Pekan ini, parlemen Australia sedang membahas tentang boleh tidaknya wanita muslim Australia mengenakan burqa di tengah ketakutan adanya serangan teror militan Negara Islam di Negeri Kanguru.
Untuk memberikan pemahaman tentang penutup kepala wanita muslim itu, TV Australia SBS membuat episode tentang kehidupan nyata wanita muslim di Australia dengan judul Living with the Enemy.
Salah satu episode itu bercerita tentang kehidupan Lydia yang menjadi mualaf saat usianya baru 21 tahun.
Lydia yang saat ini berusia 29 tahun mengaku perkenalannya dengan Islam terjadi begitu saja mesti melalui perjuangan dan pertentangan batin yang panjang.
Semuanya dimulai saat dia kuliah dan hukum tentang terorisme baru saja disahkan di Australia. Saat itu dia terus berpikir 'apa alasan muslim melakukan pemboman di mana-mana?'
Dia juga mengira bahwa wanita muslim merasa tertekan karena hijab yang mereka kenakan merupakan penghinaan terhadap feminisme. Intinya, Lydia saat itu memiliki pikiran negatif yang kuat terhadap Islam dan muslim.
Tentu saja, Lydia menilainya berdasarkan media, bukan karena bertemu dengan muslim sesungguhnya. Untuk membuktikan bahwa muslim hidup dengan cara yang aneh, Lydia pergi ke Auburn Gallipoli Mosque.
Namun apa yang ditemukannya di sana sangat bertolak belakang dengan penggambaran media dan pemerintah Australia selama ini.
Ternyata, Islam memiliki kemiripan dengan agamanya dalam hal nabi-nabi. Maka, setiap Sabtu, Lydia melakukan penyamaran dengan mengenakan kerudung untuk mencari 'kebenaran'.
Yang dimaksud Lydia saat itu adalah kebenaran Islam tentang membunuh orang tak berdosa dan wanita diperlakukan seperti budak.
Lydia justru menemukan jawaban yang sebaliknya. Dia bahkan ingat satu ayat Alquran "Barangsiapa membunuh seorang manusia maka dia membunuh seluruh umat manusia. Barangsiapa yang menyelamatkan seorang manusia maka dia seperti menyelamatkan seluruh umat manusia."
Butuh waktu lama bagi Lydia untuk menerima Islam. Dia sadar, jika dia menjadi muslim, maka seluruh pandangan hidupnya selama ini akan berubah drastis. Dan itu membuatnya ngeri. Dia masih ingat bagaimana reaksi orangtua dan teman-temannya.
Sekali membuat keputusan, Lydia sadar bahwa itu akan membawa konsekuensi terhadap sikap dan perilakunya selama ini. Saat sudah mualaf, banyak yang bertanya pada Lydia kenapa memakai hijab.
Lydia menjawab karena itu sudah dianjurkan dalam Alquran di mana wanita muslim harus mengenakan hijab.
Bagi Lydia, kata hijab bukan hanya indah secara fisik, tapi juga perkataan dan perbuatan. Baginya, hijab memberinya cara menghindari pandangan bernafsu kaum pria dan menolak pelecehan seksual terhadap wanita.
Hijab menjadi bagian tetap dari identitasnya sebagai wanita muslim. "Saya memiliki harapan yang lebih tinggi kepada pemerintah Australia untuk menjadi lebih bertanggung jawab secara sosial, bukan malah berkontribusi terhadap pemahaman yang salah dalam masyarakat kita tentang Islam dengan menggunakan pernyataan menyerang dan memecah belah," kata wanita yang memiliki koleksi 100 hijab ini.| Sumber: dream.co.id
Editor: Murdani Abdullah