20 March 2015

Muslem
Muslem
saleum
[OPINI]: Lahir Prematur, Nasib Kurikulum 2013
atjehpost.co
19 December 2014 - 16:00 pm
"...Jika anda berpikir menetap untuk waktu yang lama lagi, mulailah bertanam pohon. Akan tetapi, jika anda ingin menetap untuk selamanya, mulailah mendidik manusianya.”

Oleh: Muslem

Pameo “Ganti Menteri ganti Kurikulum”  kembali memperkuat mindset masyarakat Indonesia saat ini. Kenapa tidak! Keberadaan kurikulum 2013 ini bakal segera dihentikan. Penghentian ini berdalih dari analisa Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu Anies Baswedan bahwa kurikulum 2013 yang dilaksanakan sekarang masih setengah matang. (KOMPAS: Sabtu, 22 November 2014)

Setengah matang atau prematur dalam istilah ilmu kesehatan dimana kelahiran bayi yang belum mencukpi usia pada umumnya menjadi alasan yang kuat bagi para pengambil kebijakan di sektor Pendidikan untuk menghentikan kurikulum 2013 ini. Hanya saja timbul pernyataan “mana yang seharusnya disandang istilah prematur !”. Apakah sikap kebijakan tergesa-gesa penghentiian kurikulum 2013 ataukah ketidak sempurnaan (setengah matang) kurikulum 2013 yang dikatakan prematur ?.

Kurikulum dalam logika Penguasa

Suatu Pemerintahan, seorang penguasa memiliki cara dan strategi yang berlainan dalam memimpin dan menjalankan roda pemerintahan. Setiap penguasa mempunyai konsep di setiap fase sehingga melahirkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Misalnya, gaya memimpin Soekarno dan Soeharto berlainan, sebab mereka dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai banyak faktor, baik bersifat nasional maupun internasional sehingga kondisi demikian memaksa penguasa mempunyai konsep untuk menjawab setiap persoalan yang ada.

Tidak ubahnya dalam konteks pendidikan misalnya, gaya kepemimpinan Muhammad Nuh dan Anies Baswedan juga yang berbeda, dan perbedaan ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai factor, bisa saja dilihat dari kedisiplinan kelimuannya atau hasil didikan kampus keduanya berasal, bahkan bisa dilirik dari  nuansa kubu (partai) politik yang dimainkan, sehingga rangkaian kebijakan yang diambil relatif berbeda pula.

Pada dasarnya perbedaan kepemimpinan tidaklah menjadi hal yang urgens untuk diperdebatkan karena perbedaan model kepemimpinan sudah pernah diberi contoh oleh pemimpin-pemimpin dalam lembaran sejarah. Hanya saja, jika para penguasa (kususnya bidang pendidikan) dipimpin oleh jiwa-jiwa yang haus kepentingan pribadi, golongan bahkan politik, maka keterpurukan kualitas pendidikan kita tidak harus dipertanyakan lagi. Mereka yang haus-haus kepentingan ketika dimasukkan dalam kurikulum pendidikan secara umum akan berbunyi hanya untuk menjadikan proses pendidikan yang menghamba kepada penguasa, dan seterusnya.

Jika hal demikian terjadi maka konsep dunia pendidikan yang berorientasi pada nir-laba (tidak mencari keuntungan) akan berubah haluwan menjadi lahan basah untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Yang seharusnya dilakukan penguasa (pejabat) Pemerintahan adalah menyambung bahkan menyempurnakan setiap kebijakan pemangku sebelumnya jika memang kebijakan itu memeliki ruh bagi kemaslahatan problema saat ini.

Setiap kebijakan akan berimbuh pada sikap menolak dan menerima, bagitu juga dengan kebijakan penghentiaan K-13 ini, ada pihak yang menolak bahwan lebih serius seperti yang dilakukan Sejumlah perusahaan percetakan yang tergabung dalam Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) akan menempuh jalur hukum terkait penerapan terbatas Kurikulum 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. "Kami akan menempuh jalur hukum terkait keputusan sepihak tersebut," ujar Ketua Umum PPGI Jimmy Juneanto, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/12/2014). Pihak percetakan merasa dirugikan karena mereka telah mencetak buku Kurikulum 2013 sesuai dengan pemesanan sekolah-sekolah. "Kami tidak diajak bicara sebelum Mendikbud Anies Baswedan memutuskan hal itu," keluh dia. (KOMPAS: Selasa, 9 Desember 2014).

Belum lagi kekecewaan di pihak akademisi sebagai pelaku yang telah menjalankan K-13 ini. Mereka semakin mengeluh sikap ke-­plin-planan (tidak karuan) Anies Baswedan dimana mereka merasa ada konsep yang begitu efektif (ruh) dalam K-13 yang bertitik pada afektif (nilai/perilaku), belum lagi dari sisi administrasi seperti raport untuk anak-anak yang harus dirubah kembali.

Ruh Kurikulum 2013

Kurikulum selalu dinamis, senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi negara yang merdeka, maka kurikulum pun mengalami perubahan yang menyeluruh. Semisal kasus di Indonesia, dengan berakhirnya kolonialisme Belanda ke Indonesia yang merdeka, sudah sewajarnya Indonesia mengambil langkah yang lebih bijaksana dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat Indonesia itu sendiri untuk menjawab tantangan di masa mendatang.

Hanya saja apa yang terjadi saat ini adalah masih adanya sikap kebingungan, kebimbangan bahkan keraguan tentang konsep K-13 meskipun para pelaku (pendidik) sudah dengencar dengan pelatihan demi pelatihan. Hal ini terjadi karena mereka tidak memehami ruh atau konsep dari K-13.

Sebagaimana kita ketahui K-13 adalah kurikulum yang memiliki pendekatan scientific. Pendekatan scientific seperti ini sudah dipraktekkan di Negara-negara maju seperti Cina, Amerika, Jepang dan sebagainya. Karena kejayaan atau kemajuan Negara tersebut dipengaruhi dari mindset akan besarnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Dan konsep inilah yang hendak ditiru oleh bangsa kita.

K-13 dengan pendekatan scientific memiliki 5 (lima) tahapan dalam proses pembelajaran: mengamati, bertanya, menganalisa (menalar), mencoba, dan jejaring (meng-integrasi). Berikut ilustrasinya: pertama, pengamatan dilakukan pada suatu fenomena yang terkait dengan materi yang akan disampaikan, terlebih fenomena-fenomena dewasa ini. Kedua, jika pengamatan dilakukan dengan cermat pada suatu fenomena maka akan menimbulkan hasrat untuk bertanya. Tehap ketiga, yaitu menalar, proses ini mencoba mencari dugaan jawaban sementara dari gejala-gejala yang ditimbulkan dari fenomena yang diamati ini tidak ubahnya dengan sikap menolak. Selanjutnya, tahap keempat, yaitu mencoba. Mereka akan mencoba mencari jawaban dari dugaan sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan jawaban yang ditemukan dengan materi disiplin ilmu lainnya dan inilah yang disebut meng-integrasikan bidang-bidang disiplin ilmu.

Tentunya proses pembelajaran seperti ini berpusat pada peserta didik, sehingga guru di sini bertugas sebagai fasilitaor yang siap memotivasi anak didik, dan kesiapan guru dengan konsep integrasi keilmuan tentunya harus mapan. Dengan proses seperti ini maka akan melahirkan orang-orang yang berjiwa ilmuwan semakin bisa dicapai. Selanjutnya, selain sisi pengetahuan K-13 juga menyiapkan peserta didik yang terampil, begitu juga  aspek nilai (moral).

Adapun terminal terakhir dari ruh K-13 adalah mengintegrasikan konsep-konsep materi pembelajaran dengan nilai-nilai ketimuran (Islam). Sehingga, jiwa peserta didik tidak kosong dengan paham bahwa keberadaan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat manusia. Oleh sebab itu, kita sama-sama memaklumi kepandaian saja tanpa agama tidak cukup, mereka diibaratkan seperti orang tersesat, begitu juga orang yang beragama tanpa ilmu pengetahuan yang diibaratkan seperti orang buta.

Kemudian, di sisi lain bagi sebagian pemikir mencoba menyalakan api sebagai titik kelemahan bagi K-13 pada konsep integrasi setiap keilmuan, memang adakalanya disiplin ilmu Biologi misalnya dikatakan sukar untuk dikoneksikan dengan ilmu fisika, namun tidak dengan  nilai-nilai Islam dimana setiap bidang ilmu bisa dikoneksikan dengan nilai-nilai Islam, sehingga ilmu itu tidak menjadi bebas nilai, tidak kering, tidak dikotomi, dan sebagainya.

Ruh inilah yang kiranya menjadi perhatian khusus bagi pemangku yang mengambil kebijkan untuk lebih bijaksana dan berbesar hati, jika memang ruh tersebut dipandang sangat signifikan demi meningkatkan kualitas dunia pendidikan Indonesia, kenapa tidak? Kenapa tidak untuk terus dipertahankan. Meskipun terkadang ia (K-13) lahir prematur.

Berikut sebuah ungkapan yang kiranya tidaklah berlebihan untuk memotivasi niat pemangku kebijakan ini Jika anda berpikir menetap di suatu tempat selama beberapa tahun, mulailah bertanam padi. Jika anda berpikir menetap untuk waktu yang lama lagi, mulailah bertanam pohon. Akan tetapi, jika anda ingin menetap untuk selamanya, mulailah mendidik manusianya.”

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.[]

Penulis adalah Dosen STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. e-mail; muslemjulok@yahoo.com

Editor: Boy Nashruddin Agus

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

[OPINI]: Lahir Prematur, Nasib Kurikulum 2013

JK: Kurikulum 2013 Tak Dicabut

Dikritik M Nuh soal Penghentian Kurikulum…

Saat Kurikulum Ikut Selera Presiden

Ombudsman: Kurikulum 2013 Membebani Guru dan…

HEADLINE

Ini Bukan Gubernur Feodal

AUTHOR