WARGA Ie Reulop, Pegasing, Aceh Tengah, hari itu memenuhi halaman masjid Al Maghfirah. Sejumlah perempuan sudah berdandan rapi. Mereka mempersiapkan ulos dan kalungan bunga untuk tokoh yang datang ke sini. Berjarak beberapa meter dari masjid, dipasang dua spanduk bertuliskan: “Selamat Datang Bapak Terbaik Aceh, Muzakir Manaf, dalam malam Didong Amal”.
Tokoh yang dimaksud tiada lain adalah Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf. Siang itu, 2 Maret 2014, ia sudah tiba di perkampungan. Disambut masyarakat, ia berkeliling kampung berjalan kaki menuju ke masjid. “Kami seperti mendapatkan lailatul kadar,” kata Subhan Asri, seorang warga kampung.
Di antara para tokoh masyarakat yang menyambut Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem, ada Ketua PETA, Ketua Lasykar Merah Putih, dan tentu saja ada para anggota KPA. Di sini para pengapit Mualem ada dua seragam, yaitu seragam khas KPA yang kombinasi warna merah, hitam, dan putih, serta seragam khas PETA, coklat muda dan merah. Keduanya sama-sama memakai baret merah.
Mereka bersama-sama mengawal Mualem ketika berjalan kaki, hingga masuk ke masjid. Pemandangan seperti ini sebetulnya sangat menarik. Dari bahasa tubuh yang mereka tunjukkan saat mengawal Mualem, bermakna tiada lagi tembok yang memisahkan diri untuk membangun Aceh. “Di sini kami akan bergandengan tangan membangun Aceh,” kata Subhan lagi.
Di depan gerbang masjid, Mualem yang berjalan kaki bersama Wakil Bupati Aceh Tengah Khairul Asmara, disambut kalungan bunga. Lalu mereka diajak menari khas Gayo berjalan menuju masjid. Di sini Mualem duduk bersimpuh bersama sejumlah tokoh, selanjutnya ia menjadi imam salat magrib di masjid yang masih setengah jadi itu.
****
BERANGKAT dari Banda Aceh pukul 09.00 WIB, Mualem mengatakan, “Kita ke Gayo.” Tentu jarang yang berani bertanya padanya secara detail lokasi yang akan dituju. Ini kebiasaan di masa ia memimpin gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka yang masih terbawa sampai sekarang. Mualem adalah mantan Panglima GAM.
Beriringan dengan vorijder dan empat mobil lainnya, Mualem langsung menuju ke arah bagian tengah Aceh. Sepanjang perjalanan ia melihat jejeran bendera partai politik menghiasi tepi-tepi jalan. “Bendera kita paling menonjol ya,” katanya. Tentu yang dimaksudkannya adalah bendera Partai Aceh.
Bendera warna merah dengan tepi bergaris putih-hitam-putih dan bertuliskan Aceh di tengah-tengahnya memang mendominasi semarak warna bendera partai politik di Aceh, dan memanglah pula Partai Aceh yang menjadi penguasa dunia politik Aceh. Menguasai hampir 50 persen suara di DPR Aceh, bahkan 65 persen penduduk Aceh mempercayai Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf untuk memimpin Aceh.
Di Bener Meriah, ia singgah di rumah duka Ilham Ilyas Leubee, putra kandung Ilyas Leubee yang merupakan seorang tokoh legendaris dalam tubuh Gerakan Aceh Merdeka. Dia juga adalah orang paling dihormati di tanah Gayo. Keluarga Ilham terlihat sangat terharu menyambut Mualem. Di tengah-tengah keluarga ada Ikli Ilyas Leubee, kakak kandung Ilham.
Halaman rumah duka yang berlokasi di Bandar Lampahan, Timang Gajah, sudah berjejer sigap para anggota KPA yang dipimpin Jack Linge dan Saiful Fitri. Bicara dengan mereka tiada lepas dari cerita perjuangan melintasi berbagai gunung. “Kami anak buah Teungku Darwis Jeunib,” kata Jack. Darwis adalah Panglima GAM Wilayah Batee Iliek, dia kini menjadi Ketua KPA setempat dan juga Ketua Partai Aceh Bireuen.
***
DI lapangan dekat Masjid Al Magfirah di gampông Ie Reulop, Pegasing, Aceh Tengah, tenda-tenda sudah terpasang. Dua panggung sederhana sudah dirakit, satu untuk pidato, satu lagi untuk para penari Didong. Dibentangkan tikar lebar untuk para penonton. Ada tenda-tenda juga untuk penonton dan tamu.
Kendati tamu yang datang adalah Wakil Gubernur Aceh, tak ada protokoler yang membuat ribet di sini. Siapa saja bisa mendekat dengan Muzakir Manaf dan mengajaknya bicara.
Namanya saja acara amal, maka di sini tentu lebih banyak upaya penggalangan dana pembangunan masjid. Mualem menyatakan akan membangun dua kubah untuk masjid itu. “Itu janji saya,” katanya. Selain itu dia akan upayakan pengembangan infrastruktur di desa itu, termasuk perbaikan jalan, dan juga perluasan masjid.
Selain itu, Mualem juga memaparkan usaha Pemerintah Aceh dalam membangun kawasan tengah Aceh. Saat ini, katanya, Pemerintah Aceh sedang membangun infrastruktur di daerah tertinggal seperti di Samar Kilang, Buloh Seuma, Geumpang, dan Pameu. "Mereka itu belum bisa menikmati hasil kemerdekaan. Listrik belum ada, jalan belum ada. Saya sudah datang ke sana dan melihat langsung keadaan terpencil yang sungguh paling kita sayangi," katanya.
Dia mengatakan sudah dua kali datang ke Pameue. Kondisinya sangat memprihatinkan, ditambah akses jalan yang sulit dan belum memiliki penerangan. Untuk itu, kata Mualem, Pemerintah Aceh akan membuat jalan tembus dari Geumpang ke Pameu dan Bener Meriah. "Hari itu juga saya bawa tim PLN agar mereka melihat langsung. Kita sedang melobi pusat agar pengembangan instalasi listrik terealisasi," katanya.
Selanjutnya, Mualem juga mengatakan Pemerintah Aceh akan memfokuskan kemajuan pertanian dan ekonomi di Gayo. Menurutnya, hasil-hasil pertanian di daerah tersebut akan dipasarkan ke Penang. "Tahun ini juga akan kita datangkan Feri Roro untuk menyeberangkan hasil pertanian ke Penang melalui pelabuhan Krueng Geukuh. Bahkan buyers di Penang sudah menyatakan siap mengajarkan petani-petani di Gayo agar hasil pertaniannya baik dan bagus buat dipasarkan ke Penang," katanya.
Mualem mengatakan rangkaian program tersebut akan menurunkan angka pengangguran di Aceh. "Insya Allah dalam waktu dekat ini akan ada realisasinya."
***
PENGUNJUNG Didong Amal yang memadati lapangan di dekat Masjid Almaghfirah, bersorak gembira, bertepuk tangan, banyak juga yang terpana melihat pemandangan langka di panggung.
Maklum yang naik ke pentas adalah Muzakir Manaf. Ia yang dulunya dikenal akrab dengan bedil saat bergerilya sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka, hari itu mengambil bantal sebagai senjata Didong. Ketua Umum Partai Aceh ini yang piawai memainkan tarian politiknya, kini mencoba lekuk tubuh gerakan seni dari tanah Gayo itu.
Mengawali tariannya, pria yang akrab disapa Mualem ini menyatu dengan para grup Didong “Mutiara Mude”. Setengah jam belum cukup baginya untuk berdidong. Turun dari panggung Mutiara Mude, Mualem berpindah ke grup Teruna Jaya. Ia kembali berdidong di bawah riuhnya tepuk tangan.
Dari pengeras suara terdengar dendang Didong. Ceh Kabri Wali dari Teruna Jaya mengirimkan “Bungong Jeumpa” untuk Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf. Selain itu Ceh Kucak pada film dokumenter “Anak Seribu Pulau” dan “Daun di Atas Bantal” produksi Garin Nugroho itu juga menanyakan, apakah dana aspirasi sudah cair agar Jalan Cot Panglima bisa segera diaspal.
Syair itu rupanya membuat Mualem semakin bersemangat menepuk bantal mengikuti irama Didong Kabinet yang menghentak, hingga selepas itu, Mualem melalui panitia menyampaikan, kalau Cot Panglima akan diaspal tahun 2014 ini.
Berikut sepenggal lirik “Bungong” Jeumpa yang dilantunkan Kabri Wali bersama Klop Teruna Jaya pada perhelatan Didong Amal yang digelar di Desa Ie Releop, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, Minggu malam 2 Maret 2014.
It bum-bum dimeusu leusông. Uroe top teupông bak uroe raya, Teungku Muzakir aku termenung. Hidungnya mancung bak film India, dengan Teruna ikut berdidong di atas panggung seni budaya. Ini seni Gayo, jangan lagi bingung, mari kita dukung ini sama-sama Kamoe Teruna meutumèe kenang-kenangan Bapak tersayang si jantông rasa.
****
MALAM beranjak tua saat tarian Didong berakhir. Mualem membelah kerumunan massa saat meninggalkan lapangan. Ia disambut salaman dan pelukan hangat dari tokoh-tokoh masyarakat setempat. Ia lantas menuju ke sebuah penginapan di tengah-tengah kota Takengon.
Namun, malam yang telah larut tak membuat matanya cepat terpejam. Sebentar ke penginapan, ia kembali menelusuri Kota Takengon. Dia singgah di kedai makan kaki lima di terminal Takengon. Di sini menyantap makanan, dan berdialog dengan orang-orang terminal. Setelah dari sini, ia kembali ke hotel. “Besok pagi kita mengunjungi pesantren di Bener Meriah, ya,” katanya.
Pagi sekitar pukul 09.00 WIB, Senin, 3 Maret 2014, Mualem sudah meluncur ke Pesantren Darussaadah yang hari itu akan memulai Musabaqah Tilawatil Quran. Kedatangan Mualem bersama rombongan disambut langsung ulama setempat Abon Muhammad Ishak.
Dalam pidato pembukaan, Mualem menyampaikan pentingnya memahami Alquran. "Makna dari ayat tersebut yang perlu kita hayati. Pelajaran dari Alquran yang bisa mengubah karakter kita untuk membangun aspek kemanusiaan, kemudian akan memperbaiki moral kita," katanya.
Menurutnya jika moral mulai rusak, manusia tidak bisa memakai akal lagi. Dengan kondisi seperti itu, kata Mualem, peningkatan pemahaman ayat-ayat Alquran sangat penting. "Di Aceh kita perlu membangun infrastruktur pendidikan yang baik. Kita perlu meningkatkannya untuk masa depan," ujarnya.
Di sini, Mualem berjanji akan mendirikan empat bangunan antigempa di pesantren Darusaadah. Setelah dari pesantren, Mualem menuju Buntul Keumumu Bener Meriah. Selanjutnya Mualem juga singgah di Dayah Madinah Tuddiniyah Babussalan, Pondok Baru, Bener meriah, lalu meluncur ke Aceh Utara.
***
LAPANGAN di dekat rumah keluarga Mualem di Seunuddon memerah. Umbul-umbul dan bendera Partai Aceh berjejer di jalanan, di tengah-tengah lapangan sudah berjibun pengunjung memadati lapangan. Begitu Mualem melangkahkan kaki menuju pentas pengukuhan Komite Pemenangan Partai Aceh Sagoe Senuddon, sontak massa semua berdiri. “Ka trôh Mualem,” teriak massa.
Di pentas, Mualem disambut Teungku Zulkarnaini yang tak lain adalah Ketua Partai Aceh Wilayah Aceh Utara yang akrab disapa Teungku Ni. Dia juga mantan kombatan yang kini dipercaya menjadi Ketua Komite Peralihan Aceh Wilayah Pasee.
Di sini, Mualem tak lagi menari dengan gerakan tubuhnya seperti di tanah Gayo dengan Didongnya itu, tetapi berduet dengan Teungku Ni memainkan tarian politiknya di pentas. Mereka berorasi mengenai pentingnya Partai Aceh bagi rakyat Aceh. “Hanya Partai Aceh yang total memikirkan rakyat Aceh,” katanya.
Usai berpidato di Seunuddon, Teungku Ni berbisik ke telinga Mualem. “Jinoe neujak u Keudee Aceh, Lhokseumawe (sekarang berkunjunglah ke Keudee Aceh, Lhokseumawe) di sana sudah menunggu kader Partai Aceh. Neuliwat mantong pih jeut syit (melintas saja juga boleh),” kata Teungku Ni.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, Selasa, 4 Maret 2014. Begitu tiba di Keudee Aceh, massa Partai Aceh yang lengkap dengan seragam merah sudah menanti Mualem. Akhirnya, Mualem pun kembali berpidato dan memberi petuah politiknya.
Ini belum usai. Kegiatannya masih berlanjut ke Panton Labu, Aceh Utara. Mualem Komite Pemenangan Partai Aceh (KPPA) Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara. Pengunjung massa Partai Aceh yang ribuan orang memenuhi lapangan bola kaki Matang Drien, Jambo Aye.
Usai dari sini Mualem meluncur ke Sigli. Menginap di salah satu losmen, lalu esoknya ia bersama Wali Nanggroe Malik Mahmud Al Haytar menghadiri Maulid Nabi Muhammad saw. di Peukan Pidie.
Petangnya, ia sudah berada di Pendopo Wakil Gubernur Aceh, rumah dinasnya.
Editor: atjehpost.co