Oleh: Keumala Fadhiela
“Menari India kok di perpustakaan ya?” ujar seorang mahasiswi keheranan. Keheranan ini diungkapkan oleh Fika, mahasiswi Fakultas Adab UIN Ar-Raniry yang ketika itu kebetulan sedang duduk santai sambil membaca buku di Lantai 3 Perpustakaan Unsyiah. Fika bersama temannya Annisa heran melihat 10 orang mahasiwa berkostum ala penari Bollywood sibuk mempersiapkan diri untuk menari. Fika dan Annisa mengaku tidak pernah melihat tarian India secara langsung. Selama ini mereka hanya melihat tarian India di film Bollywood.
Ternyata mahasiswa yang berkostum ala Bollywood itu adalah para mahasiswa Program Studi Sendratasik Unsyiah yang terpilih untuk tampil untuk memperkenalkan kebudayaan India berupa tarian di Indian Corner Perpustakaan Unsyiah pukul 10.30 WIB, Kamis, 8 Januari 2015. Terlihat hadir Rektor Unsyiah, Kepala Perpustakaan Unsyiah dan Konsul Jenderal India serta beberapa pegawai dan pengunjung perpustakaan sangat antusias melihat tarian yang enerjik ini.
Tari Dolche Bajhe yang berarti Pesta Rakyat merupakan tarian India yang menceritakan tentang suka cita muda-mudi ketika tiba masa panen raya. Momen pesta rakyat ini juga menjadi momen pencarian pasangan sehingga satu sama lain saling jatuh cinta. Tarian ini beranggotakan 5 orang perempuan dan 5 orang laki laki dan dilatih oleh seorang dosen sendratasik bernama Nurlaili. Ia mengatakan bahwa ia sangat meminati kebudayaan India sejak dulu. Nurlaili pernah belajar kebudayaan India termasuk gerakan dasar tarian India selama dua tahun di JNICC (Jawaharlal Nehin Indian Cultural Center) di Jakarta. Kepiawaiannya dalam menari menjadikannya seorang penari kedutaan india selama 3 tahun.
“Saya menyukai tarian India karena energik dan gerakannya memerlukan anggota yang banyak (kolosal), bagi saya ini yang membuat tarian Indian menjadi unik dan menarik,“ ujar Nurlaili.
Nurlaili juga mengatakan bahwa Program Studi Sendratasik Unsyiah sudah mendapatkan lampu hijau dari pihak Perspustakaan Unsyiah sehingga kegiatan seperti ini menjadi peluang bagi mahasiswa sendratasik untuk semakin berkreativitas.
“Selama ini kami memang tidak mempunyai ruangan untuk menari leluasa Jadi, kami berharap agenda tahuni seperti ini menjadi suatu peluang yang sangat bagus karena mahasiswa juga dapat melakukan praktik final akhir di sini,“ tambah Dosen bertubuh semampai itu.
Meski demikian, ternyata tarian ini tidak begitu memuaskan bagi penarinya dikarenakan keterlambatan informasi. Armansyah, salah satu penari mengatakan bahwa tarian ini merupakan bagian dari tugas tari kreasi di kampus selain tari korea, tari jaipong dan lainnya. Ia merasa belum puas karena pemilihan penari bukan berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan dari kampus melainkan pemilihan secara mendadak sehari sebelum menari. Ini mengakibatkan ia dan beberapa teman lainnya merasa kikuk untuk mengikuti gerakan.“Tidak apa-apa, ini memang sudah menjadi tugas kami. Jika diharuskan siap hari ini, hari ini pun kami harus siap,” ujar Armansyah sambil tersenyum.
Indian Corner adalah hasil kerjasama India dan Unsyiah sejak beberapa tahun yang lalu. Indian Corner ini bertujuan untuk meperkenalkan kebudayaan India kepada masyarakat khususnya mahasiswa Unsyiah. Sebelum mengunjungi perpustakaan, Basir Ahmed selaku Consul General of India beserta rombongan melakukan temu ramah dengan Rektor Unsyiah, Samsul Rizal. Pihak dari Konsul Jenderal India memberikan sumbangan berupa buku dan jurnal untuk melengkapi literatur di Perpustakaan Unsyiah.
Taufik Abdul Gani selaku Kepala Perpustakaan Unsyiah berharap hubungan baik antara India dan Unsyiah tidak hanya sekadar berupa pemberian sumbangan buku untuk perpustakaan, tapi diharapkan juga ada aktivitas pendukung untuk memperkenalkan kebudayaan India kepada mahasiswa khususnya. "Saya berharap nanti akan ada tambahan buku-buku akademik dan adanya pengiriman pelatih tarian India langsung dari sana,” kata Taufik.
Hingga kini Perpustakaan Unsyiah sudah banyak mengalami peningkatan baik fasilitas dan sistem. Kehadiran corner di perpustakaan diharapkan mampu memperluas wawasan mahasiswa terhadap kebudayaan luar. Tidak hanya atribut dari negara asal dan literatur tetapi juga wawasan lain berupa tarian maupun bahasa. Corner ini juga seharusnya bisa mengubah persepsi mahasiswa bahwa perpustakaan hanya menyediakan buku, tapi juga menjadi tempat yang menarik lain untuk dikunjungi. Sudah sepantasnya mahasiswa lebih dekat dengan perpustakaan karena perpustakaan menjadi gudang referensi terbaik dibanding sumber-sumber lain.
Terkait dengan tarian, Anissa, pengunjung yang hadir saat itu mengatakan “Seharusnya tarian yang ditampilkan bisa lebih dari satu macam. Tapi kami tertarik melihat gerakan tari mereka tadi. Rasanya saya jadi pengen ikutan menari,” ungkap Anissa sambil tersipu malu. Ia juga berharap perpustakaan Unsyiah dapat semakin terbuka dengan informasi kebudayaan seperti ini.
Semoga saja semakin banyak corner-corner lain yang bermunculan di perpustakaan Unsyiah. Mungkin ke depan tidak hanya menari, tapi hal-hal menarik lain yang berkaitan dengan kebudayaan juga dapat ditampilkan. Semoga perpustakaan Unsyiah semakin memberikan warna baru di masa depan!
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Editor: Ihan Nurdin