MEGAWATI tersenyum. Hasil hitungan cepat atau quick count TVRI bekerja sama dengan Institute for Social Empowerment and Democracy menempatkan dirinya sebagai pemenang.
Sekretaris Tim Kampanye Mega-Hasyim, Heri Akhmadi, langsung mengumpulkan para wartawan untuk menggelar jumpa pers.
Para kuli tinta dikumpulkan di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin sore, 20 September 2004, pukul 16.00 WIB.
Dikutip dari situs detik.com, kepada awak media, Heri Akhmadi, mengaku berdasarkan perhitungan suara di 1.264 TPS yang jadi sampel duet Mega-Hasyim meraih 131.421 suara atau 50,07% dan SBY-Kalla meraih 131.051 suara atau 49,93%.
Dengan kata lain, Mega-Hasyim telah diberikan mandat oleh rakyat untuk menjadi presiden Indonesia 2004.
Pengumuman ini langsung disambut antusias oleh para pendukung dengan teriakan yel-yel kemenangan. Luapan rasa bahagia dan haru seketika memenuhi Lenteng Agung.
Sebaliknya, pendukung SBY dan JK terdiam. Hasil survey TVRI bekerja sama dengan Institute for Social Empowerment and Democracy memberi pukulan telak untuk SBY-JK.
Kisah itu terjadi 20 September 2004 lalu.
++++
PEMILIHAN presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2004-2009 berlangsung menarik untuk dicemati.
Ada 6 pasangan calon mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum pada saat itu. Pertama, Abdurrahman Wahid dan Marwah Daud Ibrahim yang dicalonkan oleh Partai Kebangkitan Bangsa, Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo yang dicalonkan oleh Partai Amanat Nasional.
Kemudian, Hamzah Haz dan Agum Gumelar yang dicalonkan oleh Partai Persatuan Pembangunan, Megawati Soekarnoputri dan Ahmad Hasyim Muzadi yang dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Susilo Bambang Yudhoyono dan H. Muhammad Jusuf Kalla yang dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, serta Wiranto dan Salahuddin Wahid yang dicalonkan oleh Partai Golongan Karya.
Dari keenam pasangan calon tersebut, pasangan K. H. Abdurrahman Wahid dan Marwah Daud Ibrahim tidak lolos karena berdasarkan tes kesehatan. Abdurrahman Wahid dinilai tidak memenuhi kesehatan.
Pertarungan Capres berlanjut hingga ke putaran ke dua. Pemilu putaran kedua diselenggarakan pada tanggal 20 September 2004 dan diikuti oleh 2 pasangan calon. Mereka adalah Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Hasyim Muzadi serta Susilo Bambang Yudhoyono berpasangan dengan Muhammad Jusuf Kalla.
Enam jam usai pemilihan, lembaga survei langsung menempatkan Megawati sebagai pemenang.
Namun SBY tak patah semangat. Dia mengintruksikan pengawalan suara. Benar saja, SBY dan JK justru ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih versi KPU. Pelantikannya diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober 2004 dalam Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.
++++
KINI 10 Tahun telah berlalu. SBY pun sudah memimpin Indonesia selama 2 periode. Namun keadaan politik 2004 kembali terulang di 2014.
Lembaga survey terpecah. Dari 11 lembaga, 6 mengunggulkan Jokowi-JK dan 4 mengunggulkan Prabowo-Hatta.
Jokowi-JK berada di atas angin. Mereka sudah mendeklarasikan kemenangannya.
Namun Prabowo-Hatta juga melakukan hal yang sama. Pasangan ini mengklaim hasil real count PKS justru memenangkan pihaknya. Prabowo juga mengintruksikan simpatisan dan partai koalisi pendukung untuk mengawal suara dari gampong hingga KPU.
Dari 6 yang mengunggulkan Jokowi, termasuk media Kompas dan Metro Tv yang selama ini dikenal pro pasangan nomor urut dua itu. Ada juga lembaga juga lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang pemiliknya, Saiful Mujani, adalah Timses Jokowi sendiri.
Dengan kondisi seperti ini, bisakah kondisi 2004 kembali terulang pada 2014? Jokowi atau Prabowo yang menang? Mari kita tunggu hasil rekap KPU pada 22 Juli nanti.
Editor: Murdani Abdullah