Meski bersikap 'diam', penolakan Franck Ribery terhadap alkohol menjadi perhatian pecinta sepakbola. Dia jadi panutan pemain muda muslim dunia.
Pesta baru saja dimulai. Tepat ketika wasit meniup peluit dengan nada panjang. Seisi stadion pun bergemuruh. Sah, sudah! Bayern Munich menyandang gelar juara Bundes Liga Jerman 2012/13.
Sorak sorai kemenangan membahana. Satu per satu pemain FC Hollywood--julukan Bayern Munich--tumpah ke tengah lapangan.
Di tengah hingar bingar, seorang pemain berdiri di tepi lapangan. Kedua tangan pemain berwajah parut itu menengadah sambil mulutnya komat-kamit.
Franck Ribery khusyuk berdoa. Ribery, menutup doa dengan membasuhkan tangan ke wajahnya. "Alhamdulillah…."
Pemain ber-passport Perancis itu menutup doanya tepat ketika rekan-rekannya memanggil. "Ribery, come on. Let’s get party!" ajak mereka pada mesin serangan Bayern itu. Dia bergegas gabung usai berdoa.
Pesta menggila ‘dibakar’ sorak sorai penonton. Seperti jamaknya semua klub di Eropa, perayaan dimeriahkan dengan bir. Ribery menghindar. Sebagai muslim, dia wanti-wanti kawannya menjauhkan minuman beralkohol itu darinya.
Tiba-tiba pemain belakang Bayern, Jerome Boateng mengambil gelas besar bir. Dari arah belakang dia bersiap mengguyur Ribery yang masih 'bersih'. Ribery sigap. Buru-buru dia menghindar.
Tidak puas, Boateng mengejar Ribery yang lari terbirit-birit. Sayang, usaha kabur pemain 31 tahun itu tertangkap. Byurrrr! Ribery gelagapan ketika bir tumpah ke tubuhnya hingga basah kuyup.
Boateng tertawa lepas. Ribery terdiam. Wajahnya memerah, berang. Insiden itu dibadikan sejumlah fotografer.
"Aku sangat kesal. Aku tak akan bicara lagi kepada Boateng. Dia tahu agamaku (tapi dia tetap menyiramkan bir ke badanku)," kata Ribery ngambek usai bubaran pesta.
Hubungan Ribery dan Boateng sempat dingin. Setelah beberapa lama, akhirnya Boateng meminta maaf. Ia sadar caranya bercanda kelewatan dan tidak menghargai keyakinan agama yang dianut Ribery. Ribery memaafkannya.
+++
Ribery bukanlah pemain kelas dua. Dia sudah menyumbang empat gelar Bundes Liga, satu Liga Champions, dan sebiji gelar jawara Piala Dunia untuk negara kelahirannya, Perancis.
Bukan sekali saja pemain kelahiran 1983 ini menunjukkan sikap tegasnya menolak minuman beralkohol.
Saban tahun, sebuah ritual harus dilakukan pasukan Bayern Munich. Prosesi pemotretan untuk iklan Bir Paulaner, sponsor tetap klub. Semua pemain termasuk pelatih, Pep Guardiola harus bergaya mengangkat gelas berisi bir merek sponsor.
Ribery tetap menghormati acara itu. Dia hadir dan ikut duduk bersama seluruh tim. Namun dia ogah memegang gelas berisi minuman beralkohol itu. Dia hanya menyumbangkan senyumnya ketika rekan-rekannya berpose dengan segelas bir di tangan.
Ribery tidak sendiri. Dua rekannya yang juga muslim, Mehdi Benatia (Maroko) dan Xherdan Shaqiri (Swiss) pun mengikuti gaya Ribery. Ribery mengatakan ia berusaha profesional ikut serta dalam pemontretan tersebut.
"(Tetapi) Islam mengambil sikap tanpa kompromi dalam menolak minuman keras. Saya merasa nyaman dan aman dengan itu," kata Ribery kepada majalah Le Paris Match.
+++
Apa yang dilakukan Ribery memang bentuk dari dakwah. Efeknya pun mendunia. Para pemuda muslim dengan bangga menunjukkan sikap menurut Islam, karena pemain sekelas Ribery pun melakukannya.
Di luar lapangan, Ribery 'berdakwah' dalam pilihannya berbisnis. "Saya ingin sebuah konsep yang berbeda dari biasanya. Kafe yang bebas alkohol," ujarnya kepada surat kabar Perancis, La Voix du Nord dikutip Onislam.net.
Dia membuka kafe bebas alkohol dan hanya menyediakan aneka jus. Baginya ini upaya mendorong warga Perancis meninggalkan minum alkohol.
Kafe di kota Boulogne -sur-Mer, Perancis itu diberinya nama O'Shahiz. Nama yang merangkum dari dua putrinya Shahinez dan Hizya. Bar bebas alkohol itu lokasinya dekat rumah Ribery.
"Bar ini menjadi alternatif bagi muslim Perancis yang merasa tidak nyaman dengan bar-bar yang menawarkan minuman alkohol," tegas dia menyampaikan.
Ribery sadar, kejayaannya di lapangan bola pasti akan memudar. Dia berharap usahanya ini bisa menjadi tren baru di Perancis. Sekaligus sebagai sumber pendapatannya saat pensiun.
Susahnya kehidupan sudah dirasakan Ribery sejak kecil. Dia lahir dari ayah yang bekerja sebagai tukang bangunan. Ayahnya tak mampu membeli mobil. Sehingga kemana-mana mereka numpang kendaraan yang lewat.
Saat usianya baru dua tahun, mobil yang ditumpangi kecelakaan. Wajahnya sobek. Orangtuanya hanya mampu membawanya ke klinik kecil. Wajahnya harus menerima 100 jahitan.
Orangtuanya tak mampu membiayai untuk 'vermak' wajah. Luka sobek itu membekas menjadi carut panjang di wajahnya hingga kini.
Sejak usia 6 tahun Ribery sudah keluar masuk ke tim amatir sepakbola junior. Sebelum bintangnya bersinar, dia membantu ayahnya menjadi buruh bangunan. Sepakbola baru bisa menjadi sumber nafkah setelah bergabung dengan tim professional Liga Perancis, FC Metz di usia 21 tahun.
Pada 2008, Ribery memutuskan menikah dengan Wahiba, wanita Perancis keturunan Aljazair. Dia banyak belajar tentang kehidupan Islam dari keluarga istrinya. Plus dia pernah beberapa tahun bermain di Klub Gallatasaray, Turki.
Saat itulah Franck Henry Pierre Ribery mengucapkan syahadat. Namanya berganti menjadi Bilal Yusuf Muhammad. “Islam sumber kekuatan saya di dalam dan luar lapangan,” katanya.
Selang satu tahun jadi mualaf, Ribery menjalani ibadah umroh. Umroh dilakukannya usai pertandingan persahabatan timnya di Arab Saudi.
Saat itu situs resmi Bayer Munich sempat menampilkan foto Ribery mengenakan pakaian ihram saat bergabung dengan tim di bandara Jeddah, sebelum rekan satu timnya kembali ke Jerman.| Sumber: dream.co.id
Editor: Murdani Abdullah