Melalui pergerakan positif, Lhoksukon Hip-Hop alias LUHOP yang beranggotakan 14 siswa SMA Negeri 3 Putra Bangsa Lhoksukon, Aceh Utara mencoba bersaing di dunia seni. Meski baru berusia setahun, kreasi remaja yang anti rokok dan narkoba itu patut diancungin jempol.
LUHOP berdiri pada pertengahan tahun 2012 lalu atas usul iseng-iseng saat ngumpul bareng di kantin sekolah. Setelah sempat saling memberi pendapat tentang genre music yang akan diusung, akhirnya para remaja ini memilih Hip-Hop.
Awalnya Luhop punya 14 personel yakni Zulfahmi Aulia “Fluzail” (Rapper & Beat Maker), Almunawir “Awien Gapie Bandet” (Beatboxer & Rapper), Hidayatullah “Dayat GB” (Beatboxer, Rapper & Beat Maker), Oddie Sahputra “Oddie DC” (Rapper), Romy Arza “Romy B.O.W (Beatboxer & Rapper).
Muhammad Fadhil “Fadhil B.O.W” (Rapper), Irfan Hadi Saputra “Irfan SPJ” (Rapper), Oky Reza “Oky SPJ” (Rapper), Rahmad Aulia Roza “Oja” (Rapper), Maksalmina “Maxal Vey” ((Beatboxer & Rapper), Martunis “Unieyz Gyal” (Rapper) serta tiga anggota, M Luthfi Al-Qauli “Luthfi”, M Ilfan Al Ghazali “Ipan” dan M Alief Akbar “A-Al”.
Belakangan, Luthfi Al-Qauli memilih mundur karena ingin fokus kuliah.
Sebagai pemula, Luhop patut diperhitungkan. Pada tanggal 10 - 15 November 2012 lalu, Luhop menjadi Juara II dalam Unsyiah Fair yang digelar di Banda Aceh. Kala itu Luhop bersaing dengan 17 kelompok lainnya.
Namun yang pentas dalam Unsyiah Fair hanya Awien, Dayat dan Maxal. Sedangkan yang lain datang untuk memberi support.
Pada 5 Januari 2013, Luhop juga ikut meramaikan breakdance dan hip hop di Terminal Kota Lhokseumawe yang diadakan oleh Lhokseumawe North Aceh. Selain itu, mereka juga sering mengikuti event kecil dan mengisi berbagai acara music di Aceh Utara dan Lhokseumawe.
“Kita memilih Hip Hop karena di Aceh masih jarang. Di Lhoksukon sendiri genre music itu belum ada dan kita ingin tampil beda. Kita juga tergabung dalam Lhokseumawe North Aceh (LNA),” ujar mereka nyaris serentak.
Kata Awien, secara kebetulan mereka menyukai rap dan hiphop. Rap adalah berbicara dengan rima mengikuti ritme atau ketukan beat. Sedangkan hip hop adalah budaya, jalan hidup (way of life) yang juga menceritakan tentang lingkungan. Dipadu breakdance, Deejay (DJ) dan graffiti. Hip hop sendiri berasal dari Africa, Amerika dan Jamaika.
“Saat semua aliran musik dan dance yang kita miliki dipadukan, jadilah Hip Hop ala remaja Kota Lhoksukon,” celotehnya.
Awien mengisahkan awal mula Luhop berdiri, bulan Mei 2012 lalu, mereka didaulat tampil dalam acara perpisahan sekolah. Kala itu mereka yang beranggotakan empat orang menyanyikan lagu ciptaan bersama “SMA Tercinta”. Setelah itu, muncullah ide membentuk Luhop.
Soal terpilihnya nama Luhop, ini ceritanya, saat Awien bersama Fluzail hendak ke Lhokseumawe, ban sepeda motor yang mereka tumpangi gembos di tengah lokasi perbaikan jalan. Kala itu sedang hujan sehingga jalan penuh lumpur.
Saat melihat lumpur, tiba-tiba muncul ide menjadikan lumpur sebagai nama untuk grup mereka. Namun Awien mengambil versi lumpur dalam Bahasa Aceh, yakni Luhop yang berarti Lhoksukon Hip Hop. Ide itu pun disambut baik oleh Fluzail dan teman lainnya.
“Kita ingin seperti lumpur yang menempel dan membekas. Begitu juga Luhop, kita ingin tetap membekas dan melekat di hati pendengar. Khususnya pecinta musik hip hop”, ujar Awien yang mendapat anggukan dari teman-temannya.
Luhop telah menciptakan beberapa lagu, di antaranya pergerarakan positif, Facebook – Facebook, Galau Tengah Malam versi Full Aceh dan You Know Bitch.
“Untuk video klip baru rampung pergerakan positif pada 5 Maret 2013 lalu, sedangkan yang lainnya masih dalam proses. Untuk MP3 yang lain sudah ada. Video klip pergerakan positif kita buat sendiri dengan keahlian editing dari Fluzail. Untuk rekaman kita disuport fasilitas dari toko computer milik abang Fluzail,” beber Awien.[]
Editor: atjehpost.co