PRIA muda berinisial WA yang meletakkan jenazah Afriza Mutia di parit jalan Desa Tanjong Ceungai, Panton Labu, Aceh Utara, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi lantaran menyembunyikan kematian Afriza di dalam mobil sepulang dari Medan. Bagaimana polisi jejaknya terendus?
Dalam pengakuannya kepada polisi yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan, setelah menurunkan jasad Afriza dan meletakkannya di parit pinggir jalan, WA langsung pulang ke rumahnya. Ia tiba Minggu dinihari, 11 Januari 2015 sekitar pukul 03.30 WIB.
Sempat membersihkan mobilnya, WA turun dengan membawa tas menuju kamar tidurnya. Ia lalu mengirim SMS kepada Jal Rental, pemilik mobil yang disewanya untuk ke Medan bersama Afriza.
“Long nyo kana dirumoh, kuwo kujak bacut-bacut, piyoh-piyoh, moto aman, singoh ta proses lom oke (saya sekarang sudah ada dirumah, saya jalan pelan-pelan, singgah-singgah, mobil aman, besok kita proses lagi),” begitu bunyi SMS-nya.
Setelah itu, WA mengaku kembali keluar rumah dan melanjutkan membersihkan mobil. Setelah selesai, ia masuk dan menonton televisi. Sambil mengembuskan asap rokok, wajah Afriza terus menghantui pikirannya.
“Wajah Afriza terus terbayang-bayang, terutama saat ia menghembuskan nafas terakhir. Saya belum bisa menerima kenyataan. Dengan langkah berat, saya beranjak mandi dan tidur pada pukul 04.15 WIB,” kata WA kepada penyidik Reskrim Polres Aceh Utara.
Sekitar pukul 08.00 WIB, WA terbangun karena salah satu dari dua telepon genggamnya berdering. Namun ia mengabaikan. Belakangan WA baru tahu bahwa yang menelfon adalah pemilik mobil yang ia rental. WA pun langsung menelfon balik.
“Moto kapuwoe pue kujak cok (mobil kamu bawa pulang atau saya ambil)”, Tanya pemilik mobil di ujung telfon. WA jawab, “Kujak tueng kah mantong, kapreh di rumoh (saya jemput kamu saja, tunggu saja dirumah)”.
Seraya menghidupkan mobil, WA juga menyalakan BBM-nya yang sempat dimatikan. Ia melihat dan membaca berita tentang temuan mayat korban pembunuhan di parit jalan Desa Tanjong Ceungai, Pantonlabu, Tanah Jambo Aye.
Tiba di tempat pemilik mobil, WA kembali diantar ke rumahnya. Sementara di Blackberry Messenger ia melihat rekan-rekannya memajang foto Afriza saat ditemukan di parit desa. Foto DP itu disertai kalimat,“Innalillahi”.
Belakangan masuk SMS ke telepon kecil WA yang berbunyi,“Sob, AFRIZA meninggal”. Tidak ada informasi siapa yang mengirim pesan itu.
Kala itu, WA berfirasat pasti polisi akan segera datang rumahnya. Ia pun memutuskan berdiam diri di kamarnya.
Firasatnya benar. Sekitar dua menit kemudian, pihak Kepolisian Polres Aceh Utara tiba di rumahnya. Jarum jam menunjukkan pukul 08.30 WIB.
Mereka bertanya seputaran kejadian meninggalnya Afriza. Saat WA berniat menjelaskan, polisi yang datang semakin ramai. Salah seorang polisi kemudian mengajaknya masuk ke kamar untuk digeledah.
"Saya pun dibawa ke Polres Aceh Utara untuk dimintai keterangan lebih lanjut,” kata WA kepada penyidik Reskrim.[]
Editor: Yuswardi A. Suud