Ancaman pemadaman membayangi konsumen di Sumut, Aceh, dan Riau, setelah pasokan listrik dari PLTU Pangkalansusu terhenti akibat robohnya tiga tower transmisi 275 kV, di Desa Tanjungpasir, Pangkalansusu sejak 17 Februari.
Celakanya, ketiga tower ini roboh diterjang angin akibat beberapa member towernya dicuri orang.
Pemadaman mungkin terjadi pekan depan, setelah aktivitas perekonomian normal lagi pascalibur Imlek 2566. Sehingga otomatis pemakaian listrik di wilayah PLN Pembangkitan Sunatera Bagian Utara (KitSBU) yakni Sumut, Aceh, Riau akan mencapai beban puncak 1.700 MW.
General Manager PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Bernadus Sudarmanta, mengakui selama dua hari ini, keluarnya pasokan daya PLTU Pangkalansusu belum mengakibatkan biarpet karena pemakaian listrik di bawah beban puncak.
''Untuk Kamis hingga Jumat, beban listrik mencapai 1.500 MW. Untuk pekan depan saya belum yakin apakah akan ada pemadaman atau tidak. Tapi kalau pun ada, tidak akan terlalu mengkhawatirkan. Akan kami upayakan meningkatkan produksi pembangkit yang lain," ujarnya via seluler, Kamis (19/2) malam.
Menurut Bernadus, kondisi seperti ini menunjukkan pentingnya cadangan pasokan listrik yang sampai sekarang belum dapat dicapai di Sumut.
"Beginilah kalau kondisi operasi tanpa cadangan. Kita kekurangan 200 MW (akibat keluarnya pasokan dari PLTU Pangkalansusu.''
Untuk menutupi defisit ini, Bernadus meminta PLTA Asahan I dan PLTA Inalum yang sedang dalam perawatan untuk beroperasi.
"Kami juga akan mencoba menaikkan produksi PLTU Nagan Raya. Saat ini kan produksinya 70 MW. Nanti akan dinaikkan sampai 100 MW."
PLTA Asahan I dikelola PT Badzra Daya dengan China Huadian Corporation (CHD) punya daya 2x90 MW. Sedangkan PT Inalum yang sebelumnya rutin memasok 90 MW ke PLN KitSBU menjalani pemeliharaan sejak awal 2015.
Menurut General Manager PLN Unit Induk Pembangunan II Robert Aprianto Purba mengatakan tower roboh Utara karena adanya pengrusakan(penggergajian) member tower adalah 214, 215 dan 216 yang berada di Desa Tanjungpasir, Kecamatan Pangkalansusu, Langkat, Selasa (17/2).
Petugas Polsek Pangkalansusu dan Koramil Pangkalansusu bersama petugas PLN, yang turun ke lokasi menemukan banyaknya member tower (main bracing) yang hilang dicuri orang tak dikenal. Ini menyebabkan kekuatan struktur tower yang normalnya terdiri dari dua ribuan rangkaian besi menjadi labil dan akhirnya roboh yang juga dipengaruhi oleh hujan dan angin yang terjadi Selasa malam.
Robert mengatakan langkah awal yang akan ditempuh oleh PLN adalah memasang lima tower darurat agar dapat segera mengalirkan energi listrik ke subsistem KitSBU. Pemasangan kelima tower emergency ini membutuhkan waktu sekitar 6-7 hari, mengingat medan yang cukup berat di lapangan. Untuk mencapai lokasi tower nomor 216, misalnya, harus menggunakan perahu karena berada di tengah areal tambak dan payau.
Diperkirakan, untuk pembongkaran dan pemasangan tiga tower pengganti ini, dibuthkan waktu dua bulan dengan bekerja secara paralel pada ketiga lokasi tower.
''Akibatnya, transmisi 275 kV Pangkalan Susu-Binjai akan beroperasi sementara dengan tower darurat (diperkirakan operasi 25 Februari 2015) dan akan beroperasi seperti sedia kala pada tanggal 18 April 2015 yang akan datang,'' katanya via seluler, Kamis malam.
Menurut Robert, pencurian member tower yang menyebabkan tiga tower roboh membuat PLN rugi lebih dari Rp 3 miliar.
Rinciannya untuk konstruksi tower setidaknya dibutuhkan biaya sekitar Rp 3 miliar. Belum lagi kerugian akibat selisih biaya operasional karena PLN harus menggunakan bahan bakar yang lebih mahal untuk mengganti pasokan dari PLTU Pangkalansusu (bahan bakar batubara) yang stop operasi.
"Saya berharap kepolisian dapat segera menangkap pelaku pencurian ini."
Ia mengatakan pencurian member (besi tower yang dirangkai menjadi tower) sudah terjadi dua kali tahun ini. Kejadian pertama terjadi pada Januari dan tersangka pelaku sudah ditangkap oleh kepolisian.
Para pencuri yang menyebabkan tower 214, 215 dan 216 roboh rupanya memanfaatkan lokasi tower di tengah tambak udang yang relatif sepi.
"Kami menduga tower 215 yang pertama kali roboh. Tower 214 dan tower 216 yang berada di sampingnya ikut tubuh karena konstruksinya tidak kuat karena rangkaian besinya juga telah dicuri."
Menurut Robert, PLN cenderung memilih lokasi tower jauh dari permukiman karena selain harga lahan yang lebih murah, sebagian masyarakat juga tidak suka tower berada di dekat permukiman.
Untuk mengantisipasi pencurian tower, kata Robert, pihaknya akan memberikan penguatan bagi para mandor line atau warga setempat yang diberdayakan untuk mengawasi tower transmisi di daerahnya.
"Ini kan obyek vital. Jadi sebenarnya yang menjaga bukan hanya PLN. Tapi sebagai yang paling bertanggungjawab, kami dan aparat keamanan akan memperketat pengamanan. Kami juga akan meminta mandor line untuk lebih awas dan langsung melapor jika ada hal-hal yang mencurigakan." | sumber: tribunnews.com
Editor: Murdani Abdullah