SAAT peneliti antariksa dunia tengah berambisi membuktikan adanya kunci kehidupan lain di Planet Mars, peneliti Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat justru melontarkan pernyataan yang bertentangan.
Peneliti universitas itu, Dr Edwin Kite berpendapat bukti yang mendukung adanya kehidupan di Mars sangat lemah.
Kite mengatakan, sungai dasar kuno yang terdeteksi di planet Merah terjadi karena masa kering singkat yang diikuti peristiwa letusan gunung berapi, serangan asteroid, dan perubahan orbit.
Semuanya dalam kondisi singkat. Kondisi hangat tak tercipta di Mars, alih-alih suhu rata-rata Mars justru sangat dingin dan tak memungkinkan organisme mengembangkan kehidupan di planet itu.
Melansir Daily mail, Senin 14 April 2014, kesimpulan ini disampaikan usai ilmuwan mendalami gambar resolusi tinggi 319 kawah pada situs Aerolis Dorsa, wilayah berusia 3,6 miliar tahun, dekat lokasi pendaratan kendaraan penjelajah Curiosity.
Gambar itu diambil oleh pesawat Mars Reconnaissance Orbiter (MRO), yang mengembangkan tekanan atmosfer Mars saat terbentuk.
Kite menunjukkan tekanan atmosfer di Mars tak cukup memanaskan permukaan Mars di atas titik beku saat air akan mengalir.
Mengenai banyaknya kawah, ia mengatakan ukuran minimum kawah dapat menjadi penanda seberapa besar tekanan atmosfer saat itu.
Jika atmosfer tipis, benda antariksa dapat dengan mudah menembus atmosfer, mencapai permukaan Mars dengan kecepatan tinggi, dan akhirnya menumbuk dan menghasilkan kawah.
Kemudian, peneliti menyimpulkan tekanan atmosfer di Mars akan jauh lebih besar dari yang ada saat ini.
Tapi sayangnya, kata peneliti, itu tak cukup untuk menghangatkan permukaan di atas titik beku. Sebaliknya, aliran cair di Mars terbentuk dalam waktu singkat, yang tak cukup memungkinkan bagi perluasan kondisi basah dan hangat, yang dibutuhkan bagi munculnya kehidupan.
Jika penelitiannya ini sahih, ujar Kite, pendapat Mars memiliki atmosfer yang padat pada gas rumah kaca dan memiliki air, dapat gugur. Dengan demikian, suhu rata-rata jangka panjang yang paling mungkin di bawah titik beku.
Menanggapi temuan studi ini, Dr Sanjoy Som, astrobiologi Armes research Centre NASA di California mengatakan, temuan bidang geologi itu jadi kendala dalam memahami atmosfer Mars.
"Umur panjang air cair yang stabil di permukaan Mars kuno mungkin terbukti jadi faktor kunci dalam mempertimbangkan apakah kehidupan bisa memegang awal sejarah Mars," ujar Som yang mempelajari hasil studi di geologi itu di Jurnal Nature Geoscience.
Som menambahkan dengan menerapkan kekuatan dampak kawah yang lebih kuno serta beragam deposit Mars, akan lebih membantu mengungkap sejarah Mars.
Dari situ, peneliti menunjukkan tekanan atmosfer di Mars tak cukup memanaskan permukaan di atas titik beku, saat air akan mengalir. Penjelasan ini bertentangan pada ide cairan yang mengalir disebabkan planet Mars kaya atmosfer padat dengan gas rumah kaca.[] sumber: viva.co.id
Editor: Boy Nashruddin Agus