24 March 2015

Kakek Bukhari sedang bekerja di Taman Tepi Kali, Banda Aceh
Kakek Bukhari sedang bekerja di Taman Tepi Kali, Banda Aceh
saleum
Kisah Kakek Pembersih Taman Tepi Kali Krueng Aceh
Taufik Ar Rifai
10 May 2014 - 20:25 pm
Kakek Bukhari mengaku tidak terlintas dalam pikirannya untuk meminta-minta, namun kebaikan hati orang yang lewat di sekitar jalan seringkali membantunya.

SIANG itu, arah matahari sudah sedikit condong ke arah barat. Jarum jam bertengger di angka dua. Namun, sengatan matahari, juga hujan di lain waktu, tak membuat Bukhari, 53 tahun berhenti menggerakkan sapu membersihkan sampah di sepanjang jalan taman tepi kali yang terletak di bibir Krueng Aceh yang membelah kota Banda Aceh. 

Mengenakan kaos hitam, handuk kecil yang melilit di lehernya serta topi penutup kepala, Kakek Bukhari ini selalu menghabiskan hari-harinya di taman ini sambil merawatnya dengan ikhlas. Bahkan ia seringkali menasehati para pengunjung taman ini yang kebanyakan pasangan muda-mudi agar tidak membuang sampah sembarangan. Ia tak henti menyarankan agar membuang sampah bekas makanan dan minuman ke tempat pembuangan sampah yang telah disediakan. Namun, apa boleh buat, kadang-kadang mereka tidak mengindahkannya.

“Jadi terpaksa saya sendiri yang memungutnya, namun saya tidak keberatan karena ini merupakan tugas yang harus saya jalani setiap hari” ujarnya.

Bukhari mengaku merawat taman itu seperti miliknya sendiri. Bahkan, ia tinggal di gubuk kecil berukuran 3 X 2 meter yang letaknya di samping trotoar, di sekitar taman di jalan Cut Meutia. 

Duda beranak tiga asal Simpang Mamplam, Samalanga ini mengaku, sehari-hari ia dibayar Rp 26 ribu per shift kerja. Namun ia memilih bekerja fulltime dengan bayaran Rp 52 ribu/harinya.

“Jika saya bekerjanya memakai sistem per shift kerjanya, maka taman ini tidak akan bersih dan terawat. Biarpun honornya pas-pasan namun saya ikhlas bekerja karena semata-mata saya ingin menghabiskan masa tua saja untuk beribadah dan demi kemaslahatan ummat” ujar kakek Bukhari yang kini sudah memiliki 5 cucu dari 3 anaknya itu. 

Ditanya tentang sejumlah tanggul dan bangku taman taman yang rusak, ia menuturkan “jujur saja saya tidak tahu mengenai masalah itu, maklum kita ini kan tergolong pendidikan di level terbawah. Jadi tidak memahami tentang itu.”

Meskipun telah berusaha kerja keras, terkadang Bukhari mengaku masih harus menahan lapar. Sering kali menahan rasa lapar ketika ia uang yang didapatkan dari Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh tak mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Terlebih, kini ia mulai sakit-sakitan.

Kakek Bukhari mengaku tidak terlintas dalam pikirannya untuk meminta-minta, namun kebaikan hati orang yang lewat di sekitar jalan seringkali membantunya. Bahkan ia mengaku ketika mendapati dompet ataupun ponsel pengunjung ia akan mencari pemiliknya untuk mengembalikan barang-barangnya tersebut.

Siang itu, ketika Kakek Bukhari tengah menyapu jalan, sebuah mobil berhenti di sisinya. Seorang remaja mengulurkan sekotak nasi kepadanya sebagai makan siang. Maklum, jatah makannya sudah termasuk upah yang diterima.

Ia bercerita, di pagi hari kadang-kadang ia mendapat berkah dari kebaikan orang-orang yang sedang berolahraga di trotoar jalan. Polisi yang berkantor di seberang jalan juga terkadang berbagi makanan dengannya. 

”Uang di kantong sering enggak cukup buat makan atau sekadar beli kopi. Kalau enggak ada orang yang ngasih, kadang saya juga tidak makan, apalagi memasuki bulan tua,” ujar kakek Bukhari.

Keramahan merupakan modal baginya meraih simpati orang-orang yang berkunjung ke taman tepi kali tersebut. Saat lelah menghampirinya, ia sering menyempatkan diri untuk duduk di rerumputan sembari menyapa orang yang lewat. Beberapa di antara mereka sudah mengenalnya dan kerap memberikan uang atau menjajankan minum atau makan.

Di tepi Krueng Aceh nan bersejarah itu, Kakek Bukhari menghabiskan hari tuanya. Ia sendiri tak tahu entah sampai kapan. Bila malam tiba, lelaki tua itu meringkuk sendirian di gubuknya nan sempit, menanti pagi datang. Lalu kres..kress...kembali menggerakkan sapunya menyapu taman. []

Editor: Yuswardi A. Suud

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Kisah Kakek Pembersih Taman Tepi Kali…

HEADLINE

Mengenang Tsunami Aceh; Terima Kasih, Dunia!

AUTHOR