Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan bertemu Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan Wali Nanggroe Malik Mahmud di Jakarta, 27 Agustus 2014. Pertemuan itu membicarakan finalisasi pembangunan pipa gas Arun - Belawan yang dijadwalkan selesai Oktober mendatang.
"Dengan demikian, PT Arun tetap berfungsi, dan gas yang dimasukkan ke tangki Arun dapat menghidupkan industri strategis di Lhokseumawe dan sebagian dialirkan untuk kebutuhan Sumatra Utara," kata Staf Ahli Gubernur Aceh, Adli Abdullah kepada ATJEHPOST.CO, 28 Agustus 2014.
Informasi lebih detail disampaikan Dahlan Iskan. Dikutip dari bisnis.com, Dahlan Iskan meminta Pemerintah Aceh dan Sumatera utara lebih gencar menggaet investor. Sebab, ketika proyek pipa Arun-Belawan selesai, kebutuhan gas untuk industri dipastikan terpenuhi.
Dahlan memastikan proyek itu akan selesai sebelum berakhirnya pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara regisifikasi Arun dijadwalkan on stream awal 2015.
“Proyek pipa gas Arun-Belawan akan memasuki tahap commissioning pada Oktober mendatang,” katanya, Kamis (28/8).
Rencananya, regasifikasi Arun akan memanfaatkan pasokan gas dari Medco dan Exxon yang memiliki blok gas di wilayah Aceh untuk keperluan tahap uji coba.
Lebih jauh, rencana pasokan akan dimanfaatkan oleh PT Kertas Kraft Aceh (KKA) untuk mengoperasikan kembali pembangkit listrik di sana.
“Pembangkit listrik, PT KKA dapat menjual ke PLN Aceh, sehingga nantinya karyawan KKA dapat bekerja kembali, begitu juga halnya PT Arun yang akan hidup kembali dengan berubah sifat,” ujar Dahlan.
Dahlan juga meminta Bupati Aceh Timur dan kepala daerah lainnya proaktif mengundang investor untuk membangun industri di Aceh karena dipastikan akan mendapat alokasi gas untuk menggerakkan roda industri di Aceh dan Sumatra Utara.
Direktur Utama PT Pertamina Gas (Pertagas) Hendra Jaya menambahkan pengerjaan proyek Arun-Belawan sudah memasuki tahap finalisasi dengan progres mencapai 94% sampai Agustus ini.
“Sehingga untuk menuntaskan pekerjaan ini hingga Oktober tidak terlalu masalah,” ujarnya.
Sebagai penanggung jawab pembangunan pipa Arbel, dia mengakui tidak ada kendala berarti di lapangan untuk menuntaskan Proyek Arun Belawan sesuai jadwal semula.
Hendra Jaya mengungkapkan akan mempermudah kalangan industri mengakses gas dari pipa Arun-Belawan.
Di setiap daerah yang dilewati jaringan pipa disediakan pintu-pintu untuk memudahkan pasokan gas bagi investor yang akan membangun perusahaan di area tersebut.
Bahkan, melalui jaringan tersebut wilayah terdekat yang dilewati pipa Arbel dapat membangun SPBG untuk memenuhi kebutuhan gas bagi transportasi.
Perlu diketahui, Pertagas telah mengantongi 3 pemasok gas kendati belum mencapai kesepakatan soal harga dan masih menunggu keputusan pemerintah terkait pengalokasian gas ke pipa gas Arun-Belawan.
Calon pemasok gas yakni ExxonMobil Indonesia, PT Medco Energi Internasional Tbk dan Eni Indonesia Ltd.
"Yang sudah, kita akan manfaatkan tailing gas dari Exxon sekitar 100 juta kaki kubik per hari,” jelas Hendra Jaya.
Selain itu, pihaknya juga mengincar pasokan gas dari Eni dan Blok A yang dikelola PT Medco E&P Malaka.
Padahal, khusus untuk Blok A, Direktur Gas Pertamina Hari Karyulianto mengungkapkan telah mencapai kesepakatan dengan Medco kendati belum ada persetujuan dari pemerintah.
Pertagas menunjuk PT Bakrie Pipe Industries untuk pengadaan pipa dalam proyek tersebut, sementara untuk rekayasa teknis dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) dikerjakan oleh PT Rekayasa Industri (Persero).
Proyek dengan nilai US$570 juta tersebut memiliki kapasitas 200 juta kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMscfd) dan dapat ditingkatkan menjadi 400 MMscfd dengan menggunakan kompresor.
Pertamina sendiri memperkirakan kebutuhan gas di wilayah Sumatra Utara mencapai 420 MMscfd pada 2020. Hal itu seiring dengan tumbuhnya industri di kawasan itu, khususnya Aceh dan Medan.[]
Editor: Yuswardi A. Suud