SEJUMLAH pimpinan lembaga mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry, mendatangi Kantor Dinas Syari’at Islam Aceh, Selasa 3 Maret 2015. Kedatangan para pimpinan lembaga mahasiswa ini ikut didampingi oleh Wakli Dekan III, Khairani M. Ag dan disambut oleh Prof. Syahrizal Abbas, Kepala Dinas Syariat Islam.
Dalam rilis yang dikirim ke redaksi ATJEHPOST.co, Kamis 5 Maret 2015, Khairani mengungkapkan bahwa tujuan kedatangan mahasiswa beserta dirinya adalah dalam agenda membari masukan dan motivasi kepada Dinas Syariat Islam agar terus bekerja dan mendukung tegakkanya Syari’at Islam di Aceh.
Selain itu, juga untuk mendapatkan gambaran mengenai peran dan tugas apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa terkait maraknya upaya pendangkalan aqidah dan penistaan agama yang menimpa masyarakat Aceh.
Profesor Syahrizal Abbas dalam pertemuan tersebut menjelaskan bahwa selama ini dalam melakukan tugasnya terkait pendangkalan aqidah DSI mengalami berbagai kendala, terutama mengenai rendahnya political will Pemerintah Aceh.
“Secara personal para pihak yang ada dalam lembaga eksekutif dan legislatif mendukung program DSI, tapi secara birokrasi administratif mereka setengah hati,” kata Syahrizal.
Kondisi ini, menurut Syahrizal, dapat dilihat dari segi biaya yang dilontarkan oleh pemerintah Aceh kepada DSI untuk membiayai da’i yang bertugas di wilayah perbatasan.
“Dana yang kita butuhkan untuk para da’i menjalankan kewajiban membina umat Islam di wilayah perbatasan Aceh selama setahun adalah 8 miliar. Tetapi yang dikabulkan oleh pemerintah Aceh hanya 800 juta saja”, ungkap Syahrizal dengan nada kecewa. Ini belum lagi dana untuk Seleksi Tilawatil Quran yang merupakan agenda wajib DSI setiap tahun tidak disediakan sama sekali oleh pemrintah Aceh tahun ini.
“Miris sekali. Untuk tahun ini dana STQ Aceh nol rupiah. Tidak ada sama sekali.”
Sementara itu, Zahlul Pasha, Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum yang ikut serta dalam kunjungan tersebut mengapresiasi sekali DSI selama ini dalam kepemimpinan Profesor Syahrizal.
“Tahun ini melalui DSI dan berbagai pihak lainnya Aceh sudah memiliki berbagai regulasi Syari’at, Qanun Jinayah dan Acara Jinayah. Kita juga ingin hala yang sama dilakukan DSI, yakni menjadi ujung tombak dalam mengantisipasi setiap pendangkalan aqidah umat Islam di Aceh,” ujar Pasha.
Pasha juga menambahkan kegiatan ini amat berguna bagi mahasiswa terutama pimpinan lembaga, yakni mengetahui kendala yang dialami oleh DSI dalam menjalankan tugasnya selama ini.[]
Editor: Murdani Abdullah