KUNJUNGAN Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. Mohammad Nasir, ke Universitas Malahayati menjadi titik balik isu miring yang menerpa kampus ini di Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
“Universitas Malahayati saat ini sudah baik,” Menteri Nasir mengatakannya saat berkunjung ke kampus ini pada Sabtu 28 Februari 2015. “Setelah melihat langsung ke sini (Universitas Malahayati) saya menaruh harapan besar,” katanya. “Kita harapkan menjadi lebih baik lagi.”
Menteri Nasir tak asal bicara. Ia melihat langsung beberapa titik vital di kampus seluas 84 hektar di Jalan Pramuka 27, Kemiling, Bandar Lampung. Sebuah universitas swasta di Lampung yang telah hadir sejak 1993.
Didampingi Ketua Dewan Pembina Yayasan Alih Teknologi, Dr (HC) H Rusli Bintang dan Rektor Universitas Malahayati Dr. Muhammad Kadafi SH, MH, Menteri Nasir tiba di kampus pukul 10.00 WIB. Begitu menjejakkan kaki, ia langsung blusukan ke Rumah Sakit Pertamina – Bintang Amin yang terletak tak jauh dari gerbang Universitas Malahayati. Tepatnya di tanjakan pertama di sebelah kiri jalan masuk kampus.
Ia menelusuri beberapa sudut penting rumah sakit ini. Setelah itu, Nasir mengunjungi Gedung Terpadu Universitas Malahayati.
***
MENURUNI bukit dari Rumah Sakit Pertamina – Bintang Amin, ada dua bukit bersisian. Laksana bukit kembar. Gedung Terpadu Universitas Malahayati berada di sebelah kanan. Di sini ada sembilan gedung tersebar di lahan tiga hektar. Antar gedung terkoneksi dengan jembatan, jadi tak perlu naik turun tangga untuk berpindah lokasi.
Adalah blok Kabara yang pertama di jumpai. Ini gedung bertingkat tujuh. Masing-masing lantai berfungsi berbeda. Di antaranya lantai paling dasar ada Kabara Shop, di atasnya ada mushala, kabara prasmanan, di lantai empat Malahayati Carier Center, lantai lima ruang kuliah, berikutnya ada bak air, dan ruang teknologi informasi di lantai tujuh.
Kemudian di sebelah kanan blok Kabara ini ada gedung yang difungsikan menjadi tempat kuliner hingga pencucian pakaian.
Tepat di belakang gerai kuliner inilah berdiri tegak gedung berlantai delapan yang menjadi sentral mahasiswa dan dosen dalam beraktifitas.
Dipandu Wakil Rektor II dr Ahcmad Farid MM, Menteri Nasir menelusuri beberapa lantai gedung yang terdapat fasilitas lengkap penunjang kegiatan akademik di Universitas Malahayati.
Lantai satu hingga lantai empat difungsikan menjadi asrama putri yang jumlahnya mencapai 384 kamar. Kemudian lantai lima dan enam adalah apartemen para dosen. Menteri Nasir sempat masuk ke salah satu apartemen dosen dan melihat kondisi di dalamnya.
Disebut Asrama Green Dormitory, semua fasilitas universitas tanpa membebankan biaya pada mahasiswa maupun dosen. “Di sini mahasiswa dan mahasiswi wajib masuk asrama, dan kita tak memungut bayaran untuk fasilitas ini,” kata Drs. Rayendra Hermansyah MM, Kepala Asrama Green Dormitory Universitas Malahayati. “Bahkan untuk mencuci pakaian pun ada fasilitas yang gratis.”
Selain asrama mahasiswi, tentu saja ada asrama mahasiswa yang terletak di sebelah utara Blok Kabara. Berjumlah lima gedung dengan 276 kamar, asrama mahasiswa dilengkapi sarana olah raga, seperti kolam renang, lapangan basket, voli, tenis, dan driving golf.
Bagaimana peran suppotting akademik yang selama ini dijalankan asrama Universitas Malahayati? “Misalnya, bimbingan agama. Ada instruktur yang bertanggungjawab pada pembinaan agama dan etika moral para mahasiswa, juga ada bimibingan minat dan bakat melalui organisasi kemahasiswaan,” kata Rayendra.
Setelah dari lentai enam, Menteri Nasir menjejakkan kakinya ke lantai tujuh, maka tampaklah sejumlah peralatan teknis untuk ilmu kedokteran, sehingga disebut Laboratorium Kesehatan Terpadu.
Contohnya, laboratorium dasar, biomolekuler, osce, dan laboratorium CBT (Computer Basic Training). Dalam bahasa sederhana bisa disebut sebagai lokasi laboratorium kedokteran, keperawatan, kesehatan masyarakat, dan farmasi. “Semua peralatan yang kita gunakan adalah yang terbaru,” kata Rayendra.
Selanjutnya, Menteri Nasir menuju lantai delapan yang menjadi lokasi Perpustakaan. Sebelum masuk masuk ke ruang perpustakaan yang luasnya hampir satu hektare ini, Menteri Nasir meneken Prasasti Gedung Terpadu Universitas Malahayati.
Di depan pintu masuk perpustakaan, Menteri Nasir berhenti sejenak. Matanya menyapu ruangan besar yang didalamnya ada 35 ribu koleksi buku yang tersusun rapi di dalam rak, ia juga melihat 34 rumah adat yang berjejer rapi di sisi dinding kaca mengepung rak buku.
Jadi, berada di dalam perpustakaan ini tak hanya membaca buku juga menyelami adat dan budaya yang ada di Indonesia.
“Ilmu pengetahuan yang baik tentu saja akan makin bagus jika dikuatkan dengan pemahaman kearifan lokal. Perpustakaan ini menyempaikan pesan untuk menjadi Indonesia yang cerdas,” kata Rusli Bintang.
Perpustakaan juga dilengkapi fasilitas internet untuk mempermudah pengunjung mengakses atau mencari bahan rujukan melalui beberapa portal, seperti Proquest, Ebsco, dan IGI Global.
Keunikan perpustakaan Universitas Malahayati juga menyebabkan banyak wisatawan lokal berdatangan. Selain membaca, mereka juga berfoto-foto. Begitu pula pelajar dari berbagai kabupatan di wilayah Lampung rajin berkunjung.
Adapun para mahasiswa di Universitas Malahayati, setiap datang ke perpustakaan biasanya menempati rumah adat di kampungnya. Maklum, mahasiswa di Universitas Malahayati setidaknya untuk saat ini berasal dari 27 provinsi.
Di sebelah kanan perpustakaan, ada ruang yang lebar dan bersekat-sekat dengan berbagai fasilitas. Didominasi warna abu-abu, tempat ini disebut ruang baca. Berbagai fasilitas untuk kenyamanan membaca ada di sini termasuk perpustakaan digital.
Ruang Baca ini merujuk pada salah satu universitas ternama di negeri Belanda. Dari ruang baca, Menteri Nasir melihat-lihat ke arah luar, terbentanglah panorama alam Bandar Lampung, perumahan penduduk, dan gedung-gedung kampus Universitas Malahayati.
Perpaduan perpustakaan modern dengan kearifan lokal ini mendapat pujian dari anggota DPR RI Daerah Pemilihan Lampung, Dwie Aroem Hariyatie, yang berkunjung ke perpustakaan Universitas Malahayati Lampung sehari menjelang kedatangan Menteri Nasir.
“Perpustakaan Universitas Malahayati luar biasa. Tidak hanya untuk di Lampung, tapi di Indonesia sekali pun sangat sedikit kampus yang menyediakan fasilitas sangat memadai untuk mahasiswanya. Tidak banyak pula yang mengelola perpustakaan dengan serius seperti yang dilakukan di Universitas Malahayati ini,” kata Dwie Aroem Hariyatie.
Aroem yang alumni London School Jakarta itu mengatakan apa yang dilakukan Universitas Malahayati dengan membuat perpustakaan yang lengkap dan didesain dengan bagus untuk mahasiswa selayaknya dikembangkan di tempat lain.
Aroem lantas membandingkan perpustakaan Malahayati dengan perpustakaan milik DPR RI. Katanya, DPR RI punya perpustakaan yang lumayan besar, namun belum dilengkapi dengan ruang baca
“Jadi yang ada di sini ini fasilitasnya luar biasa. Sofa di ruang baca sudah seperti hotel. Intinya, apa yang dibuat oleh Universitas Malahayati ini bagus banget,” kata wanita yang juga pengusaha ini.
Pendapat yang sama juga disampaikan Anggota DPR-RI Musa Zainuddin. Ia sangat mengagumi ide perpustakaan yang ia bilang baru ada satu ini di Indonesia. “Saya bangga bisa datang ke sini dan kagum melihat fasilitas yang ada di Universitas Malahayati,” kata Musa.
***
SALAWAT badar menggema dari dalam ruang Graha Bintang yang letaknya berhadap-hadapan dengan Gedung Terpadu Universitas Malahayati. Ribuan anak yatim dari Bandar Lampung memadati ruangan dengan kapasitas 5000 orang itu.
Mereka semuanya berdiri menyambut kedatangan Menteri Nasir yang baru saja meninggalkan Gedung Terpadu.
Graha Bintang berada dalam blok gedung rektorat yang berdiri di atas tanah sekitar satu hektar. Rektorat yang bersisian dengan Graha Bintang ituberupa gedung tujuh lantai yang di dalamnya ada ruang kuliah di lantai satu hingga lantai tiga.
Kemudian di lantai empat ada ruang ujian OSCE CBT (Ujian Kelulusan Dokter Indonesia), Medical Education Unit (MEU), dan ruang Dosen Terpadu.
Adapun di lantai lima adalah ruangan yayasan, rektor, para wakil rektor, para kepala prodi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, LPMI (Lembaga Penjamin Mutu Internal), ruang Kepala Biro Umum, Biro Akademik, Biro Kemahasiswaan dan Alumni, uang P3T (Pusat Pelayanan Pendidik Terpadu), keuangan, ruang Pascasarjana Kesehatan Masyarakat, Pusat Teknologi Informasi Komunikasi (PTIK).
Sedangkan di lantai enam dan tujuh ada lapangan Futsal, Kantin Kabara Lunch, dan ruang tempat makan tamu saat acara-acara kampus.
Kembali ke dalam ruang Graha Bintang, di sini Menteri Nasir berpidato, begitu juga Rektor Muhammad Kadafi. Mereka memberi semangat pada anak-anak yatim.
Nasir juga berharap pada semua pihak untuk terus berperan serta peduli pada anak-anak yatim. “Mereka adalah harapan bangsa,” katanya.
Selanjutnya, Menteri memberi santunan pada anak-anak yatim ditemani Rusli Bintang.
Rusli Bintang melalui empat kampusnya, yaitu Universitas Malahayati (Lampung), Universitas Batam, Universitas Abulyatama (Banda Aceh), dan Intitut Kesehatan Indonesia (Jakarta), sudah menyantuni ribuan anak yatim. Rata-rata setiap bulan Rusli mengeluarkan Rp 1,2 miliar untuk menyantuni anak yatim.
Semua kampus di bawah manajemen Rusli Bintang juga memberi beasiswa untuk anak-anak yatim, dan membiayai seluruh kebutuhannya untuk menimba ilmu. Bahkan ia memberdayakan janda-janda untuk bekerja di kampus.
Karena itu, Rusli sangat berterimakasih pada Menteri Nasir yang sudah memberi imbauan yang menurutnya sangat bermanfaat dan memompa semangat.
“Kedatangan menteri ke kampus ini telah menambah keyakinan yang luar biasa, sehingga kami menjadi terpacu untuk berbuat yang terbaik untuk dunia pendidikan. Sudah pasti berbagai saran dari Pak Nasir akan kita ikuti. Semuanya demi kebaikan bersama,” kata Rusli.
Pendapat yang sama juga disampaikan Rektor Universitas Malahayati, Muhammad Kadafi. “Kami akan terus mengupdate perkembangan dunia pendidikan. Dari segala sisi, kita akan terus membuat perubahan-perubahan ke arah kemajuan,” katanya.
Menteri Nasir meninggalkan Universitas Malahayati pukul 13.30 WIB. Berbagai tuduhan miring itu pun berlalu.
“Tak perlu berbalas pantun untuk membalas tuduhan miring. Kita lebih suka mengajak segenap komponen untuk datang ke sini. Silahkan lihat langsung, beri penilaian, lalu silahkan bercerita,” kata Rusli Bintang.
“Kami juga akan mendengarkan semua saran demi kemajuan akademik dan keberlangsungan kehidupan kampus yang nyaman. Jika semua lancar maka saluran bantuan untuk anak-anak yatim berjalan dengan baik.” []
Editor: Murdani Abdullah