21 March 2015

Rumah Suroso Ketua LEM Sejahtera Cot Girek.
Rumah Suroso Ketua LEM Sejahtera Cot Girek.
meukat
LEM Mulai Lengket di Cot Girek
Irman I. Pangeran
15 February 2015 - 20:30 pm
Suroso sukses menyatukan 20 petani di dusun itu bergabung dengan Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera.

“MULAILAH bangkit dan berjalan tertatih-tatih. Langkah kecil, tapi pasti untuk mencapai tujuan. Tidak mesti berlari kencang, nanti malah sesak nafas di tengah jalan. Resikonya tumbang!” Begitulah pola pikir Suroso, petani kakao dan pinang di Dusun Cot Girek Lama, Desa Cot Girek, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara.

Suroso sukses menyatukan 20 petani di dusun itu bergabung dengan Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera. Masing-masing anggota LEM merogoh kocek Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta yang dikumpulkan untuk modal jual beli komoditi kakao dan pinang dari petani lainnya. Hasilnya, dalam dua bulan perputaran uang, LEM meraup laba Rp16 juta lebih.

***

Rumah Suroso terjepit di antara deretan bangunan berkonstruksi kayu di sebrang jalan Sekolah Dasar Negeri 1 Cot Girek. Rumah-rumah “darurat” milik para petani kebun itu dibangun kembali setelah kebakaran meratakan semua bangunan di lokasi itu dua tahun silam.

Di teras rumah Suroso tampak tumpukan karung berisi biji kakao dan pinang. Ada pula timbangan, kalkulator atau mesin hitung, dan sejumlah buku catatan di atas meja tua. “Ini tempat penyimpanan sementara, kalau barang sudah banyak, kita simpan di gudang LEM Sejahtera, tidak jauh dari rumah saya,” ujar Suroso kepada ATJEHPOST.co, Sabtu, 14 Februari 2015.

Suroso lantas mengeluarkan dokumen keuangan LEM Sejahtera. Salah satunya berjudul “Laporan hasil kerja Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera dari 20 Oktober sampai 30 Desember 2014”. Laporan tersebut berisi hasil enam kali penjualan dalam dua bulan.

“Total hasil kerja percobaan Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Desa Cot Girek, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara dari awal kerja 20 Oktober sampai 30 Desember 2014 adalah surplus Rp16.281.700. (Dikurangi) Biaya kerja pengurus 50 persen, sisa (laba) Rp8.140.850,” demikian laporan yang diteken Suroso (ketua LEM Sejahtera), Ahmad K (sekretaris) dan Sulyati (bendahara).

Ada pula catatan berisi rincian uang hasil patungan dari hampir 20 anggota LEM Sejahtera untuk modal usaha jual beli kakao dan pinang. Dari enam kali penjualan dalam dua bulan, modal yang dikeluarkan LEM Sejahtera Rp18 juta hingga Rp38 juta, dan diperoleh laba Rp1,6 juta hingga Rp4 juta lebih per penjualan.

“Bulan Januari kemarin vakum sementara karena harga kakao dan pinang tidak stabil, kemudian kita jual beli kembali sejak pertengahan Februari. Hasil penjualan kemarin, Alhamdulillah, tetap lumayan,” kata Suroso didampingi Sulyati dan salah seorang anggota LEM Sejahtera, Nasruddin.

Saat ini, menurut Soroso, harga biji kakao dan pinang di tingkat petani di Aceh Utara memang anjlok. Harga biji kakao kering anjlok mencapai Rp10 ribu, sedangkan pinang yang tengah memasuki masa panen raya jeblok hingga Rp3.500 per kilogram. (Baca: Harga Kakao dan Pinang Anjlok).

Suroso optimis ke depan harga kakao kembali “semanis” coklat jika kualitas produksi selaras dengan permintaan pasar. Pasalnya, biji kakao merupakan bahan utama pembuatan kue, es krim, makanan ringan, susu, dan lainnya. Itu sebabnya, kakao tidak hanya diminati industri pengolahan dalam negeri, akan tetapi semakin digandrungi pasar dunia.

***

LEM Sejahtera Cot Girek terbentuk setelah Kepala Seksie Perlindungan Tanaman Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Utara, Muslem, memotivasi para petani Dusun Cot Girek Lama untuk bangkit. Ia mendorong warga agar tidak hanya menggarap kebun, akan tetapi juga jual beli komoditi produk petani lainnya. (Baca: Cara Muslem Dishutbun Motivasi Petani Bentuk Lembaga Ekonomi Masyarakat).

Suroso menceritakan, ketika Muslem datang ke dusun itu suatu sore yang sejuk di bulan September 2014, ia mengumpulkan sekitar 30 petani. “Saya bilang pada petani, ada sedikit “oleh-oleh” dari Sulawesi yang dibawa Pak Muslem dari Dinas Perkebunan,” ujarnya.

Muslem kemudian memaparkan informasi tentang keberhasilan LEM di Sulawesi Tenggara. Akan tetapi, kata Suroso, para petani tidak langsung mengamini konsep LEM yang berjalan mulus hingga merata ke berbagai desa di Sulawesi itu. “Kita pikir-pikir dulu,” kata Suroso.

Keesokannya, Suroso mulai “bergerilya” untuk meyakinkan satu per satu petani. Hasilnya, terkumpul 20 petani Cot Girek Lama bersedia menjadi anggota LEM Sejahtera.

“Tidak mudah meyakinkan petani. Maklum saja orang kampung yang punya uang pas-pasan. Mereka enggan mengeluarkan uang untuk modal jual beli karena takut rugi. Awalnya ada yang bilang “uangku nanti habis, ditokohin kita nanti”, dan bermacam sikap pesimis lainnya,” kenang Suroso.

Sikap pesimis itu berubah optimis setelah LEM Sejahtera dikomandani Suroso mulai membuahkan hasil nyata walau masih “kecil-kecilan”. Bagi ayah dua anak itu yang salah satunya tengah kuliah di Politeknik Negeri Lhokseumawe, tidak penting berapa laba diperoleh saat ini.

“Yang paling penting, karena ini masih tahap awal, kita utamakan kekompakan petani anggota LEM Sejahtera agar barang (komoditi) Cot Girek tidak lari (ke pedagang pengumpul) di luar kecamatan. Jika usaha ini mampu kita pertahankan maka barang dan uang petani melalui LEM menjadi: “dari kita, untuk kita, dan oleh kita,” ujar Suroso.

***

Komoditi kakao dan kakao dibeli LEM Sejahtera dari petani Dusun Cot Girek Lama kemudian dijual kepada pengusaha di KM 12 Cot Girek yang memiliki jaringan ke Medan.

“Kami belum bisa jual langsung ke Medan karena masih minim modal. Tentu harus mampu kita kumpulkan kakao dan pinang dalam jumlah besar plus biaya transportasi jika mau jual ke Medan,” kata Suroso.

Itu sebabnya, Suroso tetap bersyukur sambil melangkah perlahan untuk mengembangkan LEM Sejahtera yang kini mulai “lengket” di hati petani Cot Girek Lama. Para petani semakin senang lantaran sebagian hasil keutungan lembaga ekonomi itu digunakan untuk menyewa beko membuka akses jalan ke lahan kakao. Pasalnya, saat ini hanya ada jalan tikus atau jalan setapak ke ladang mereka.

“Empat juta dari delapan juta lebih laba bersih usaha LEM Sejahtera sudah kita gunakan untuk sewa beko membuka sedikit jalan ke kebun kakao yang sudah seperti hutan belantara. Tapi hanya sedikit yang bisa kita buka jalan, maklum uangnya empat juta,” ujar Suroso.

Nasruddin, anggota LEM Sejahtera Cot Girek berkata, “Yang paling penting, lembaga ini sudah membawa manfaat untuk kepentingan umum meski masih kecil”. Begitulah LEM, ia ibarat lem sebagai perekat ekonomi petani.[]

Editor: Murdani Abdullah

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

LEM Mulai Lengket di Cot Girek

Harga Kakao dan Pinang Anjlok

Cara Muslem Dishutbun Motivasi Petani Bentuk…

Lembaga Ekonomi Masyarakat Beli Kakao Petani…

Aceh Tenggara Usulkan Bangun Balai Penelitian…

HEADLINE

Pemerintah Istanbul Ingin Kerjasama dengan Aceh

AUTHOR