Hari ini Senin, 3 Februari 2013 bersama pasangannya Said Mulyadi ia dilantik sebagai Bupati Pidie Jaya untuk masa kerja lima tahun mendatang.
Pertengahan September 2013 lalu saya berkesempatan bertemu dengan Aiyub ben Abbas, kerap disapa sebagai Teungku Bupati. Seperti apakah pentolan GAM alumni kamp Tajura, Libya, ini?
***
SEBUAH rumah makan di kawasan Ulee Glee, Kabupaten Pidie Jaya, dipadati pengunjung, Minggu 15 September 2013. Ada plang kecil di bawah pohon ceri yang bertuliskan Blang Dalam.
Beberapa pengunjung terlihat antri saat mengambil lauk nasi. Namun wadah di sana banyak yang sudah kosong.
Sementara di halaman depan, deretan angkutan umum L-300 dan Innova terparkir tak beraturan. Beberapa di antaranya berbody bendera partai dan umbul-umbul warna merah dengan dua garis hitam.
Di sisi lain juga ada gambar kandidat Teungku Aiyub dan Said Mulyadi. Di tengah-tengah gambar, terdapat kata bertuliskan ASLI. Kata ini merupakan penggabungan dari nama Aiyub dan Said Mulyadi.
“Droneuh pat? (Anda di mana?-red)” ujar seorang pria di ujung telepon.
“Lon na di dalam. Neujak laju keunoe (Saya ada di dalam. Langsung saja ke sini-red),” ujar pria itu lagi dengan nada ramah dan santun.
Dari kejauhan, seorang pria berwajah teduh tampak melambai tangan. Penampilannya sangat sederhana. Hanya berpeci haji warna putih, baju kemeja dan celena kain.
“Jadi neupajoh laju bu. Droneuh neu ikot lon tajak silaturrahmi u dayah. (Anda makan terus. Nanti ikut saya untuk silaturrahmi ke dayah-red),” ujar pria tadi.
Dia adalah Aiyub Ben Abbas. Aiyub dan pasangannya diusung oleh Partai Aceh, Golkar dan Gerindra.
“Oya, nyoe pak wakil. Na neuturi? (Oya, ini pak wakil. Apa kenal?),” ujar pria yang akrab dipanggil Teungku Aiyub ini lagi. Pak wakil yang dimaksud adalah Said Mulyadi. Pria tadi cuma mengangguk kecil dan tersenyum.
Said Mulyadi memakai baju koko putih dengan peci warna hitam. Pasangan ini terlihat akrab dan beberapa kali terlibat senda gurau.
“Enteuk neujak dengan moto rombongan lon. Nyan jieh bek tinggai beh (Nanti ikut dengan mobil rombongan saya. Ini dia jangan sampai tinggal,” kata Teungku Aiyub lagi pada beberapa eks kombatan yang kini menjadi anggota Partai Aceh.
“Jeut Teungku,” ujar beberapa pria yang berdiri dekat Teungku Aiyub. Mereka menjawab kompak.
***
Teungku Aiyub Ben Abbas merupakan mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka yang menerima pendidikan langsung dari Wali Nanggroe Hasan Tiro. Dia alumnus kamp pendidikan Tajura, Libya, 1987.
Sebelumnya, Teungku Aiyub mengatakan sejarahnya dengan Gerakan Aceh Merdeka sangat panjang. Kepada The Atjeh Times, Aiyub mengaku bangga menjadi anak didik langsung dari Wali Nanggroe Hasan Tiro.
“Alhamdulillah, saya dan kawan-kawan sudah membawa pulang kembali Wali ke Aceh, kepada masyarakat yang dulu diperjuangkan beliau. Saya telah menjalankan amanah beliau hingga beliau wafat,” ujar Aiyub Maret tahun lalu.
Aiyub yang akrab disapa Abuwa Muda di kalangan Partai Aceh itu dari kecil belajar ilmu agama di Dayah Teupin Raya, Kecamatan Bandar Baru.
“Saya sebaya dengan Sarjani Abdullah, Bupati Pidie sekarang. Kami satu ruang belajar di Dayah Teupin Raya. Sebelum kami sama-sama bergabung dalam barisan perjuangan GAM,” ujar Aiyub. Ia dan Sarjani juga berkesempatan belajar ilmu politik dan militer di Swedia.
“Alhamdulillah, saya hingga sekarang masih berada di garis perjuangan GAM. Partai Aceh adalah mesin politik orang Aceh dalam menjaga perdamaian dan membangun kesejahteraan.”
Sementara itu, Said Mulyadi merupakan mantan Sekretaris Daerah Pidie. Ia salah satu tokoh masyarakat Pidie Jaya yang aktif dalam tim percepatan pembentukan kabupaten tersebut. Pidie Jaya salah satu dari 16 kabupaten usulan pemekaran yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat pada 8 Desember 2006.
Saat itu, Said menjabat sebagai Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan di Pemerintah Pidie. Sosok ini terlihat vokal dan piawai dalam mengurus birokrasi. Atas pertimbangan tersebut jugalah dia minta mendampingi Teungku Aiyub untuk memimpin Pidie Jaya.
***
Dukungan terhadap Aiyub dan Said Mulyadi guna memimpin Kabupaten Pidie Jaya untuk lima tahun ke depan sangat kuat. Baik dari masyarakat paling bawah hingga tokoh Aceh yang berasal dari Pidie Jaya. Hal ini diungkapkan oleh sejumlah tokoh kepada The Atjeh Times.
Mantan Penjabat Bupati Pidie Jaya, Salman Ishak, misalnya. Dirinya secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap Aiyub dan Said Mulyadi untuk menjadi bupati dan wakil bupati Pidie Jaya.
“Saya mendukung pasangan ini. Mulai dari merumuskan visi misi hingga mengawal pemerintahannya, jika terpilih selama 5 tahun ke depan,” kata dia.
Menurut Salman, dukungan terhadap Aiyub Ben Abbas dan Said Mulyadi, bukan hanya berasal dari Partai Aceh. Namun juga dari sejumlah lainnya, seperti Golkar dan Gerindra.
“Dua partai nasional ini memiliki struktur yang kuat di Pemerintah Pusat. Sedangkan Partai Aceh memiliki akar yang kuat. Maka dengan kata lain, pasangan ini memiliki modal yang sangat kuat untuk terpilih,” kata dia.
Selain itu, kata Salman, Pemerintah Aceh saat ini juga dipimpin oleh Gubernur Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf yang didukung oleh Partai Aceh. Partai yang sama yang juga mengusung Aiyub Ben Abbas dan Said Mulyadi.
“Demikian juga dengan DPRK Pidie Jaya saat ini. Mayoritas diisi oleh dewan dari Partai Aceh. Dengan kata lain, pembangunan Pidie Jaya akan cepat tercapai di tangan dua orang ini karena telah didukung oleh kekuatan besar,” kata dia.
Sementara itu, Fazlon Hasan, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Forum Perjuangan Keadilan Rakyat Aceh (Fopkra), juga memiliki pendapat yang hampir sama dengan Salman Ishak.
Ia sangat mengenal sosok Aiyub Ben Abbas. Sosok ini dinilai memiliki kemampuan untuk mewujudkan harapan masyarakat.
“Tentunya tanpa dukungan dari masyarakat hal ini tidak akan terwujud. Kalau masyarakat terpecah-pecah, maka potensi yang ada akan sia-sia,” ujar pengusaha Aceh di Jakarta ini lagi.
Menurut Fazlon, pembangunan Pidie Jaya akan tercapai apabila adanya keselarasan antara Pemerintah Kabupaten dengan Pemerintah Aceh. “Oleh karena itu, jawaban pembangunan dari Pidie Jaya ada pada Teungku Aiyub,” kata dia optimis.
Sedangkan TA Khalid, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Aceh, menambahkan untuk membangun daerah di Aceh dibutuhkan mesin politik yang kuat.
“Dan mesin politik itu adalah Partai Aceh. Atas dasar ini maka perlu mendukung Teungku Aiyub yang disokong oleh Partai Aceh untuk maju pada pilkada Pidie Jaya,” kata TA Khalid.
Seorang pemimpin, kata dia, tidak mungkin bekerja sendiri. Minimal untuk membangun daerah diperlukan hubungan yang harmonis dengan DPRK dan pemerintah yang lebih tinggi di atasnya.
“Saat ini DPRK mayoritas adalah wakil dari Partai Aceh. Demikian juga dengan Pemerintah Aceh yang juga dari Partai Aceh. Dengan kata lain, tidak mungkin mengharapkan anak dari pasangan yang ribut. Ini juga berlaku. Jika terpilih bupati selain dari Partai Aceh, maka akan sulit adanya pembangunan yang diharapkan,” kata mantan Ketua DPRK Lhokseumawe ini lagi.
TA Khalid sendiri mengaku di ‘BKO’ oleh Ketua Umum Partai Aceh untuk memimpin Partai Gerindra.
***
Jalan menuju Dayah Darul Muta’alimin, Desa Meunasah Mee, Kecamatan Jangka Buya, Kabupaten Pidie Jaya, hanya ditempuh dalam waktu hitungan menit. Lokasi ini hanya berjarak dua atau tiga kilometer dari jalan raya.
Menurut beberapa eks kombatan yang menyertai rombongan, kedatangan mereka ke lokasi ini adalah untuk menziarahi makam Teungku Sulaiman Hasballah atau akrab disapa Abu Meunasah Mee.
Ulama kharismatik itu meninggal beberapa yang lalu. “Kita berdoa bersama-sama untuk Abu. Nanti juga ada masyarakat yang ikut. Mungkin tidak begitu ramai,” kata seorang kombatan.
Namun begitu memasuki Gampong Meunasah Mee, sejumlah warga sudah terlihat berdesakan di lorong jalan. Barisan warga memanjang hingga ke lokasi acara. Ratusan pria memakai peci dan kain sarung.
Sementara kaum wanita memakai pakaian muslimah dan kain sarung. Saat Teungku Aiyub turun dari mobil, beberapa warga berebutan menyalaminya. Demikian juga dengan Said Mulyadi.
“Piyoh Pak Bupati,” ujar warga. Sosok yang dimaksud hanya tersenyum.
“Lon jak bak kuburan dilee. Enteuk tapeugah haba,” kata Aiyub. Warga yang menyapanya tadi kemudian mengangguk dan memberi ruang bagi sosok tadi. Sedangkan Pimpinan Dayah Darul Muta’alimin, Teungku Ridwan, tampak menunggu rombongan di dekat kuburan Teungku Sulaiman. Sosok ini adalah putra dari almarhum Teungku Sulaiman. Iringan doa pun terdengar dari sana.
***
Hari ini sidang paripurna pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Pidie Jaya, Teungku Aiyub dan Said Mulyadi dibuka oleh Ketua DPRK Pidie Jaya, Abubakar Usman. Dengan berlangsungnya seremonial tersebut maka berakhir pula proses pemilukada di Pidie Jaya.
Editor: