05 January 2015

Foto Atas: Casanemo Resort  | Foto Bawah: Ismi Laila Wisudana/Twitter
Foto Atas: Casanemo Resort | Foto Bawah: Ismi Laila Wisudana/Twitter
saleum
Surat Keberatan Ismi Laila Soal Kutipan dari Twitter
atjehpost.com
04 January 2015 - 20:00 pm
'Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya tidak mendukung kekerasan dalam bentuk apapun, tidak hanya untuk wanita namun untuk semuanya.'

Redaksi ATJEHPOST.CO hari ini menerima surat elektronik (email) dari Ismi Laila Wisudana yang menyatakan keberatan ucapannya di Twitter dikutip. Kutipan itu menyangkut kasus pengusiran wisatawan di Casanemo Sabang yang berdampak pada kekerasan fisik terhadap seorang pengunjung perempuan bernama Cut Tya  Syahara. Sejumlah pengunjung lain yang juga terluka saat melarikan diri, memilih tidak melaporkan kasus itu.

Berikut adalah surat keberatan dari Ismi Laila Wisudana.

Bismillahirrahmanirrahim.

Kepada Atjeh Post Yang Terhormat.

Maafkan jika saya menuliskan surat perbandingan ini atas penggunaan nama dan tweet saya di pemberitaan yang dimuat pada tanggal 03 Januari 2015, yang ditulis oleh Sdr. Yuswardi A. Suud (Baca: Ketika Korban Kekerasan Justru Disudutkan Ramai-ramai).

Terus terang saya terkejut membaca artikel yang banyak memuat tweet saya yang sepotong-potong diambil, tanpa adanya konfirmasi dan izin dari saya terlebih dahulu sebelum memuat pemberitaan. Saya berharap agar pihak Atjehpost bisa mencabut pemberitaan yang berisikan tweet milik saya yang diambil tanpa izin dan mengaburkan pendapat saya yang sebenarnya. Seolah-olah yang berkomentar mengenai kejadian Casanemo itu hanya saya, padahal masyarakat yang berkomentar tentang itu sangat banyak. Mengapa harus memilih tweet saya yang sepotong-potong sebagai acuan dengan mengatakan bahwa saya sebagai pendukung tindak kekerasan atas nama agama merasa wajar jika korban diperlakukan seperti itu?

Saya tegaskan ulang, saya tidak mendukung adanya kekerasan dalam bentuk apapun. Malah saya meminta agar patroli yang dilakukan harus diawasi agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan, dan tidak adanya tindak kekerasan pada saat patroli berlangsung. Mengapa bagian itu tidak dimuat oleh Atjeh Post?

Atjehpost yang terhormat, bukankah sangat tendesius pemberitaan ini yang menyebutkan bahwa saya mendukung kekerasan atas nama agama, lantaran korban tidak memakai jilbab? Letak dari mananya saya mengatakan hal seperti itu?

Saya hanya mengatakan semoga saat kejadian korban tetap memakai jilbab sebab saya yakin bahwa korban juga orang Aceh (karena nama korban Cut) yang sudah tahu bagaimana peraturan di Aceh. Apakah itu berarti saya mendukung kekerasan atas dirinya? Apakah ada tweet saya yang menyebutkan bahwa jika dia tidak berjilbab maka dia berhak dihukum?

Atjehpost Yang Terhormat, apakah seperti ini etikanya sebuah media dalam memuat berita? Terus terang saya sangat kecewa. Ini juga disebut sebagai pencemaran nama baik. Twitter itu adalah hal personal saya dan saya tidak bersedia dikutip tanpa izin atau tanpa pemberitahuan  terlebih dahulu.

 

Apa perlu sewa detektif Conan ke Sabang? Kurasa kasusnya meng-Indonesia sekali, pake adegan drama. Yg satu mengaku lain, yg satu lain lg.

— ismi laila wisudana (@IsmiWisudana) January 2, 2015

Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya tidak mendukung kekerasan dalam bentuk apapun, tidak hanya untuk wanita namun untuk semuanya. Saya hanya ingin agar Atjehpost bisa mengoreksi hal ini, meminta maaf, mencabut pemberitaan yang lalu yang telah saya sebutkan di awal dan membersihkan nama baik saya yang seolah-olah dicitrakan sebagai pendukung tindak kekerasan. Demikian yang dapat saya sampaikan. Saya tunggu klarifikasi dari redaksi Atjeh post paling lambat 1 x 24 jam setelah surat ini saya layangkan. Terimakasih.

 


Tanggapan Redaksi ATJEHPOST.CO


1. Terima kasih atas klarifikasi anda.

2. Tulisan yang anda maksud berbentuk opini, karena itu dimasukkan dalam rubrikasi 'Saleum.'

3. Media sosial adalah ranah publik, terkecuali Anda menguncinya sehingga tidak dapat dibaca oleh orang banyak. Ini seperti diutarakan pakar sosial media Nukman Luthfie,"Kuncinya media sosial adalah media publik yang sifatnya terbuka, bukan lagi sebagai ruang privat. Dengan konsep ruang publik, siapa pun yang bertindak memiliki dua konsekuensi, yakni sosial dan hukum." Selengkapnya bisa diakses di sini: (Waspada Hadapi Perisakan di Media Sosial) atau (Cara Cerdas Gunakan Media Sosial) dan (Tips Aman Pakai Media Sosial Agar Tak Dibully)

4. Itu sebabnya, ketika isi Twitter Anda bisa diakses oleh jutaan orang dari seluruh dunia, media massa tidak lagi berkewajiban meminta izin, sebab ianya sudah masuk ke ranah publik. Ini seperti yang terjadi pada kasus Florence yang anda jadikan rujukan untuk kasus Cut Tya. Media tidak berkewajiban meminta izin dari Florence untuk mengutip isi pernyataannya di jejaring sosial.

5.  Kami tidak mungkin mengutip semua isi Twitter Anda, sebab selain mengganggu pandangan mata, pembaca bisa melihat sendiri isi Twitter Anda yang lain.

6. Kami mencoba mengecek kembali Twitter Anda hari ini, namun tidak menemukan apa yang anda sebut menolak tindak kekerasan. Kami masih menyimpan print sreen capture isi Twitter Anda sebelum dihapus.

7. Demikian penjelasan kami, terima kasih.

Baca juga:
Begini Kondisi Terkini Korban Penyerangan di Casanemo Sabang 

Ikuti Topic Terhangat Saat Ini:

Terbaru >>

Berita Terbaru Selengkapnya

You Might Missed It >>

Begini Kondisi Terkini Korban Penyerangan di…

Surat Keberatan Ismi Laila Soal Kutipan…

Jahiliyah

Wali Kota Akui Sabang Belum Miliki…

Ketika Korban Kekerasan Justru Disudutkan Ramai-ramai

HEADLINE

Surat Terbuka Honorer Aceh Untuk Presiden SBY

AUTHOR

DPR Kita
Risman A Rachman