20 April 2015

The Atjeh Post versi majalah, beredar 26 Desember 2014
The Atjeh Post versi majalah, beredar 26 Desember 2014
saleum
Edisi Khusus Majalah ATJEHPOST: Kroni Zaini
Yuswardi A. Suud
25 December 2014 - 17:50 pm
Apa yang bisa dikenang dari pemerintahan sekarang? Sejauh ini, barangkali kita sepakat menggeleng kepala. Belum ada.

PEMBACA, menutup tahun 2014, kami menghadirkan edisi khusus ATJEHPOST dalam bentuk majalah setebal 116 halaman. 

Edisi khusus ini kami rancang untuk mengingatkan Pemerintah Aceh bahwa pemerintahan ini sudah berjalan 2,5 tahun. Sementara kita mencatat, sejauh ini, belum ada program yang membuat pemerintahan ini layak dikenang.

Orang Aceh mengenang Ibrahim Hasan sebagai gubernur yang membuka keterisolasian daerah. Ia membangun jalan dan jembatan hingga ke pelosok pantai barat dan timur. Yang lebih penting, Ibrahim Hasan punya konsep pembangunan dengan membagi Aceh dalam dua zona: zona industri dan zona pertanian. 

Begitu pula ketika orang mengenang Daud Beureueh, maka dengan mudah mengingatnya sebagai ulama sekaligus gubernur peletak dasar pendidikan Islami yang kelak diadopsi secara nasional dalam bentuk madrasah. 

Lalu apa yang bisa dikenang dari pemerintahan sekarang? Sejauh ini, barangkali kita sepakat menggeleng kepala. Belum ada. 

Berangkat dari pertanyaan itulah kami menelusuri apa yang menyebabkan pemerintahan ini seperti terjebak pada rutinitas seremonial belaka. 

Kami mewawacara sejumlah narasumber kunci: di pemerintahan, di badan usaha milik daerah, juga di partai politik. Kami juga mewawancarai orang-orang yang pernah dekat dengan Gubernur Zaini Abdullah. Istilah lain: orang-orang seperjuangannya dulu. 

Hasilnya mengejutkan. Zaini saat ini rupanya telah berbeda dengan yang pernah mereka kenal dulu. Tanpa malu-malu Zaini mengangkat adik kandung dan sanak familinya untuk ditempatkan pada sejumlah posisi di pemerintahan dan badan usaha milik daerah. Padahal, ini jelas-jelas bertentangan dengan Undang-undang Pemerintahan Aceh yang melarang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Belakangan, kami juga mendapat sejumlah informasi terkait keponakan istri Zaini bermain proyek di sejumlah dinas dan instansi pemerintahan. 

Kami juga mendapatkan dokumen tentang bagaimana Zaini mempertahankan kepentingan keluarganya yang berakibat pada Aceh terancam kehilangan pendapatan dari regasifikasi Arun. Sebagian dokumen itu kami sertakan dalam majalah ini sebagai bukti bahwa kami tidak asal tuding. 

Protes-protes terhadap pola kepemimpinan Zaini kini bergaung lebih keras dari sebelumnya. Tidak hanya dari masyarakat, tapi juga dari orang-orang yang dulu satu perahu bersamanya: para mantan kombatan yang dulu pernah bertaruh nyawa di medan perang.  Sumpah serapah mengalir bak air bah. Bahkan, beberapa diantaranya mengungkapkan kemarahannya dengan bahasa yang kasar yang tak mungkin dituliskan seperti bahasa yang mereka ucapkan. 

Pembaca, majalah ini sengaja kami edarkan bertepatan dengan peringatan 10 tahun tsunami Aceh pada 26 Desember 2014. Ini adalah hari penting dalam sejarah Aceh. Itulah hari yang pahit untuk dikenang, tapi banyak pelajaran yang bisa kita petik. Itulah hari yang membuka jalan bagi lahirnya perdamaian antara GAM dan Pemerintah Indonesia yang kelak juga membuka jalan bagi Zaini Abdullah yang mantan GAM untuk naik ke kursi Gubernur Aceh. Itulah hari ketika dunia bahu membahu membantu Aceh agar lebih baik di masa mendatang.

Kita berharap, mata hati Zaini Abdullah bisa terbuka. Kita berharap Zaini bisa kembali kepada semangat perjuangannya dulu; menempatkan kepentingan Aceh di atas segala-galanya. Bukan kepentingan kroni atau keluarga!

Selamat membaca.[]

Baca juga:
Doto Zaini; Lain Dulu, Lain Sekarang

Editor: Yuswardi A. Suud

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Edisi Khusus Majalah ATJEHPOST: Kroni Zaini

DPR Aceh Minta Gubernur Tindak SKPA…

Pak Gub, Tolong Usir "Tukang" dari…

Simpati Nagan untuk Aji

IMPAS Jakarta Desak Gubernur Evaluasi Pengamanan…

HEADLINE

Anak-anak Gaza yang Dewasa Sebelum Waktunya

AUTHOR