SEBANYAK 150 rider motor trail dari Sumatera Utara, Lhokseumawe, Bireuen, dan Banda Aceh, menjelajah belantara bukit Lhokseumawe hingga pedalaman Aceh Utara, Sabtu, 11 Oktober 2014. Pasukan trail adventure dipimpin Dandim 0103 Aceh Utara Letkol Inf Iwan Rosandriyanto itu ingin menggapai “Air Terjun 7 Bidadari” di ujung pelosok Kecamatan Geureudong Pase.

Akan tetapi, sebagian penunggang trail gagal mencapai lokasi “Air Terjun 7 Bidadari”. Pasalnya, medan jalan menuju kawasan itu sangat berat. Bahkan, mobil double cabin ditumpangi Kepala Bagian Operasi Polres Lhokseumawe Kompol Isharyadi bersama dua wartawan/fotografer tertahan di sebuah anak sungai.

“Kami tidak sampai ke Air Terjun Tujuh Bidadari, karena lewat Barak Komando ada alur sungai yang banyak bebatuan dan airnya naik. Tidak bisa lewat mobil, sebagian motor trail terpaksa didorong,” ujar Bambang, seorang jurnalis media online di Lhokseumawe.

Barak Komando berada di kawasan perkebunan sawit PT Satya Agung di Gampong Pulo Meuria, Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara. Disebut “Barak Komando” lantaran lokasi itu sebagai barak pertama saat dibuka kebun sawit PT Satya Agung milik konglomerat asal Aceh Ibrahim Risyad.

“Sebelumnya lokasi itu disebut Divisi Empat. Jadi di kawasan kebun itu dulunya ada Divisi Satu, Dua, Tiga, Empat, dan seterusnya. Saat dibuka kebun PT Satya Agung dinamakan barak; Barak Komando, Barak Tomat, dan barak lainnya,” ujar Ibnu Hasyim alias Lambusoe, tokoh masyarakat Geureudong Pase kepada ATJEHPOST.co lewat telpon seluler, Minggu, 12 Oktober 2014, sore.

Menurut Lambusoe, menuju lokasi “Air Terjun 7 Bidadari” harus melewati Barak Komando dan Alue (Alur) Tualang yang airnya tembus ke Krueng Keureutoe Pante Bahagia Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara. Jarak Alue Tualang dengan lokasi “Air Terjun 7 Bidadari” cukup jauh dengan kondisi medan jalan amat sulit.

“Disebut Air Terjun Tujuh Bidadari, karena air terjunnya tujuh tingkat, pemandangan di sana sangat indah. Air yang mengalir dalam Krueng Suak dari Air Terjun Tujuh Bidadari itu,” kata mantan anggota Fraksi Partai Aceh DPRK Aceh Utara ini.

Selain air terjun tujuh tingkat, kata Lambusoe, di pedalaman Gampong Pulo Meuria ada pula dua lokasi air terjun lainnya di Alue Angkup dan Alue Ujeuen. Jarak antarlokasi air terjun tersebut sekitar 10 kilometer.  “Air terjun Alue Ujeun, rhot ie rayeuk di ateuh, tapi di miyueb lage ujeun maka dikheun Alue Ujeun,” ujar mantan Keuchik Gampong Darussalam, Geureudong Pase ini.

Lambusoe menjelaskan, Pulo Meuria adalah gampong paling ujung di pedalaman Geureudong Pase. Di belakang Pulo Meuria ada Gampong Krueng Mbang. Menuju ke perbukitan melewati perkebunan sawit di kawasan itu harus menunggang jonder (jhon deere/traktor). “Dengan sepeda motor tidak bisa lewat, kecuali motor trail besar, itu pun agak sulit, penunggangnya harus cerdik,” katanya.

Menurut Rahmad, fotografer yang ikut rombongan 150 rider trail adventure kemarin, hanya sebagian pasukan yang berhasil tembus ke lokasi “Air Terjun 7 Bidadari”. “Hanya rider paten-paten yang sampai,” ujar dia.

Belasan motor trail terpaksa ditinggal di lokasi perbukitan pedalaman Geureudong Pase lantaran para rider kehabisan tenaga menjelajah medan ekstrim. “Kondisi hujan, air sungai naik, sulit dilalui saat kembali. Trail terpacak, tidak bisa keluar, hanya orangnya yang dievakuasi tadi malam sampai dini hari tadi. Motornya dievakuasi belakangan,” kata Rahmad.

Kabarnya, salah seorang rider yang terpaksa “menyerah” dan harus dievakuasi adalah Mukhlis alias Wak Ulis, anggota DPRK Lhokseumawe. Yang jelas, Wak Ulis sudah berusaha menggapai “Air Terjun Tujuh Bidadari”.[]

Berita terkait:

150 Rider Jelajah Belantara Hingga Air Terjun 7 Bidadari Aceh Utara