Tiga tahun lalu, Jessie J. menyentil melalui lagunya yang berjudul Price Tag. “Why is everybody so obsessed? Money can't buy us happiness,” pesannya dalam lagu itu. Pesan itu kini disadari betul kebenarannya oleh John Caudwell, salah satu orang termakmur di Inggris dengan kekayaan mencapai 2 miliar pound sterling atau sekitar Rp 39 triliun.
John adalah pendiri Phones 4U, salah satu jaringan retail telepon seluler independen terbesar di Inggris. Kekayaannya meliputi dua mansion super megah. Salah satunya bernilai 85 juta pound sterling dan terletak di kawasan elite London, Mayfair. Ia juga memiliki satu kapal pesiar, satu helikopter, dan sederet mobil mewah.
“Yang paling saya sukai adalah mendarat di London dari rumah saya di Staffordshire dengan heli, lalu mengeluarkan sepeda dan bersepeda menuju London. Rasanya luar biasa,” katanya kepada Daily Mail.
Tapi rupanya kebahagiaan itu hanya tampak di permukaan. Kehidupan keluarga John kerap didera ketidakberuntungan. Putra tertuanya, Rufus, 19 tahun, menderita agorafobia parah selama lebih dari delapan tahun terakhir. Penderita penyakit ini takut luar biasa jika berada dalam situasi-situasi yang membuatnya tak bisa melarikan diri atau tak mendapat pertolongan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terutama di tempat umum atau keramaian.
“Dia anak yang menyenangkan dan berbakat. Sedih sekali rasanya melihat dia harus melalui ini. Dia dikelilingi banyak cinta, tapi cinta tak bisa menyelesaikan masalah. Kalau saja bisa,” kata John.
Tak hanya putranya, putri tertuanya juga mengalami masalah kejiwaan. Libby Caudwell, 26 tahun, mengaku mengalami gangguan panik dan depresi. “Saya selalu merasa gelisah saat di sekolah,” ujarnya. Libby menghubungkan penyakitnya dengan kekayaan dan profil ayahnya yang luar biasa berlebih. “Apa yang harus saya, putri seorang miliarder, sesalkan? Dunia bisa berada di bawah genggaman saya, tapi kemegahannya justru melumpuhkan saya.”
John Caudwell akhirnya mengakui, walau kekurangan uang juga bisa membuat orang menderita, “Uang tak bisa membeli kebahagiaan,” katanya dengan sendu. “Kalau sudah seperti ini, uang tak berarti. Uang bisa memberimu akses ke orang-orang yang berbeda dan ke pertolongan, tapi tidak bisa mengubah keputusasaan yang kamu rasakan saat melihat darah dagingmu berjuang susah payah.”
Pada akhirnya, John mengakui, yang terpenting adalah kesehatan. “Kalau kamu tidak mempunyai itu, maka semua uang di dunia tidak akan membuatmu bahagia,” katanya.| Sumber: Tempo.co
Editor: Murdani Abdullah