21 March 2015

Rumah Yusuf. Foto Istimewa
Rumah Yusuf. Foto Istimewa
saleum
[Surat Pembaca]: Potret Keluarga Miskin di Gampong Adan Pidie Jaya
atjehpost.co
15 February 2015 - 19:50 pm
Desa Adan merupakan tempat kami (kelompok 126) mengabdi selama mengikuti KKN Unsyiah periode VIII 2014-2015.

HARI itu Jumat 16 Januari 2015. Air berlumpur masih mengenangi Desa Adan, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya.

Ya, Kamis malam, banjir menerjang daerah ini. Sisa sampah dan kayu masih menumpuk di perkalangan rumah warga.

Desa Adan merupakan tempat kami (kelompok 126) mengabdi selama mengikuti KKN Unsyiah periode VIII 2014-2015.

Selama KKN, kami ditempatkan Keuchik Gampong Adan bernama Pak Ridwan.

Di pagi itu, pak Ridwan menerima telpon dari pejabat Dinas Sosial Kabupaten Pidie Jaya, untuk mendata rumah-rumah warga Gampong Adan yang menjadi korban akibat banjir dan luapan sungai.

Kemudian, saya bersama teman-teman (KKN Unsyiah-red) dipanggil Pak Ridwan untuk mendata rumah warga korban banjir tersebut.

Setelah berkemas-kemas kami pun keliling kampung dengan berjalan kaki dan mendata seluruh rumah yang digenangi air sembari melihat-lihat kondisi dan situasi lapangan pasca banjir itu. Banyak hal-hal baru yang saya dan kawan-kawan jumpai di lapangan, kita juga banyak bertatap muka lalu berbincang-bincang dengan masyarakat.

Menurut informasi dari hasil warga, banjir adalah suatu bukanlah hal baru di sana. Banjir sudah menjadi langganan warga di sana.

Gampong Adan ditempati 120 kepala Keluarga. Setengahnya merupakan korban banjir.

Saat itu, saat melihat Al-Khalizy, ketua kelompok KKN yang juga mahasiswa Fakultas Ekonomi Akuntansi angkatan 2011, masuk dalam sebuah rumah. Usai mengucapkan salam, ia langsung menerobos masuk tanpa melepas sandal jepit yang dipenuhi lumpur.

Saya kaget, akhirnya ikutan masuk dengan tujuan untuk menegur Al-Khalizy yang menurut saya sangat tidak sopan.

"Kenapa tidak buka sandal?” ujar saya dalam bahasa Aceh.

“Tidak apa-apa kata bapak,” kata Al-Khalizy sambil menunjuk ke arah pemilik rumah. Belakangan nama pemilik rumah diketahui bernama Yusuf.

Pak Yusuf tersenyum sambil menggendong seorang anak perempuannya berumur satu tahun itu. Saya kemudian mengamati sekeliling.

Kondisi rumah ini ternyata sangat memprihatikan. Rumah ini beralas tanah. Dindingnya hanya papan yang sudah rapuh. Beberapa bagian sudah bolong akibat dimakan rayap.

Dinding sebelah kiri atas rumah terbuka terbuka lebar sehingga sangat mudah air hujan masuk ke dalam rumah.

Rumah Pak Yusuf hanya ada dua kamar saja. Bagian luar dinding kamar pak yusuf dan kamar anaknya terlihat bocor karena hanya dibatasi triplek dengan kondisi sudah hancur dan terdapat lubang-lubang besar.

Pintu dan perabotan rumah lainnya pun sudah rapuh dan lapuk memang sudak tak layak pakai lagi.

Lalu saya berjalan ke arah dapur, dinding sebelah kiri hanya terbuat dari rajutan pelepah daun kepala yang di ikat pada tonggak bambu kecil yang di jadikan sebagai tiang berdirinya dinding dapurnya. Peralatan dapur yang hanya seadanya juga tanpa ada kompor untuk memasak,. Pak Yusuf cuma memiliki dua wajan berukuran kecil dan satu tempat memasak air panas bagi keluarga mereka.

Walaupun banyak hal kekurangan pada Pak Yusuf, akan tetapi bagi saya, ia adalah seorang bapak yang bertanggung jawab atas istri dan anak-anak mereka. Beliau adalah seorang bapak yang sangat menginspirasi saya hari ini, di tengah-tengah himpitan ekonomi dan kemiskinan Pak Yusuf tidak berputus asa sama sekali, tetap kuat dan semangat menjalani hidup juga tetap bekerja mencari rezeki untuk menafkahi dan menghidupi keluarganya. Pak Yusuf adalah seorang petani miskin di Gampong Adan ini, pekerjaan beliau sehari-hari hanya berkebun, dan tampak saya melihat ketika di rumah beliau beberapa tumpukan pisang yang mungkin akan di jual ke pasar.

Pak Yusuf hidup bersama istri dan bersama lima anaknya, walaupun keluarga mereka tergolong ramai tapi tetap Pak Yusuf bekerja keras untuk mencari rezeki agar bisa bertahan hidup.

Yang paling membuat hati saya tersentuh, saat itu terdengar suara dari salah satu kamar, yang ternyata itu istri Pak Yusuf sedang mengajarkan anak-anaknya baca tulis.

Saya mendengar istri Pak Yusuf mengajar anak-anaknya. Meskipun orang kurang mampu, akan tetapi Pak Yusuf tetap menyekolahkan dan memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka,.

Pak Yusuf dan juga istrinya tetap berjiwa dan bercita-cita pendidikan yang tinggi bagi anak-anak mereka. Sebagai bukti kecil saya melihat tiga poster yang bergambarkan adalah huruf abjad Indonesia, arab dan pembagian.

Begitulah singkat cerita saya pada hari ke lima KKN di Gampong Adan ini, dan begitulah kisah inspiratif yang bisa saya petik dari Pak Yusuf beserta keluarga. Banyak pesan moril yang dapat saya dapat hari ini yang sangat berguna bagi pribadi saya juga hidup saya sendiri.

Tulisan ini adalah salah satu cara saya berbagi pengalaman dan inspirasi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan senantiasa mendoakan pak Yusuf beserta keluarga agar di mudahkan rezeki.

Penulis adalah Muhammad Misri, mahasiswa semester 8 Fakultas Hukum Unsyiah.

Editor: Murdani Abdullah

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

[Surat Pembaca]: Potret Keluarga Miskin di…

HEADLINE

Surat Mantan Kombatan untuk Abu Doto

AUTHOR