SETIAP tanggal 8 November haruslah diperingati sebagai hari Kaum Muda Aceh, sebab pada tanggal itulah, secara heroik kaum muda di Aceh berhasil melakukan aksi kolosal yang, dicatat dalam sejarah Indonesia modern sebagai berkumpulnya massa lebih dari satu juta orang, untuk menuntut referendum.
Hadirnya tuntutan Referendum sebagai solusi penyelesaian konflik bersenjata yang sudah merengut banyak nyawa rakyat yang tidak berdosa. Tuntutan referendumnya pun menjadi sangat sangat tegas; pilihan bergabung atau berpisah dengan NKRI.
Tulisan sederhana ini tentunya tidak bertujuan untuk melihat mengapa Referendum itu kemudian gagal dilakukan. Karena bila itu dijawab dengan baik, maka bisa jadi akan bisa menjelaskan kepada kita mengapa kondisi Aceh hari ini masih tidak bergerak sama sekali dari posisi semula, posisi yang dulunya dianggap sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat Aceh, sehingga akhirnya diprotes dengan sangat semangatnya.
Gerakan protes di Aceh dimulai menjelang rezim Orde Baru tumbang. Disini pada awalnya gerakan mahasiswa Aceh menuntut agenda yang sama, reformasi.
Editor: Nurlis E. Meuko