Tren muslimah berjilbab atau yang populer dengan sebutan hijaber memang sedang berkembang saat ini. Bahkan ke negara-negara yang muslimnya minoritas seperti di Finlandia. Sekelompok muslimah yang menamakan diri mereka "Northern Hijabees" menambah daftar komunitas hijaber dunia.
Dikutip dari aquila-style.com jumlah mereka 24 orang dengan rentang usia 15 hingga 29 tahun. Para muslimah ini merupakan imigran dari berbagai negara seperti Somalia, Kurdi, Irak, Turki, Palestina dan Albania. Mereka ada yang datang ke Finlandia untuk bekerja, sekolah, atau ikut orang tua. Sedikit sekali yang lahir di sana dan hanya ada dua orang anggota mereka yang benar-benar asli Finlandia.
Meski begitu tidak semua anggota Northern Hijabees memakai jilbab, namun mereka tetap berada dalam ikatan ukhuwan Islamiyah yang kuat. “Kami selalu bersama-sama dalam kondisi senang maupun susah. Ini membuat kami lebih kuat dan dekat sebagai teman dan sebagai saudara seiman,” kata mereka kepada aquila-style.com.
Selama bertahun-tahun mereka aktif di berbagai kegiatan seperti acara olahraga, pemutaran film, kegiatan buka puasa bersama. Para muslimah ini juga memiliki kegiatan camping bersama dan kajian keislaman dwimingguan untuk menambah pengetahuan keislaman mereka.
Sebagai muslimah berhijab, tak jarang mereka mendapatkan lontaran pertanyan-pertanyaan yang serius namun terkesan lucu. Misalnya seperti apakah mereka tetap tidur dengan jilbab, atau mandi sambil berjilbab. Bukan hanya itu, mereka juga sering ditanya apakah mereka bisa tersenyum dengan menggunakan jilbab. Tak jarang mereka sering disangka sebagai orang-orang Arab karena mengenakan jilbab.
Ada juga pertanyaan-pertanyaan menggelikan seperti apakah jilbab itu untuk menutupi kepala mereka yang botak? Atau, apakah mereka bisa mendengar pembicaraan orang lain karena jilbab yang mereka pakai menutup telinga mereka?
“Mengapa tempat kami dibesarkan begitu diskriminatif terhadap orang asing, terutama kepada Muslimah berjilbab,” kata mereka.
Diskriminasi itu menurut mereka juga dialami orang asli Finlandia yang berhijab. Anehnya masih banyak yang berpikir bahwa jilbab telah melanggar hak-hak perempuan. Mereka kemudian berinisiatif untuk membuat kegiatan untuk memperkenalan siapa mereka.
Melihat partisipasi mereka di komunitas, salah seorang pegawai di Centre of International Mobility (CIMO) Finlandia, sebuah lembaga yang didanai pemerintah mendorong komunitas ini untuk ambil bagian di kegiatan kepemudaan di Uni Eropa. Akhirnya, pada November tahun lalu proyek mereka Hijabiksi diterima.
Hijabiksi merupakan penggabungan kata “Hijab” dan “Iksi” yang dalam bahasa Finlandia berarti “menjadi sesuatu”. Lewat program ini mereka mengkampanyekan mengenai kesalahpahaman tentang jilbab.
Kampanye ini mereka buat dengan konsep outdoor di Kota Turku, mereka mendirikan tenda untuk basecamp. Pengunjung yang datang bisa bertanya apa saja yang ingin mereka ketahui tentang Islam, khususnya tentang hijab. Pengunjung juga bisa mencoba mengenakan jilbab dan melihat langsung perubahan diri mereka.
“Tujuannya bukan untuk memaksakan siapa pun, tapi untuk meningkatkan pemahaman dan toleransi untuk mendorong pandangan yang lebih terbuka,” kata mereka.[]
Editor: Ihan Nurdin