17 March 2015

  • Foto Sabang Zaman Dulu Vitzicht Vanaf
  • Foto Sabang Zaman Dulu Negen Scheepsagenturen
  • Foto Sabang Zaman Dulu Links De Kliniek
  • Foto Sabang Zaman Dulu In 1931
  • Foto Sabang Zaman Dulu Het Telefoonhuisje
  • Foto Sabang Zaman Dulu Het SS Sabangbaai
Sabang tempo dulu. Foto: pusakaindonesia.pnri.go.id
news
[FOTO]: Begini Sabang Tempo Dulu (2)
Irman I. Pangeran
04 January 2015 - 15:15 pm
Menurut catatan sejarah, pada masa kerajaan Aceh, Sabang masih kurang digubris. Pulau Weh atau dikenal dengan sebutan Gamispola oleh Marco Polo bersama dengan Pulau Breuh dan Pulau Bunta sangat berbahaya untuk didarati.

Kawasan Sabang atau Pulau Weh yang berada di jalur pelayaran internasional telah berdenyut kencang pada masa perang Belanda hingga Jepang di Aceh, bahkan jauh sebelumnya.

Sebagian jejak sejarah di Sabang itu dapat dilihat dari foto-foto “Sabang Zaman Dulu” yang dipublikasikan lewat laman pusakaindonesia.pnri.go.id. Di antaranya, foto Markas Besar Sabang tahun 1925, Rumah Kepala Administrasi Sabang, Kantor Negara/Pemerintah, kondisi Pelabuhan Sabang, dan lokasi-lokasi penting lainnya. Pada foto-foto “Sabang Tempo Dulu” koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Aceh itu turut ditulis keterangan singkat dalam bahasa Belanda.

Menurut catatan sejarah, pada masa kerajaan Aceh, Sabang masih kurang digubris. Pulau Weh atau dikenal dengan sebutan Gamispola oleh Marco Polo bersama dengan Pulau Breuh dan Pulau Bunta sangat berbahaya untuk didarati.

De Graff,  salah satu penjelajah Belanda telah merasakan ganasnya pantai Pulau Weh yang dipenuhi karang saat ia hendak menuju Kerajaan Aceh. “Kami berlayar menyusuri tepi barat Sumatera dan nyaris kandas pada karang-karang Pulo Way (Pulau Weh) dan seandainya laut pada waktu itu tinggi, rasa-rasanya kami tidak bakal bisa selamat,” ujar De Graff.

Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Mawardi Umar mengatakan Sabang mulai penting sejak Perang Belanda di Aceh meletus tahun 1873. Peran Sabang saat itu sebagai tempat singgahan secara rutin kapal-kapal perang Belanda. Pulau ini juga menjadi tempat evakuasi tentara Belanda yang gugur dan terluka dalam perang.

Belanda kemudian membangun tempat pengisian batu bara dan air bagi kapal-kapal perangnya di Teluk Balohan sejak 1884. Teluk ini dianggap sangat strategis untuk memblokade Aceh, baik pantai timur maupun pantai barat. Namun karena Teluk Balohan relatif dangkal untuk disinggahi oleh kapal-kapal perang besar, Belanda kemudian memindahkan lokasi pelabuhan ke Teluk Sabang yang memiliki kedalaman rata-rata antara 10 sampai 20 vadem (1 vadem = 1,8288 meter).

“Pembangunan konstruksi pelabuhan Sabang dan fasilitas lainnya mulai dilakukan tahun 1890 oleh firma De Lange & Co. dari Batavia (Jakarta),” ujar Mawardi Umar.

Dengan pertimbangan letaknya pada garis pelayaran internasional yang sangat padat, Pemerintah Belanda mendeklarasikan Sabang sebagai Pelabuhan Bebas pada 11 April 1896. Untuk tugas operasional sejak tahun 1898, dibentuk sebuah badan “N.V. Zeehaven en Kelenstation Sabang” (Sabang Maatschappij) dengan dukungan dana dari Nederlandsche Handel Maatschappij.

Masa keemasan pelabuhan bebas Sabang berakhir dengan masuknya Jepang tahun 1942. Negara Matahari Terbit ini menjadikan Sabang sebagai basis pertahanan utamanya dengan menempatkan 6.000 angkatan laut. Konsekueansinya, Sabang menjadi sasaran serangan dari sekutu dan hancur setelah dibombardir oleh kapal perang SS. Tromp pada 1943. (Baca: Pelabuhan Aceh dalam Catatan Sejarah).[]

Editor: Murdani Abdullah

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Ini Jadwal Garuda Terbangi Medan-Sabang

VIDEO: Begini Suasana di Casanemo Sabang…

[FOTO]: Detik-detik Pengusiran Turis di Casanemo…

LBH Banda Aceh Kumpulkan Bukti Konkrit…

LBH: Jika Tak Diselesaikan, Kasus Casanemo…

HEADLINE

Mengapa Illiza Belum Mampu Seperti Mawardy

AUTHOR