PEMBACA hikayat Muda Balia membacakan syair menyangkut damai hidup di Aceh, Sabtu, 27 Desember 2014. Ia mengajak seluruh masyarakat Aceh dan pemimpinnya untuk saling mengerti satu dengan lainnya agar tetap mulia dan jauh dari bala.
Dalam syairnya, Muda Balia turut menekankan agar masyarakat Aceh tetap waspada pada segala bentuk bencana dan tetap mengenal tanda-tandanya. "Ada beberapa tanda-tanda alam yang patut terus diperhatikan, agar kita selamat dari bencana," ujar Muda Balia.
Sementara penyair Aceh, Zubaidah Djohar menyebut perdamaian harus dijaga bersama-sama melalui syair puisi berjudul Memahat Perahu di Pulau Nirwana. Syair ini berisi tentang bagaimana mengindahkan hidup dalam kedamaian.
"Memahat perahu itu adalah memahat hidup damai," kata Zubaidah Djohar di acara pameran foto karya anak korban tsunami Aceh dan Thailand, yang digelar Yayasan Geutanyoe di Kapal Kapal PLTD Apung, Punge Blang Cut, Banda Aceh, Sabtu, 27 Desember 2014.
Hadir pada pertunjukan Hikayat Muda Balia dan Puisi Zubaidah Djohar mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Etnomusikolog asal Jepang Maho, dan masyarakat pengunjung Kapal PLTD Apung.[]
Editor: Boy Nashruddin Agus