29 March 2015

Pembuatan rencong di Gampong Baet, Aceh Besar. @Ihan Nurdin/atjehpost.co
Pembuatan rencong di Gampong Baet, Aceh Besar. @Ihan Nurdin/atjehpost.co
Printed
Romantisme Kampung Rencong
Ihan Nurdin
27 December 2014 - 09:00 am
Di Kampung Rencong, kita bukan hanya menemukan kerajinan bercitarasa seni tinggi, melainlan juga romantisme masa lalu yang menjadi simbol keberanian rakyat Aceh.

SEJAK dulu Gampông Baet, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Aceh Besar ini dikenal sebagai sentral kerajinan rencong di Indonesia. Ada tiga kampung yang menjadi produsen rencong, yaitu Baet Mesjid, Baet Lampuoet, dan Baet Meusagoe.

Tradisi membuat rencong di tiga kampung ini merupakan warisan turun-temurun yang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Semua kaum lelaki di kampung ini berprofesi sebagai pengrajin rencong. Di samping itu, mereka juga bertani. Adapun kaum perempuan membuat kerajinan khas Aceh lainnya seperti dompet dan tas.

Setelah sekian lama menyandang status sebagai sentral kerajinan rencong, mulai 2014 ini Gampông Baet Lampuoet ‘naik kelas’ menjadi desa wisata yang dipopulerkan dengan nama Kampung Rencong. Sekelompok mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ‘menyulap’ kampung ini menjadi salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi.

Kampung Rencong yang kini menjadi desa binaan Unsyiah ini berada di kaki Bukit Barisan. Jaraknya hanya terpaut sekitar 18 kilometer dari Kota Banda Aceh. Waktu tempuh sekitar 20-30 menit dengan kendaraan membuat Kampung Rencong sangat memungkinkan untuk menjadi tujuan wisata. Jika Anda berpelesir ke Banda Aceh, jangan lewatkan kesempatan melihat proses pembuatan senjata rencong di Kampung Rencong.

Hasrat saya untuk main-main ke Kampung Rencong kesampaian pada awal Desember lalu. Bersama Dian dan Salwa – tim Kampung Rencong Unsyiah – saya berkesempatan melihat langsung cara membuat rencong. Kami berkunjung dari satu dapur ke dapur rencong lainnya. “Tahun depan akan kita luncurkan Visit Kampung Rencong,” kata Dian.

Untuk menuju Baet Lampuot, saya harus melewati dua kampung, yaitu Dilib Bukti dan Baet Mesjid. Hal ini memberikan daya tarik dan pesona tersendiri karena selain dapat melihat dan merasakan langsung suasana pedesaan yang alami, saya juga dapat menyaksikan hamparan sawah dengan latar Bukit Barisan di kejauhan. Badan jalan yang sudah teraspal membuat perjalanan kian menyenangkan.

Ada sembilan dapur rencong di Baet Lampuot. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dapur rencong yang ada di dua Gampông Baet lainnya. Inilah yang menjadi alasan Unsyiah memilih Baet Lampuot sebagai desa binaannya melalui Program Hibah Bina Desa Dirjen Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Masyarakat kampung ini sangat antusias dengan apa yang kami lakukan, sebelumnya juga sudah terjalin komunikasi yang cukup baik karena saya KKN di sini,” ujar Project Manager Kampung Rencong, Ramadhan.

Selain di Suka Makmur, sentral kerajinan rencong di Aceh juga terdapat di salah satu desa di Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara, tetapi tidak begitu populer seperti halnya di Gampông Baet.

Untuk program awal, kata Ramadhan, mereka akan mengembangkan Baet Lampuot terlebih dahulu. “Kalau sudah berhasil baru kita kembangkan dua desa di sekitarnya,” ujar mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIP Unsyiah ini.

Tiap-tiap dapur rencong memiliki peran masing-masing yang spesifik, misalnya ada yang hanya mencetak mata rencongnya, atau memproduksi gagangnya saja.

Editor: Boy Nashruddin AgusHalaman: 123

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Romantisme Kampung Rencong

HEADLINE

Milad GAM dan Perdamaian Aceh

AUTHOR

Proyek Poros Meuligoe
Nurlis E. Meuko