KEDATANGAN jenazah Nurmawati, korban tenggelamnya kapal jety di Perairan Pulau Carey, Kuala Langat, Selangor Malaysia pada 18 Juni 2014 lalu, disambut isak tangis keluarga saat tiba di Aceh, di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Kamis 3 Juli 2014, pukul 13.00 WIB.
Jenazah korban langsung diterima Badriah, puteri sulung korban dan Yusmiati, kakak kandung korban untuk di semayamkan di Pekan Bilui, Lampeunerut, Aceh Besar.
Dari 14 korban meninggal, 12 berasal dari Aceh, seorang warga Medan, Aceh Utara dan satu orang lagi belum dapat diidentifikasi. Pihak Malaysia akan menunggu hingga tiga bulan sampai jenazah tersebut teridentifikasi dan diambil pihak keluarga.
Sebagai ungkapan belasungkawa, pemerintah Aceh memberikan santunan sebanyak Rp. 5 juta untuk keluarga korban. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Syahrizal Abbas kepala Dinas Syariat Islam mewakili Pemerintah Aceh menyerahkan bantuan tersebut langsung kepada puteri korban. Kemudian Prof. Syahrizal juga menyerahkan jam tangan dan sebuah cincin milik korban.
Badriah cukup terpukul dengan berita duka ini, karena ia baru mengetahui bahwa sang ibunda menjadi korban dua hari yang lalu dari adik bungsu yang tinggal bersama ibu mereka di Langsa. Dari sang adik, ia mencari informasi ke pusat informasi kapal karam di Biro Humas Setda Aceh.
“Saya baru tahu kalau ibu jadi korban,” ujarnya sedih.
Sudah hampir setahun Badriah tidak bertemu dengan ibunya, “Ibu tidak memberitahu saat berangkat ke Malaysia dan saat pulangpun tidak ada kabar, tahu-tahu sudah dapat berita seperti ini,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Sampai saat ini, Pemerintah Aceh terus berupaya sekuat tenaga untuk memulangkan korban selamat yang saat ini masih berada di Malaysia tanpa harus melalui proses hukum.
“Kita sedang berupaya memulangkan mereka, semua dalam keadaan sehat dan diperlakukan dengan baik,” ujar Bukhari, kepala Dinas Sosial Aceh yang langsung berangkat ke Malaysia atas perintah Gubernur Aceh untuk mengurus para korban.
Turut hadir menjemput Jenazah antara lain, Kepala Dinas Sosial Bukhari, Kepala Dinas Syariat Islam Syahrizal Abbas, Kepala Biro pembangunan Setda Aceh, kepala Biro Isra Setda Aceh, Ilyas Nyak Tuy, Kepala Biro Humas, Murthalamuddin dan sejumlah pejabat pemerintah lainnya.[]
Editor: Murdani Abdullah