleks makam Kesultanan Samudara Pasai periode ketiga, di gampong Meunasah Meucat, Blang Mee (kecamatan Samudra) tampak seperti galeri,” ujar Taqiyuddin.

Itu sebabnya, kata dia, pengunjung tidak merasa seram meski berjam-jam berada dalam kompleks makam tinggalan zaman Kesultanan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam. “Walaupun itu pemakaman, tapi nisan-nisannya juga bercerita tentang kehidupan melalui kreatifitas seni luar biasa yang dimiliki para seniman masa silam,” katanya.[]

Editor:

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Sosiolog Istanbul: Aceh dan Turki Kerajaan…

13 Oktober; Habib Abdurrahman Menyerah pada…

10 Oktober; Van Daalen Larang Pers…

[VIDEO]: Jejak Kerajaan Aceh Darussalam

Pakar Sejarah Unsyiah: Banyak Kerajaan Kecil…

HEADLINE

Profesor Sejarah Yahudi Sebut Semua Nabi Adalah Muslim

AUTHOR