Jejak kuno situs Kapal Nabi Nuh selama beberapa dekade mengarah di ketinggian Gunung Ararat, Turki timur.
Pada ketinggian gunung itu memang terlihat bentuk seperti kapal raksasa, maka tak heran banyak yang menduga bentuk itu mewakili wujud Kapal Nabi Nuh di masa lalu.
Banyak kalangan kemudian menyebut bentuk itu sebagai 'anomali yang menarik". Sejauh ini, kebenaran anomali itu sebagai kapal Nabi Nuh, masih menjadi misteri.
Namun kini dengan bantuan pencitraan dan analisis satelit, berpotensi menguak misteri anomali itu, melansir Space.com, Senin 23 Juni 2014.
Berkat studi yang diinisiasi Porcher Taylor, profesor studi paralegal School of Professional and Continuing Studies, University of Richmond, Amerika Serikat, teka-teki itu mulai sedikit terkuak.
Taylor mengaku menganalisa anomali itu sejak empat dekade lalu saat ia pertama kali masuk sebagai calon perwira pada Akademi Militer AS di West Point, Amerika Serikat.
Saat itu, kata Taylor, muncul 'rumor kredibel' dari satelit mata-mata CIA, yang secara tak sengaja mencitrakan apa yang tampak seperti haluan kapal mencuat keluar dari puncak es Gunung Ararat.
Beberapa dekade setelah itu, Taylor meluncurkan inisiatif satelit untuk menyelidiki anomali itu.
Berkat pendeteksian yang berlanngsung selama 21 tahun, pada 1995, Taylor mampu meyakinkan Badan Intelijen Pertahanan AS untuk mengumumkan 5 foto Angkatan Udara AS 1949 tentang Gunung Ararat.
Citra Satelit DigitalGlobe
Taylor menambahkan pencitraan anomali Kapal Nuh itu terbantu oleh citra satelit DigitalGlobe. Menurutnya, citra resolusi satelit ini mampu mendukung menguak misteri anomali.
"Citra satelit resolusi tinggi anomali dari DigitalGlobe mungkin secara definitif mengubah anomali itu menjadi sebuah entitas yang dikenal, baik sebagai sebuah entitas geologi atau sesuatu dari porsi dari Kitab Suci," jelas Taylor.
Ia bersyukur selama beberapa dekade satelit DigitalGlobe telah terbang fokus beberapa dekade terakhir, untuk melihat anomali di Gunung Ararat.
"Terutama juga misi satelit DigitalGlobe, QuickBird pada Febuari 2003 yang menangkap bentuk anomali perahu pada ketinggian 15 ribu kaki," jelas dia.
Fasilitas dari DigitalGlobe juga makin menjanjikan. Pasalnya DigitalGlobe telah memiliki satelit baru WorldView-3 yang memiliki pencitraan dengan resolusi lebih baik. Satelit WorldView-3 akan diluncurkan pada musim panas 2014 dari fasilitas California Vandenberg Air Force Base.
Dengan memiliki resolusi pankromatik 31 cm, menjadikan satelit baru itu sebagai satelit komersial dengan resolusi terbaik dunia.
Sejauh ini satelit dari DigitalGlobe memang diandalkan untuk berbagai pencitraan detail.
Misalnya, satelit WorldView-2, dimanfaatkan untuk menangkap citra objek yang diduga puing Pesawat MH370 di Samudera Hindia bagian selatan.
Sedangkan WorldView-3 diproyeksikan membuat aplikasi pemetaan, Google Maps dan Bing Maps bisa makin detail.
Teknik Analisa Tekstur
Selain dukungan pencitraan terbaik dari satelit DigitalGlobe, Taylor juga terbantu dengan teknik analisis keunikan tekstur pankromatik anomali itu.
Dalam teknik ini ia dibantu oleh peneliti penginderaan jauh, Francois Luus (Department of Electrical, Electronic and Computer Engineering, University of Pretoria, Afrika Selatan) dan pengawas riset Luus, Sunil Maharaj.
Dijelaskan Luus, teknik analisis yang disampaikannya akan membantu taylor dan peneliti lain menentukan identitas anomali.
Luus menyatakan analisis keunikan tekstur yang telah dilakukan menunjukkan teknologi kecerdasan buatan secara lebih objektif mengarahkan anomali yang memiliki tekstur baru.
"Dan itu memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Sebagai peneliti penginderaan jauh, setiap piksel dipertimbangkan dan pencitraan yang baik sangat berharga," ujar Luus.
Studi lebih lanjut diproyeksikan bisa menunjukkan lokasi guna menemukan petunjuk sebuah atefak yang mendasari anomali.
"Kualitas citra satelit (DigitalGlobe) mungkin nantinya dapat memecahkan teka-teki anomali Ararat atau setidaknya menjadi subjek analisis pengunderaan jauh yang sangat memuaskan," kata dia.[] sumber: viva.co.id
Editor: Boy Nashruddin Agus