PERSONIL Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Lhokseumawe akan dibekali senjata airsoft gun laras pendek yang dibeli dengan dana APBK tahun 2014.  Ada pula pengadaan rompi, borgol, detektor logam, pentungan, dan terali besi untuk ruang tahanan.

Data diperoleh ATJEHPOST.com, Selasa, 20 Mei 2014, dalam Rencana Umum Pengadaan (RUP) Kantor Satpol PP dan Wilayatul Hisbah Lhokseumawe terdapat belanja modal pengadaan senjata api satu Ls senilai Rp30 juta. “Pengadaan senjata soft gun laras pendek plus perizinan,” demikian keterangan tentang pengadaan itu.

Menurut sumber pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemko Lhokseumawe, “satu Ls” tersebut menunjukkan belum jelas berapa unit barang yang akan dibeli. “Yang namanya pengadaan mestinya sudah direncanakan sebelumnya berapa unit yang akan diadakan sesuai kebutuhan. Jadi harus disebutkan berapa jumlahnya, jangan mengambang,” ujar sumber yang menolak namanya ditulis.
 
Kepala Kantor Satpol PP dan WH Lhokseumawe, Irsyadi dihubungi lewat telpon seluler, membenarkan adanya rencana pengadaan senjata airsoft gun dari dana APBK tahun ini. “Ya, itu masih rencana pengadaan, kita harapkan dengan dana yang tersedia dapat empat unit termasuk untuk perizinannya,” kata dia.

Sebelum dibekali senjata airsoft gun, kata Irsyadi, nantinya petugas Satpol PP akan mengikuti psikotes dan diarahkan menjadi anggota Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin). “Dan hanya digunakan saat ada kegiatan atau operasi di lapangan, kemudian disimpan. Jadi bukan untuk gagahan, tidak boleh disalahgunakan,” ujar mantan Camat Banda Sakti, Lhokseumawe ini.

Selain senjata airsoft gun, dalam RUP Kantor Satpol PP dan WH ada juga pengadaan rompi antipeluru 30 unit. Akan tetapi, menurut Irsyadi mengatakan, “Bukan rompi antipeluru, tapi rompi biasa untuk Satpol PP dan WH sebagai penunjang kegiatan di lapangan. Ini perlu saya luruskan agar tidak salah persepsi”.

Ada pula pengadaan empat unit detektor. Dari jumlah itu dua unit detektor logam badan dan sisanya detektor logam kenderaan. Menurut Irsyadi, sebelumnya sudah ada alat detektor logam di kantornya, tapi tidak layak pakai lagi sehingga akan dibeli yang baru.

Irsyadi menjelaskan, tahun ini juga ada pengadaan 10 unit borgol dan 35 pentungan. “Perlu borgol karena kadang kala saat ditangkap pelanggar syariat Islam melawan, maka perlu borgol untuk diamankan sementara keperluan pembinaan,” katanya.

Ada pula pengadaan terali besi di Kantor Satpol PP dan WH untuk ruang tahanan pelanggar. Selama ini, kata Irsyadi, pelanggar syariat Islam diamankan sementara dalam ruang kantor sehingga rawan melarikan diri sebelum dilakukan pembinaan. “Makanya diadakan terali besi, dan saat ini sudah tersedia di Kantor Satpol PP dan WH,” ujar Irsyadi.

Warga Desa Hagu Barat Lau, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Deni Mukhtadi, menilai pengadaan senjata airsoft gun untuk Satpol PP merupakan program yang salah kaprah. Ia juga menyorot DPRK Lhokseumawe yang dinilai lalai sehingga meloloskan alokasi dana untuk pengadaan senjata airsoft gun tersebut.

“Airsoft gun itu untuk olahraga menembak dan hanya boleh digunakan di lokasi olahraga, sama sekali tidak pantas untuk Satpol PP. Kita khawatirkan nantinya senjata airsoft gun itu untuk gagahan atau menjadi calon koboi dan berpotensi disalahgunakan. Kami sebagai masyarakat meminta rencana pengadaan itu dibatalkan,” kata Deni didampingi Munir, warga Kandang, Muara Dua, Lhokseumawe.[]