05 January 2015

Ilustrasi. | 4.bp.blogspot.com
Ilustrasi. | 4.bp.blogspot.com
saleum
Tahun Rembulan dan Matahari
Nurlis E. Meuko
01 January 2015 - 22:30 pm
Satu hal yang penting direnungkan adalah kejahatan itu tak pernah tidur seperti halnya kebaikan yang juga selalu terjaga.

HARI ini tepat tanggal 1 Januari 2015. Seluruh rumah, kantor, dan tempat-tempat ibadah dari berbagai agama di negeri ini sudah menggantung kalender baru. Dipastikan, semuanya adalah kalender dengan angka 1 (merah) sebagai pertanda libur memasuki tahun baru. Dan itu pergantian tahun masehi.

Kata “masehi” ini berasal dari bahasa Arab yang berarti yang membasuh (membelai). Dalam bahasa Ibrani disebut messiah (mesias) yang artinya yang diurapi. Jika melihat ke bahasa Latin maka disebut “anno domini” artinya tahun tuhan. Sedangkan dalam bahasa Inggris lebih sering disebut common era (era umum).

Belajar membaca kalender ini –kalau tidak salah—sudah dimulai sejak mengecap pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pelajarannya begini, hitungan masehi berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari, maka disebut juga tahun syamsiah (matahari).

Model penanggalan masehi ini memulai penghitungan hari pada pukul 00.00 dini hari. Maka dalam bilangan setahunnya akan terjadi 365,25 hari. Ada kelebihan 0,25 hari dalam setiap tahun, namun digenapkan menjadi 365 hari. Itulah sebabnya ada tahun kabisat, artinya setiap empat tahun sekali ada yang 366 hari. Perbedaan itu bisa dilihat pada bulan Februari. Satu tahun masehi adalah 12 bulan dan 365 hari, kecuali tahun kabisat.

Menariknya, penanggalan seperti ini mulai diterapkan sejak tahun 525. Artinya si penciptanya menghitung mundur, dan yang dijadikan titik awal yaitu tahun pertama adalah pada kelahiran Nabi Isa.

Jadi tahun-tahun sebelum kelahiran Nabi Isa disebutkan SM (sebelum masehi). Model penanggalan seperti ini mulai mendunia setelah tahun 1422, setelah Portugis juga menerapkannya.

Lalu siapa yang merancang penanggalan masehi itu? Dialah seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus. Semula dipergunakan untuk menghitung tanggal Paskah berdasarkan tahun pendirian Roma. Mereka meyakini Nabi Isa yang mereka sebut Yesus itu disalib dan mati lalu bangkit lagi pada hari ketiga.

Peristiwa yang dianggap sakral oleh umat Kristen itulah yang mereka peringati. Jadilah kemudian model penanggalan ini lekat dengan kristiani. Di sinilah salah satu titik penting perbedaan keyakinan antara Kristen, Yahudi, dan Islam, walau ketiganya adalah agama samawi yang semuanya berawal dari tanah Arab.

Setiap muslim meyakini Isa diselamatkan oleh Allah dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. Islam mengajarkan, Isa adalah manusia biasa yang menjadi utusan Allah. Sedangkan Kristen menyebutkan Isa sebagai Yesus anak Allah.

Kembali ke soal penanggalan, sebetulnya Dionysius bukanlah penemu penanggalan matahari, sebab jauh sebelumnya sistem itu juga sudah digunakan di Arab secara turun temurun. Bahkan dalam tradisi Arab telah mengkombinasikan antara bulan dan matahari untuk penanggalannya. Peredaran bulan (qamariyah) digunakan, lalu penghitungan matahari (syamsiyah) digunakan untuk mensinkronkan musim.

Hanya saja, penonjolan dalam penanggalannya adalah pada bulan. Barangkali itulah sebabnya dalam setiap kitab suci agama samawi berpatokan pada siklus bulan untuk penanggalannya, apakah itu zabur, taurat, injil, dan al-quran.

Masalahnya, dalam tradisi Arab di masa itu tak menerakan tahun dalam setiap penanggalannya. Jadi hanya ada tanggal dan bulan saja. Artinya tidak diketahui tahun 1 itu harus dimulai sejak kapan. Ini pula yang membingungkan Khalifah Umar bin Khatab (581-644 M) ketika hendak menjawab pertanyaan salah satu gubernurnya, Abu Musa Al-Asyari, yang bertanya mengapa surat-surat Amirul Mukminin (Umar bin Khatab) hanya ada tanggal dan bulannya saja, sehingga membingungkan.

Lalu Umar mengumpulkan Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhan bin Ubaidillah, untuk bermusyawarah untuk menjawab soal itu. Akhirnya, pada 638 M (17 H), Umar bin Khatab menetapkan awal penanggalan Islam adalah tahun hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Artinya, kalender Islam ditetapkan 6 tahun setelah Rasulullah wafat pada 13 Rabiul Awal 11 Hijriah (8 Juni 632 Masehi).

Ketika penentuan ini dilaksanakan, Umar memangkas seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Maka itu, jadilah Tanggal 1 Muharram Tahun 1 Hijiriah tepat pada tanggal 16 Juli 622 Masehi, dan tanggal ini bukan berarti bertepatan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad yang prosesnya berlangsung pada Safar-Rabiul Awal 1 Hijriah (Juni-Juli 622 Masehi)

Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.

Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah (At Taubah (9):36). Menggunakan siklus bulan, maka dalam setahun ada 354,36 hari. Kalender Hijriah lebih pendek 11 hari dibanding satu tahun masehi.

Penggunaan bulan sebagai pananggalan juga menjadi tradisi Tionghoa. Misalnya pada tahun baru Imlek bila dalam lafal tradisional Hokkian disebut pinyin (yin li) yang artinya adalah kalender bulan. Imlek merupakan perayaan terpenting bagi Tionghoa. Dimulai di hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas (pada saat bulan purnama).

Sampai sekarang Tionghoa masih menggunakan kalender yang mulai dikembangkan sejak 3 SM (Sebelum Masehi) ini untuk memperingati berbagai hari tradisional mereka. Namun mereka juga menggunakan kalender matahari (masehi) yang diadopsi menjadi kalender resmi.

Matahari juga yang menjadi salah satu sumber kalender Suku Maya yang muncul pada masa Baktun (siklus) ke-6 (sekitar 747-353 SM). Bahkan mereka juga menggunakan bulan, planet, hingga serangga untuk dijadikan kalendernya. Ada beberapa jenis kalender mereka, yaitu Tzolkin (260 hari), Haab (365 hari), dan gabungan keduanya (52 haab). Ada juga kalender hitung panjang yang disebut Baktun (144.000 hari).

Intinya dari semua jenis penanggalan ini pada dasarnya adalah untuk mempermudah komunikasi. Soal munculnya perbedaan-perbedaan dalam penetapan titik awal tahun kalender itu basisnya tiada lain adalah keyakinan dari individunya dan muasal budayanya.

Sedangkan dasar hitungannya adalah menggunakan unsur yang ada dalam semesta alam yang semuanya adalah ciptaan Allah.

Itulah sebabnya dalam Al-Quran pun disebutkan perhitungan waktu itu berdasarkan matahari dan bulan. Sangat jelas dan terang dalam Surah Yunus Ayat 5, “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”

Jadi hakekat dari sebuah penanggalan itu tak ada kaitannya dengan alur berfikir yang lebih besar muatan mesumnya dari pada keilmuan yang bermanfaat bagi kemaslahatan. Jika alur berfikir bernuansa mesum, maka bukan saja harus diantisipasi pada setiap pergantian tahun masehi, melainkan pada setiap pergantian hari juga pada tiap pergeseran detik. Sebaliknya jika alur berfikir berdasarkan kekuatan iman, maka beribadah itu tak berbatas ruang dan waktu. Di setiap jantung berdetak maka keimananlah yang berdenyut.

Satu hal yang penting direnungkan adalah kejahatan itu tak pernah tidur seperti halnya kebaikan yang juga selalu terjaga. [] (dari berbagai sumber)

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Begini Aksi Simpatik Warga Surabaya untuk…

Tahun Rembulan dan Matahari

Ini Kata Supervisor Tower Premium Soal…

Pemilik Haba Cafe Setuju Tutup Cepat…

25 Warga Lhokseumawe Ditangkap Saat Pesta…

HEADLINE

Jahiliyah

AUTHOR

Pilpres Bukan Pildun
Risman A Rachman