Inventarisasi berkaitan dengan pengumpulan data atau pencatatan yang meliputi kegiatan-kegiatan, hasil yang dicapai, pendapat umum, surat kabar, kebudayaan, dsb. Jadi, inventarisasi bahasa Gayo berarti pengumpulan data atau pencatatan segala hal yang berkaitan dengan bahasa Gayo (baca Mengenal Bahasa Gayo I).
Sebagai bahasa yang memiliki kedudukan dalam masyarakat serta bagian dari kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, kegiatan inventarisasi terhadap bahasa Gayo sudah banyak dilakukan para peneliti, baik Indonesia maupun asing.
Hal tersebut merupakan pertanda bahwa bahasa Gayo bukanlah bahasa baru di Aceh. Menurut hasil penelitian, bahasa ini sudah ada di Aceh sebelum Masehi. Namun, belum diketahui periodisasi pasti perihal perkembangan bahasa ini.
Peneliti asing yang pernah meneliti bahasa Gayo misalnya Domenyk Eades dalam bukunya A Grammar of Gayo: A Language of Aceh, Sumatra, pada 2005. Dalam bukunya itu Eades menyebutkan, “Gayo belongs to the Malayo-Polynesian branch of the Austronesian family of languages. Malayo-Polynesian languages are spoken in Taiwan, the Philippines, mainland South-East Asia, western Indonesia…(bahasa Gayo termasuk rumpun bahasa Melayu Polinesia, dan cabang rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Melayu Polinesia dituturkan di Taiwan, Filipina, Asia Tenggara, Indonesia bagian barat)”
Ada juga hasil penelitian lain yang menyebutkan bahwa bahasa Gayo berbeda dengan bahasa Alas. Hal ini terlihat dengan jelas pada kata dan bentuk-bentuk kata dalam bahasa Alas. Baik kata maupun bentuk kata dalam bahasa Alas, banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa seperti bahasa Karo, Pakpak, Singkil, Aceh, dan Gayo (Effendy, dalam Melalatoa, 1982:52). Jadi, bahasa Gayo hanyalah salah satu bahasa yang turut mempengaruhi bahasa Alas. Malahan menurut pendapat ahli lain, bahasa Alas dapat dianggap sebagai dialek ketiga dari bahasa Batak Utara di samping dialek Karo dan Dairi (Voorhoeve, 1955:13).
Bahasa Gayo juga memiliki kekhasan yang tentu saja berbeda dengan bahasa rumpun Melayu Polinesia lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat pada berbagai segi, misalnya penekanan kata, penggunaan kata, tingkat-tingkat bahasa seperti yang terdapat dalam bahasa Jawa.
Dari segi tingkat bahasa, misalnya, dalam bahasa Gayo terdapat kosakata atau tekanan suara tertentu yang penggunaannya memperhatikan tingkatan dan usia lawan bicara. []
Maklumat: Substansi tulisan ini dikutip dari sejumlah hasil penelitian, baik berupa skripsi, tesis, maupun buku.
Haji Uma Usulkan Bahasa Aceh Masuk Kurikulum
Mengapa Saya Pertahankan Logat Aceh
Foto-foto Rapat Perdana Tim Kampanye Partai Aceh Dapil 1
Amy Atmanto: Tren Kebaya Gaun Makin Diminati
Ke Singapura, Raffi Ahmad Bilang Dilarang Temui Olga Syahputra
Yuk, Turun Tangan di Anak Muda Melakukan Apa?
Ulama Yaman Doakan Warga Banda Aceh
Etnis Cina rayakan Imlek di Banda Aceh
Bapak dan Anak di BPKS Disorot Forbes